Aku terus melangkah menuju ke lantai dua sekolah ini. Kenapa semua bisa menjadi serumit ini? Terlalu banyak masalah yang harus aku selesaikan. Walaupun, hatiku tercabik-cabik ketika melihat wajah Chris yang frustasi, aku berusaha untuk mengenyahkan pemikiran itu dan kembali berfokus kepada tujuan awal ku, yaitu untuk memperbaiki persahabatan ku dengan Lyana, gadis yang memegang kontrol sekolah ini, gadis yang selalu di sanjung-sanjung baik oleh senior maupun junior. Persahabatan kita yang memburuk sangat berdampak bagi kehadiran ku di sekolah ini. Biasanya ketika aku berjalan di koridor sekolah, semua murid menatapku takjub dan segan, namun sekarang tatapan itu telah berubah menjadi tatapan meremehkan dan menghina. Bukannya aku gila hormat atau semcamanya, namun rasanya beda, rasanya seperti aku diasingkan di dunia ku sendiri dan selama aku hidup aku sangat membenci perasaan diasingkan tersebut.
Aku sengaja menghiraukan bisikan-bisikan yang keluar dari para murid yang masih memenuhi koridor sekolah, yang ada aku malah akan semakin makan hati jika meladeni ucapan-ucapan mereka.
Kaki ku sudah berhasil menapak di tangga teratas lantai 2, koridor lantai 2 memang masih lebih senggang dari koridor lantai 1, namun bukan berarti kata-kata pedas dan sindiran-sindiran akan berkurang bahkan menghilang dari mulut murid-murid, malahan kata-kata pedas yang mereka lontarkan lebih menyakitkan.
Baru saja aku ingin melangkah, pandangan ku terpaku ke arah dua orang gadis yang sedang duduk di bangku yang sudah di klaim oleh penduduk sekolah, sebagai bangku milik Lyana dan teman-temannya, sudah dapat di tebak bahwa dua orang gadis itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Lyana dan Sania. Jantung ku berdegup kencang ketika kaki ini melangkah berjalan mendekati bangku itu. Semoga mereka tidak menolak ku lagi dan mau mendengarkan penjelasan ku.
"Na" suara yang keluar adalah suara serak yang bercampur dengan rasa takut yang luar biasa, takut akan penolakan yang mereka berikan.
Lyana dan Sania berpaling menatap ke arah ku, dari raut wajah mereka sudah terlihat dengan jelas bahwa mereka tidak suka dengan kehadiran ku disini, namun berapa kecil pun kemungkinan mereka memaafkan ku, aku tetap akan mencoba, mencoba membuka kesempatan memperbaiki semua yang telah aku hancurkan.
"Apa?" Suara ketus dan dingin itu sama sekali tidak ku harapkan untuk keluar dari mulut sahabat ku, Lyana. Namun penuturan itu jauh lebih baik daripada dia tidak menanggapi ku sama sekali.
"Gue pengen ngomong sama lo" ucap ku, semoga kali ini hatinya sudah lebih membaik. Jantung ku yang berdegup kencang menambah kegugupan ku menerima reaksi yang akan di berikan Lyana.
"Ayo, taman belakang sekolah" satu kalimat dari Lyana mampu membuat ku membuang nafas lega, ternyata dari tadi aku menahan nafas ku hanya untuk ini.
Lyana dan Sania berjalan melewati ku dan bergerak menuruni tangga ke lantai bawah, sedangkan aku tersenyum dalam hati ketika melihat satu pintu kesempatan sudah terbuka untuk ku, membayangkan persahabatan antara kita bertiga akan membaik lagi setelah aku mengucapkan penjelasan ku. Aku sudah tidak sabar, tepat ketika aku menuruni tangga Chris juga menaiki tangga, kami berdua sempat berhenti beberapa saat dan betapa kagetnya aku ketika melihat Chris tersenyum sinis ke arah ku.
"Selamat yah, bentar lagi lo sahabatan sama Lyana. Gue gak nyangka lo bakal bertahan selama ini dalam kepura-puraan lo" Chris berbisik tajam di telinga ku, hatiku mencelos selama beberapa detik, hingga aku sadar bahwa Chris sudah berjalan menaiki tangga dan hanya aku yang masih mematung di tengah-tengah tangga. Aku langsung berlari menuruni tangga dan kembali mengikuti Lyana dan Sania menuju ke taman belakang sekolah.
Mereka berdua --Sania dan Lyana-- berbalik menatap ku, pandangan datar dan raut wajah tidak suka mereka terpancar dengan jelas, aku berharap bahwa semua akan secepatnya membaik agar raut wajah itu tidak pernah terpancar lagi dari wajah mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sidekick
Teen Fiction"first kiss darimu, menghantarkanku ke sebuah cerita baru. cerita cinta yang dari dulu selalu ku hindari, aku berusaha untuk tidak jatuh cinta padamu, tapi tidak bisa. ketika aku sudah yakin bahwa perasaanku hanya untukmu, aku tidak bisa melakukan a...