AUTHOR POV
Ya, sesuai dengan prediksi, setelah kejadian masalah sepele Vreya dan Resha yang berlebihan berujung pada kesuksesan Tim basket De Sanrio dan para penontonnya. Pertandingan di adakan oleh salah satu perusahaan otomotif ternama di dunia yang bekerja sama dengan Liga Basket Tingkat Pelajar terbesar di Indonesia, yaitu DBL (Development Basketball League) di Gedung olah raga Universitas De Sanrio. Dan penonton yang begitu antusias untuk melihat pertandingan (terutama melihat Kevin bertanding), memenuhi kursi penonton yang ada. Dari segi supporter dan penonton SMU Angkasa yang merupakan lawan Tim Basket SMU De Sanrio jelas kalah telak. Hal tersebut mempengaruhi stabilitas mental di setiap pemainnya.
Vreya sibuk cekrak cekrek mengabadikan pertandingan hari ini. Berhubung dia ngga ada tugas yang dikasih Vreya ke dia. Sebagian isi memory card di kameranya adalah foto Kevin, entah kenapa ia mulai nyaman dengan kehadiran Kevin saat ini. Namun, ternyata jari dan hatinya juga tidak bisa bohong, kalau ia masih mencintai Dimas. Kamera yang ia pegang sesekali fokus pada Dimas yang hari itu perform dengan baik sekali. Sambil me review foto yang ia ambil terlihat Vreya senyum senyum sendiri yang sangat mengundang.
“Ohh lo sekarang bertepuk sebelah tangan nih ceritanya?” Celetuk Ocha yang membuat Vreya terkaget-kaget, hampir saja ia menjtuhkan kamera kesayangannya.
“Iisshh apaann sih, ngagetin aja deh.” Ujar Vreya gemes sekaligus kaget.
“Hebat banget ya si Kevin, bisa mematahkan obsesi lo sama Dimas bertahun-tahun Cuma dalam waktu sebulan.” Ujarnya sambil melihat Kevin dalam pertandingan. “Eh, iya pinjem dong gue mau liat foto gue yang tadi.” Pinta Ocha yang langsung menyambar kamera milik Vreya, lebih tepatnya ini bukan meminjam, tapi merampas.
“Hsshh.. ternyata belom patah ya baru retak doang.” Komen Ocha setelah melihat hasil jepretan Vreya ternyata masih ada foto Dimas.
“Ha? Maksudnya?” Vreya agak kurang ngeh dengan perkataan Ocha barusan. Ocha langsung menunjukkan foto Dimas ke arah Vreya, dan Vreya hanya terdiam melihatnya. Karena diapun bingung dengan perasaannya kali ini.
“Gue bingung deh, sebenernya lo itu suka sama Kevin apa Dimas sih?” tanya Ocha penasaran.
“Ng..” terlihat Vreya berpikir lama, karena ia pun bingung dengan isi hatinya. “Gue juga ngga tahu, Kevin adalah orang yang bikin gue nyaman, happy, dan itu ngga gue rasain ketika sama Dimas. Kalo Dimas, gue kayak ngerasa ada something sama dia. Hati kecil gue berasa kayak ada yang teriak setiap keinget dan ngeliat Dimas di depan gue. Dan gue ngga tahu apa maksudnya. Meskipun gue hampir ngga pernah untuk bisa ngobrol sama dia.” Vreya menghentikan curahan hatinya, sambil mengingat bahwa ia adalah anak dari sahabat orang tuanya dan pernah dinner keluarga. Vreya menghela napasnya.
“Terus?” Ocha penasaran dengan kelanjutan curhat Vreya.
“Terus apanya?”
“Ya lo suka ama Kevin apa Dimas? Kan itu yang gue tanyain, ini bukan jawaban soal essay Vreya! Gue butuh jawaban singkat padat dan jelas. Ini soal isian!” tanya Ocha sewot campur gemes.
“Iiih lo nyebelin banget sih, orang udah cerita panjang lebar juga masih ngga ngerti juga?” omel Vreya gemes, “Tauk ah!” Vreya ngeloyor pergi meninggalkan Ocha untuk menghampiri Kevin yang sedang istirahat di pinggir lapangan.
“Yee ni bocah, ni antara PMS sama kena penyakit 4LaY, Galau!” oceh Ocha sambil melihat Vreya meninggalkan ia sendirian di pinggir lapangan.
Dengan malu-malu Vreya mencoba menghampiri Kevin yang tengah beristirahat di pinggir lapangan.
“Hai” sapa Vreya
“Hei, mau?” Kevin menawarkan Air isotonik dari dalam coolbox disampingnya. Berhubung Vreya memang haus, ia dengan senang hati untuk menerimanya. Keduanya hanya hening mengatup diri masing-masing. Lebih tepatnya mungkin salah tingkah , di lihat dari gelagat mereka yang menyibukkan diri masing-masing ngga jelas juntrungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CASSANOVA
Teen FictionCinta mati pada Dimas, itu yang menjadi pedoman Vreya. namun ia hanya bisa menyimpannya dalam hati. sampai suatu hari ada Kevin, Cowok populer di sekolah yang dengan tulus mencintainya dan ingin menjadi pasangannya. Takdir berkata lain, ketika Vreya...