[7] : Confused

1K 77 5
                                    


"Kamu nggak keluar, Dis?"

Adis yang sedang menonton acara tivi langsung menatap papanya yang sedang tengkuran di sofa samping Adis. "Papa ngusir Adis?"

"Papa cuma nanya. Ini kan malam minggu. Masa anak papa kerjaannya dirumah terus"

Adis melupakan fakta kalau malam ini adalah malam minggu. Malam yang dihabiskan orang-orang untuk bersenang-senang melepaskan penat setelah beraktivitas selama lima hari penuh. Mulai dari yang kunjungan kerumah pacar sampai hang out bersama teman-teman. Banyak orang yang berpendapat, mereka yang tidak menghabiskan malam minggunya dengan bersenang-senang dikastakan sebagai orang yang paling menyedihkan. Adis tidak tahu siapa yang mempelopori tradisi malam mingguan semacam ini. Tradisi yang sudah ada turun menurun dikalangan orang banyak. Padahal malam minggu tidak harus selalu diisi dengan bersenang-senang. We get together with our family is much more fun.

"Jalanan macet, Pa. Mending Adis dirumah. Hemat bensin" Itu benar. Ketika malam minggu tiba, jalanan menjadi lebih ramai dari biasanya. Banyak orang berkeliaran dimana-mana dan membuat Adis malas kemana-mana. "Emang papa mau liat Adis kelayapan nggak jelas"

"Bilang aja kamu jomblo, Dis. Kamu pakai ngeles segala"Reza tertawa. Menggoda putri kesayangannya itu merupakan hal yang menyenangkan baginya. "Kasihan anak papa nggak laku-laku.."

"Mama...papa nih..."teriakan Adis menggema ke seluruh ruangan.

Arzeti muncul dari arah dapur membawa nampan yang berisikan satu teko teh hangat dan beberapa gelas lengkap dengan beberapa potong Red Velvet, kue kesukaan Adis.

"Kamu kenapa sih sayang teriak-teriak. Udah kayak tarzan aja.."Arzeti meletakkan nampan itu diatas meja kaca.

"Papa nih, Ma bikin gara-gara sama Adis"sahut Adis mengadu kepada mamanya. Tangannya menyambar Red Velvet diatas meja dan melahapnya.

Arzeti melirik kearah suaminya yang malah menunjukkan wajah tidak bersalahnya. Arzeti memukul keras pantat suaminya sehingga membuat Reza mengangkat tubuhnya sambil mengelus-elus pantatnya yang terasa panas.

"Sakit, Ma.."masih mengelus-elus pantatnya. Reza yakin sekali istrinya itu memukulnya menggunakan tenaga dalam. Sampai sekarang saja masih teras nyut-nyutan. Ada capnya nggak ya?

"Kamu juga sih, Pa. Masih suka usil aja sama anak sendiri"Arzeti mengambil tempat disamping suaminya.

Reza langsung merapatkan tubuhnya kearah Arzeti. Kedua tangannya kemudian merangkul erat pinggang istrinya dan menopangkan dagunya diatas pundak Arzeti.

Adis mendesah pelan. Aih telenovela lagi. Adis kemudian memilih untuk kembali fokus menonton acara tivi didepannya. Bisa rusak matanya lama-lama kalau terus-terus dipaksa menonton adegan mama-papanya yang kayak ABG itu.

"Sayang, aku khawatir banget sama anak kita yang sampai sekarang belum juga menemukan jodohnya. Aku takut anak kita nggak laku-laku"ucapan Reza itu membuat Adis menoleh cepat kepadanya.

"Papa..."geram Adis. Kalau tidak ingat dia adalah papanya mungkin Adis akan kalap saat itu juga. Bisa-bisanya papanya itu berpikiran seolah-olah kesendirian dirinya selama ini adalah penyakit menahun yang tidak ada obatnya.

"Mulut kamu Pa..nyerocos sembarangan"Arzeti mencubit mulut suaminya gemas. Kali ini tidak sekeras tadi. "Kalau anak kamu ngga laku-laku beneran gimana. Ucapan itu adalah do'a Pa"

"Buktinya anak kita sampai sekarang belum pernah mengenalkan kepada kita laki-laki yang diakui sebagai teman kencannya. Jangan-jangan..."Reza memincingkan matanya kepada Adis. Curiga.

Hide and Seek LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang