Vreya POV
Tidurku malam ini sangaaat tidak nyenyak. Aku tidak bisa tidur semalaman ini, bukannya itu Cuma hal sepele? Kenapa tidak bisa melupakannya dengan mudah? Sekalinya bisa pules ada ajaa mimpi aneh-aneh. Dan semua tentang DIMAS. Oh great! Hari ini aku bakal jadi seleb sehari, karena pasti bakal di interogasi macem-macem sama anak-anak. Dengan malas aku turun ke bawah untuk sarapan.
“Pagi Ma, Pa” Sapaku malas, kemudian langsung duduk bergabung bersama mama papanya. Hari ini Raka sedang pergi ke Bandung karena mengurus EO yang ia ikuti. Papa dan mama terkejut melihat Vreya sudah ada di meja makan. Papa buru-buru melihat jam tangannya, “Masih jam 6.”
“Kamu sakit?” Tanya Mama khawatir. aku hanya menggelengkan kepalaku lagi sambil melahap roti tawarnya dengan malas, “Ada ujian pagi?”, mama masih penasaran dan heran karena aku bisa bangun pagi dan jam 6 pagi sudah berada di meja makan.
“Kemarin kamu ke rumah Tante Regy? Kok ngga bilang-bilang sih? Mama kan bisa nitip kue buat dia.” Tanya mama semangat. Aku terkejut dengan pertanyaan mama barusan, tante Regy laporan ke mama? Duh gimana jawbanya ya?
“Kemarin di ajak Dimas ngerjain tugas bareng, tapi cuma bentar soalnya tinggal dikit.” Jawabku bohong. Abis bingung mau jawab apalagi coba. Aku usahakan pasang tampang sepolos mungkin biar ngga ketahuan bohong, karena mamaku satu ini jago banget mgedeteksi orang boong.
“Oh..” Mama membuletkan bibirnya, dan sepertinya ada rasa senang di wajah mama. “Kamu juga deket sama Dimas di sekolah? Kok kamu ngga pernah cerita sih? kan kalo kamu cerita, dari dulu udah ketemu sama Tante Regy.”
“Ngga kok, Cuma satu sekolah, satu klub basket, udah itu aja. Yaudah ma, pa, Vey berangkat dulu ya..” Pamitku dengan malas karena aku tidak ingin di interogasi makin panjang, karena hari ini masih sangat panjang.
Ku laju pinky dengan cepat, aku ingin cepat cepat sampai di sekolah. Dan sesuai yang aku inginkan, aku adalah orang pertama yang sampai di kelas, dengan malas aku duduk di bangku yang seperti biasa aku duduki. Dengan berat aku letakkan kepalaku di atas kedua tanganku yang berada di meja. Aku harus bagaimana? Jujur sakit rasanya dia memperlakukan itu padaku, hal sepele tapi sangat mempengaruhiku. Arrrgghh!! Ku benamkan kepalaku di antara kedua tanganku, rasanya pusing sekali kepalaku karena tak bisa tidur semalaman dan menangis beberapa jam. Tiba-tiba ada yang mengelus kepalaku dengan lembut. Ku angkat kepalaku dengan malas dan berat karena telah menggangguku untuk rehat sejenak. Kaget bukan main, aku hampir loncat dari kursi saat tahu yang mengelus kepalaku barusan adalah Dimas. Gara – gara kejadian kemarin aku masih agak parno dengannya yang agak sedikit mesum padaku kemarin.
“Lo ngapain di sini?” tanyaku kaget.
“Ngecek lo.” Jawab Dimas santai.
“Ha? Ngecek apaan?” aku masih bingung.
“Hati lo.”
“Whaaatt??” aku rasa dia sudah gila. Mungkin dia lelah. Asli! Aneh ini orang. Jujur ini pertama kali Dimas berbicara denganku empat mata. Biasanya hanya bertegur sapa saat latihan atau pertandingan basket. Selebihnya aku hanya memperhatikan dia dari kejauhan, berbicara dengan dia adalah suatu keajaiban. Terlebih dia sudah memiliki Resha si Tali Beha berjalan, jadi tetap saja itu keajaiban buatku yang lumayan minder jika berdekatan dengannya. Dan sekarang setelah tahu dia anak dari sahabat orang tuaku, rasanya aku benar benar merasakan keajaiban itu. Dan anehnya sekarang Dimas jadi agresif padaku. GR, risih, aneh, bingung campur aduk jadi satu. Tapi tetep aja intinya aku bingung!
“Gue.. mau minta maaf.” Ujar Dimas dengan wajahnya yang serius.
“Oh..”
“Kok lo ngga nanya sih minta maaf buat apa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
CASSANOVA
Teen FictionCinta mati pada Dimas, itu yang menjadi pedoman Vreya. namun ia hanya bisa menyimpannya dalam hati. sampai suatu hari ada Kevin, Cowok populer di sekolah yang dengan tulus mencintainya dan ingin menjadi pasangannya. Takdir berkata lain, ketika Vreya...