"Pagi, Pa"
Adis memeluk leher Reza-Papa Adis dari belakang ditambah dengan kecupan singkat dikedua pipinya. Ia kemudian mendaratkan pantatnya dikursi makan disamping papanya. Dahinya mengkerut begitu menyadari ada sepiring nasi goreng lengkap dengan telur ceploknya yang tersaji dihadapannya. Dari tampilan dan aromanya terlihat sangat menggiurkan. Tapi tangan Adis terlalu ragu untuk mengangkat sendoknya dan menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.
Reza yang melihat putri semata wayangnya itu tak jua melahap sarapannya dibuat keheranan. Seketika itu pula, ia teringat dengan sesuatu dimasa lampau. Sesuatu yang menjadi aib baginya. "Bukan papa yang masak, Dis tapi Arka"ucap Reza dengan dibuat setenang mungkin padahal jauh dilubuk hatinya ia merasa malu kalau ingat aibnya itu.
Adis langsung menghela napas lega. Bersyukur, bukan papa yang memasak sarapannya.
"Segitu senangnya, Dis tahu kalau bukan papa yang masak"ujar Reza ketika melihat Adis tersenyum sekilas sebelum mulai melahap nasi gorengnya.
Adis tersedak. Dengan cepat tangannya meraih segelas air putih yang berada disamping piringnya dan menegaknya hampir sebagian.
"Bukan gitu, Pa. Adis cuma...."Adis menggantungkan ucapannya. Ia bingung menemukan kata yang tepat untuk menjelaskan tanpa harus menyinggung papanya dan akhirnya ia hanya menunjukkan senyum kakunya kepada Reza.
Ia ingat sekali bagaimana rasanya makan masakan buatan papa dan membuatnya yakin tidak ingin merasakannya untuk kedua kalinya. Masakan buatan papa meninggalkan kesan yang sangat mendalam sampai-sampai Adis trauma dibuatnya.
Waktu itu papa berencana membuat makan malam kejutan untuk merayakan ulang tahun mamanya. Papa meyakinkan semua bahwa papa sangat ahli dalam memasak dan dengan bangga mengatakan papa sering mengikuti perlombaan masak tingkat RT. Semuanya mengangguk tanda mengerti tanpa mengkroscek kebenarannya dan sepakat menyerahkan semuanya pada papa.
Ayam balado pedas, menu kesukaan mamanya menjadi pilihan makanan yang akan dimasak papa tanpa ada yang menyangka bahwa papa akan menghaluskan satu kilo cabai rawit dan mencampurkan ke dalam bumbu ayamnya. Hasilnya nggak perlu diceritakan lagi, semua orang dirumah langsung kena wabah bolak-balik kamar mandi. Adis bahkan sampai menangis karena merasakan organ tubuh dalamnya terasa terbakar. Dokter keluarga langsung diturunkan untuk mengobati Adis, Mamanya, Arka, Arsen dan Mbok Nah.
"Papa bilang papa sudah sering ikutan lomba masak" rutuk Adis saat itu.
"Papa emang sering ikutan lomba masak, Dis nemenin mamanya papa tapi...papa cuma duduk manis aja ngawasin"
Semuanya langsung syok dan tak bisa berkutik lagi mendengar jawaban papa. Sejak kejadian itu Mama langsung menandai dapur rumah sebagai kawasan terlarang papa.
"Tumben Mas Arka pagi banget kerumah?"tanya Adis sambil melirik jam dinding di ruang makan.
"Papa yang minta. Ada beberapa dokumen yang mau papa konsultasikan sama Arka. Ya, sekalian aja papa suruh masakin kita sarapan. Mbok Nah kan lagi libur"
Tak berapa lama, Arka muncul dengan membawa sepiring Koloke dan meletakkannya ketengah-tengah meja makan.
Adis merasa takjub untuk beberapa saat melihat Arka. Ia mengucek-ngucek matanya untuk memastikan apa yang dilihatnya bukanlah khayalan. "Wuuu.. Beautiful apron" ledek Adis yang melihat sepupunya itu mengenakan apron cantik bermotif bunga-bunga. Adis lantas mengeluarkan smartphone-nya dari dalam tas kerjanya dan mengarahkannya arah Arka. "Gambar bagus nih. Perlu diabadikan. Biar tahu orang-orang kantor kalau Direktur kebanggaan mereka ternyata sangat feminim sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek Love
RomanceAdis benci segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia selebriti. Padahal, Adis sendiri adalah anak dari seorang aktris terkenal. Arzeti Carleta Jasmine. Kebencian Adis cukup beralasan. Ia merasa dunia itu sudah merenggut kebersamaannya dengan sang m...