Aku berjalan sempoyongan seperti orang mabuk, mencari toilet untuk membersihkan wajah ku yang ku yakin sangat berantakan, aku terus saja berjalan dengan kepala tertunduk tidak ingin satu orang pun melihat kondisi ku yang sangat memprihatinkan.
Aku mengangkat wajah ku, memastikan jika toilet yang aku masuki adalah toilet wanita. Mengingat aku pernah salah masuk toilet dan dari situ awal mula perkenalan ku dengan Chris, aku tertawa miris. Membiarkan tiap tawa yang keluar kembali menyakiti hati ku.
Aku pun masuk dan langsung menuju ke arah wastafel, mencuci wajah ku dengan air yang mengguyur keluar dari kran, membiarkan wajah ku sejenak merasakan dinginnya air yang menyentuh lembut kulit wajah ku, membiarkan air tersebut turun bersamaan dengan air mata yang keluar.
Aku menyesal mengetahui fakta bahwa Chris sudah menyerah, bahwa dia tidak akan mencampuri urusan ku lagi, bahwa aku tidak akan pernah bisa dekat dengannya seperti dulu.
Aku mengambil tissue dari dalam tas kecil ku, membersihkan wajah ku dari air dan baru ku sadari bahwa wajah ku terlihat sangat berantakan dengan mata yang membengkak. Aku pun mengambil bedak dan menaburkannya di bagian bawah mata ku yang bengkak, walaupun tidak terlalu berhasil menutupi bengkak pada bawah mata ku, tapi bedak ini cukup bisa menyamarkan sedikit bengkak tersebut, setidaknya wajah ku sudah lebih baik daripada sebelumnya.
Melangkah keluar dari toilet aku mendapati Lyana yang berdiri di depan ku "lo lama banget sih ke toilet nya" aku menyengir, entah sudah berapa banyak hal yang aku sembunyikan dari gadis ini.
"Kak Chris jadinya pulang duluan deh" Lyana memberengut kesal. Jadi Chris benar-benar sudah pergi?
Lyana menarik lengan ku "yuk, lanjutin belanjanya"
Aku ikut berjalan, namun sebenarnya aku sudah tidak ingin berada di sini lagi. Aku ingin pulang, memejamkan mata ku dan berharap bahwa ini semua hanya bagian dari mimpi buruk ku, aku bisa bangun besok pagi dan menjalani hari ku seperti biasanya dengan percaya bahwa Chris tidak akan menjauhi ku.
Aku berhenti berjalan, Lyana berbalik dan menatap ku dengan pandangan bertanya "gue mau pulang aja" ucap ku.
Lyana mendekat dan meraba dahi ku "lo sakit?" Tanya Lyana dengan suara yang terdengar jelas bahwa dia khawatir.
Aku mengangguk
"Yaudah kita pulang sekarang aja" aku dan Lyana pun memutuskan untuk pulang, tapi sebelumnya aku menelpon Mike untuk menjemputku --sesuai dengan perkataannya di telepon-- bahwa aku harus menelponnya jika akan segera pulang.
Beberapa menit kemudian, mobil Mike berhenti di depan kami berdua. Dia tersenyum lembut ke arah ku dan Lyana.
"Jadi dimana Chris?" Tanya Mike sambil memperhatikan sekeliling kami.
"Dia udah pulang duluan" terdengar nada kecewa dari mulut Lyana.
Mike mengangguk "oh. Lo nebeng sama kita aja" ajak Mike, Lyana menatap ku meminta persetujuan, mungkin dia takut mengganggu waktu berdua ku dengan Mike. Walaupun sebenarnya dia salah jika berpikiran seperti itu, pasalnya aku sedang dalam keadaan yang benar-benar down dan tidak ada satu keinginan kecil dari ku untuk berbicara nantinya, pemikiran ku terlalu terfokus dengan Chris dan perkataannya yang menyayat hati.
Aku mengangguk dan tersenyum Lyana pun langsung membuka pintu penumpang di belakang, sedangkan Mike menjalankan tangannya membukakan pintu depan untuk ku.
"Mata kamu kenapa bengkak?" Sebelum aku masuk ke dalam mobil, Mike lebih dulu bertanya membuat aku gugup seketika memikirkan alasan yang terdengar cukup meyakinkan untuk di terima oleh akal sehat, pasalnya jika aku mengatakan bahwa ini semua karna adiknya, Mike akan bertanya lebih dalam lagi apakah aku masih menyimpan rasa kepada adiknya, dan mungkin dengan kenyataan yang ada sekarang ini di mana Chris sudah mulai melupakan perasaannya, aku sangat yakin jika tanpa Mike di samping ku, mungkin aku akan lebih terpuruk lagi dari ini. Jadi sebisa mungkin aku akan mencari alasan agar pria di depan ku yang sudah berbaik hati mencintai ku dengan ketulusannya tidak mengetahui alasan di balik mata ku yang membengkak mengerikan seperti ini.
Aku menyengir, melarikan mata ku dari wajahnya "tadi malam aku begadang nonton miss world"
Setelah berucap tanpa melihat wajahnya, aku membranikan diri untuk melihat ekspresi Mike.
Mike seperti sedang berpikir keras, aku menjadi ketakutan sendiri "laen kali gak usah begadang yah" ucapnya lembut sambil mengusap wajah ku. Untung saja! Dia percaya. Aku mengehembuskan nafas lega dan membalas senyumannya sebelum masuk ke dalam mobil.
***
Selama beberapa minggu ini semua kelas 11 dan 10 di sibukkan dengan ujian semester, sedangkan kelas 12 di sibukkan dengan pengayaan materi ujian nasional dan beberapa sesi tryout.
Selama beberapa minggu ini, aku berhasil mengalihkan perhatian ku dari masalah dengan Christian kepada buku-buku dan latihan-latihan soal agar nilai ku tidak turun di semester kali ini.
Tapi, bukan berarti aku melupakan kejadian itu. Sampai sekarang saja memori itu masih terputar dengan jelas di ingatan ku, bahkan rasa sakit itu masih ada di dalam hati ku.
"Jangan ngelamun mulu dong" aku mengangkat kepala ku ke arah Mike.
"Maaf" ucap ku, sadar karna tadi aku mengacuhkannya.
Aku dan Mike sedang berada di sebuah Cafe yang sering aku dan kedua teman ku kunjungi 'Charlie Cream Cafe'. Ini merupakan cafe favorite ku, aku sangat menyukai bagaimana cafe ini terlihat, bagaimana makanan yang ada di sini selalu mengguggah selera ku dan bagaimana rasa nyaman ku yang selalu timbul ketika berada di cafe ini, namun entah kenapa kali ini aku tidak bisa senyaman biasanya, diri ku memang berada di sini tapi hati dan jiwa ku sedang tidak berada di sini.
"Kamu kenapa sih? Tadi ngelamun, sekarang malah mandangin sekeliling cafe ini" Mike terlihat kesal sambil memakan coklat ice cream di hadapannya tanpa menatap ku, yang berarti dia sedang marah dengan ku, menghabiskan waktu bersama Mike membuat aku lebih tau apa yang di rasakan pria itu hanya dengan melihat kebiasaannya, kalau dia sedang marah pasti dia tidak akan berani menatap ku, kalau dia gugup dia akan menggaruk tengkuknya, dan jika dia sedang berbohong dia akan melarikan bola matanya ke arah kiri.
Aku tersenyum mengingat aku yang sudah sangat terbiasa dengan pria di depan ku "maaf. Aku cuma lagi capek aja abis ulangan"
Mike langsung beralih menatap ku, pandangan khawatirnya membuat ku menyesal telah membohonginya, walaupun ada bagian tubuh ku yang juga sedang kecapean yakni hatiku
"Kamu capek? Yaudah, ayo aku anterin kamu pulang"
Mike langsung berdiri, tapi aku tidak kunjung berdiri juga.
"Kenapa?" Tanya Mike lagi.
"Di rumah gak ada orang, mama sama kak Rey lagi ngunjungin sodara aku, papa pasti belum pulang jam segini" aku berucap, lebih baik di cafe ini, daripada di rumah dan sendirian. Takutnya, aku akan semakin galau jika berada di rumah sendiri.
Mike ngangguk-ngangguk, dan dia langsung menarik lengan ku dengan lembut untuk berdiri.
"Ke rumah aku aja"
Oh tidak! Pasti di rumah Mike akan ada Chris, aku tidak ingin bertemu dengannya setelah kejadian saat itu di mall.
Aku menggeleng pelan
"Chris gak ada kok, dia lagi jalan sama Lyana" ucapan Mike membuat hati ku mencelos seketika, Chris sedang jalan bersama Lyana..
"Jadi gimana?" Mike bertanya
Aku mengangguk dan Mike langsung merangkul pundak ku keluar dari Charlie Cream Cafe sebelum membayar ice cream yang di makan oleh Mike dan aku.
-----
Update. Voment yah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sidekick
Teen Fiction"first kiss darimu, menghantarkanku ke sebuah cerita baru. cerita cinta yang dari dulu selalu ku hindari, aku berusaha untuk tidak jatuh cinta padamu, tapi tidak bisa. ketika aku sudah yakin bahwa perasaanku hanya untukmu, aku tidak bisa melakukan a...