[9] : The Feeling

1K 73 9
                                    


Pagi ini Zico dikejutkan dengan dentingan bel rumahnya dan menemukan Arsen sudah berdiri didepan pintu rumahnya disaat ia tengah menikmati tidur lelapnya. Jam didinding kamarnya memang sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Namun untuk ukuran Zico jam 9 masih terlalu pagi untuk mengangkat tubuhnya dari ranjang empuknya. Sialnya lagi, dia baru bisa memejamkan matanya tepat jam 6 pagi. Itu artinya ia hanya menikmati jam tidurnya selama 3 jam. Kurang dari jam tidur normal pada umumnya.

"Ada apa kau kemari, Sen?" Zico menyodorkan kopi kaleng yang ia keluarkan dari dalam kulkas.

"Kau tidak ada jadwal pagi ini?"Arsen balik bertanya. Ia melihat penampilan Zico yang masih mencerminkan khas orang bangun tidur. Muka bantal dan rambut yang acak-acakan. Jauh berbeda dengan penampilan Zico saat tampil di layar kaca ataupun di atas panggung.

"Aku mengurangi kegiatanku semenjak proses pengerjaan album baruku dimulai. Jadi, apa alasanmu datang kemari?Sesuatu yang pentingkah?"

Arsen jarang sekali bertandang kerumah Zico. Hanya bisa dihitung dengan jari. Ia biasanya lebih suka bertemu diluar. Jika sudah begini, Zico tahu ada sesuatu penting yang akan disampaikan sahabatnya itu.

"Co, apa mungkin kau sedang menjalin hubungan dengan wanita lain selain Adis?"

Zico menahan tangannya yang hendak menuangkan kopi kedalam mulutnya. Ia tidak tahu mengapa Arsen tiba-tiba menanyakan hal itu kepadanya. "Kau tahu aku, Sen. Aku tidak mungkin mendekati wanita lain ketika aku menyukai gadis lainnya"

Arsen mengangguk setuju. Kesetiaan Zico pada wanita tidak perlu diragukan lagi. Tapi ia harus memperjelas semuanya.

"Kau tahu Adis sedang patah hati sekarang"

"Apa maksudmu?"Zico bukannya tidak mengerti kalimat yang diucapkan sahabatnya itu. Hanya saja ia tidak tahu mengapa Arsen melaporkan itu padanya. Apa mungkin Adis menyukai pria lain dan membuat wanita itu patah hati?

"Pria yang Adis sukai mengatakan kalau ia sedang berkencan dengan seseorang dalam sebuah acara. Adis menangis ketika mendengar hal itu"

"Maksudmu dia..."Zico menggantungkan ucapannya dan melihat Arsen menganggukkan kepalanya. Zico menepuk jidatnya sendiri. Ia tidak menyangka ucapannya waktu itu justu membuat Adis salah paham. "Oke. Aku akan menjelaskannya padamu"

"That's why i'm here now"ucap Arsen sesekali menyesap kopi kalengnya.

Sebenarnya Adis tidak mau ikut campur dengan urusan Zico. Arsen sepenuhnya percaya bahwa Zico tidak akan menyakiti adiknya. Akan tetapi melihat tangisan Adis malam itu, Arsen merasa tidak bisa untuk tidak turun tangan.

"Aku rasa Adis tidak tahu bahwa wanita yang aku maksud adalah dirinya"

"Apa?Astaga..jadi wanita yang kau maksud itu adalah Adis."

Arsen tertawa dalam hati. Andai Adis tahu mengenai hal ini mungkin adik kesayangannya itu akan menyesali tangisannya malam itu.

"Lalu kau pikir siapa lagi?"cibir Zico.

"Hahaha..Kau tahu, Co Adis menangis ketika mendengar kau berkencan dengan seseorang dan dia pikir itu adalah orang lain. Kau benar-benar hebat bisa membuat Adis seperti itu"

"Nangis?"Zico cukup terkejut mengetahui fakta yang satu ini. Mau tak mau kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Membayangkan Adis menangis karena dirinya. That mean she has the same feeling like him, right? Apalagi hal yang lebih membahagiakan selain saat mengetahui wanita yang ia sayangi juga memiliki perasaan yang sama sepertinya.

Hide and Seek LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang