→ 10

5.1K 377 1
                                    

"Gue gak nyangka banget, kak Chris bakal tembak gue segitu romantisnya" ucap Lyana.
Fyi, Lyana menerima pernyataan cinta dari Christian. Dan itu sangat membuatku tersentak.

Pasalnya, Christian baru saja mengatakan bahwa dia menyukai bahkan mencintaiku, tapi dia sebegitu cepatnya menjadikan Lyana sebagai pacarnya. Walaupun juga aku menyuruh --bahkan terkesan memaksanya-- untuk jadian bersama dengan Lyana.

Aku berharap aku dapat melupakan Christian sesegera mungkin. Aku ingin menjalani kehidupanku yang dulu. Kehidupan ku dimana belum adanya mahluk semenyebalkan Christian.

"Cis, lo denger gak yang gue bilang?" Tanya Lyana dengan suara keras. Aku mengerjapkan kedua bola mataku.

"Emangnya lo bilang apa tadi?" Balasku yang memang tidak tau apa yang dikatakannya.

Lyana mendengus "gue nanya, lo gak apa-apa kalo gue jadian sama Chris?"

Gue gak bisa boong, kalo gue bilang gue gak pa-pa. Tapi, persahabatan kita jauh lebih penting dari cinta gue ke Chris. Gue gak bisa egois, karna gue tau gue gak mampu, karna gue cuma sidekick lo, dan itu alasan kuat gue buat melupakan segalanya.

"Gue gak apa-apa kok" ujarku menunduk, rasanya air mataku akan jatuh lagi, namun aku akan berusaha menahannya. Tidak guna juga jika aku menangis, toh semuanya tidak akan bisa di rubah lagi.

"Kak Chris katanya bakal dateng kesini" aku langsung membulatkan mata, menatap Lyana yang masih sibuk dengan gadgetnya, pasti dia sedang ber-chat ria dengan Christian.

Aku, Lyana dan Sania memang tidak langsung balik ke rumah ketika jam pulang sekolah, namun kami mampir di cafe favorite kami guna untuk mendengar curahan hati Lyana yang sangat bahagia akibat di tembak oleh Christian. Dan alhasil Lyana lah yang membayar semua makanan kami. Hitung-hitung sebagai pajak jadian kepada aku dan Sania.

Dan sekarang, Christian akan datang ke tempat ini? Jujur saja aku sudah tidak ingin berada satu tempat dengan Christian. Itu salah satu trik ku untuk melupakannya.

Aku pun langsung berdiri "gue pulang duluan yah. Mau ngerjain pr pkn, gue belum selesai"

Lyana menatapku "ah.. gak asik lo, masa temennya lagi seneng lo malah pikirin pr" ucap Lyana cemberut.

Aku menatap Sania dengan tatapan minta tolong "yaudah kali Na, nanti kalo Cis gak buat pr, kita nyoteknya sama siapa?"

Aku menatap tajam ke arah Sania, jadi mereka berdua memanfaatkanku. Ini memang sudah biasa, aku juga sama sekali tidak mempersalahkan hal itu.

"Iya deh. Sana pulang. Bikin pr nya yang teliti yah. Supaya kita dapat nilai 100" aku memberengut kesal, sedangkan kedua sahabatku sudah tertawa.

Aku menarik bacpack ku "oke. Gue duluan yah. Na, San" mereka pun mengangguk.

Aku berjalan keluar dari cafe ini dengan kepala menunduk, akhir-akhir ini aku menjadi sangat kekanak-kanakan.

Baru saja aku hendak melangkah keluar dari cafe ini, sebuah tangan sudah menahan lenganku.

"Jangan lari dari masalah. Lo yang buat kita berdua tersiksa" aku menengok ke sebelah kiri mendapati Christian yang menatapku tajam.

"Gue emang udah mau pulang kok. Di rumah gue banyak pr"

"Jangan boong. Kalo lo boong itu terlihat jelas dari mata lo, jadi jangan coba-coba boong sama gue" ucap Chris dengan tegas.

Aku jengah dengan semua ini, bisakah Chris melepaskan ku dari semua masalah yang telah kami buat, aku tidak ingin lagi ada yang tersakiti dengan tindakan yang ditunjukan Chris terhadapku.

SidekickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang