[12] : First Date

1.2K 82 7
                                    

Having someone who loves you and cares about you are the great things. Tidak harus seseorang yang sempurna yang memiliki paras bak bintang Holywood ataupun memiliki harta berlimpah seperti pengusaha fashion asal spanyol, Amancio Ortega. Oh come on , kita tidak sedang hidup di negeri dongeng ataupun drama-drama korea yang selalu mendapatkan pasangan yang sempurna. Cukup seseorang yang akan selalu ada untukmu. Seseorang yang akan selalu menjadi teman berbagi keluh kesahmu. Seseorang yang membuatmu nyaman disaat berada didekatnya. Seseorang yang bisa memperlakukanmu dengan baik seakan-akan kamu adalah orang yang sangat penting dalam hidupnya sehingga tidak ada sedikitpun niat untuk menyakiti mu. Itu bahkan sudah cukup sempurna, bukan?

Dan Adis sudah memilikinya. Someone who loves and also she loved. Membuat dunia hitam putihnya menjadi penuh warna. Kalau sekarang ditanya seberapa dalam perasaan Adis terhadap Zico. Adis tidak tahu jawabannya. Adis hanya menyadari bahwa dirinya selalu merasa hari-harinya akan menjadi buruk ketika dia tidak bisa melihat wajahnya ataupun mendengar suaranya. Adis sangat menyukai ketika Zico memeluknya, menciumnya, menggenggam tangannya, mengusap-usap kepalanya dan smooth move lainnya. Satu hal yang sudah jelas dan nyata dari semua itu yakni Adis sangat sangat menikmati kebersamaannya bersama Zico sekarang.

"Kamu kalau makan yang bener dong.."tegur Adis sambil membersihkan noda makanan yang menempel di sudut bibir Zico.

"Ini udah bener. Aku makan pakai tangan nggak pakai kaki. Bagian mananya yang nggak bener"Zico berpura-pura tidak mengerti dan tetap melanjutkan makan malamnya.

Adis melototkan matanya. Ingin rasanya mencekik pria yang ada dihadapannya itu. Tapi melihat pria itu sedang lahap memakan makanannya membuatnya tidak tega dan hanya melakukan adegan cekik mencekik itu dalam bayangannya saja.

"Jadi kamu repot-repot nyulik aku ke rumah kamu untuk masakin kamu makan malam mie instan begini. Konyol!"Adis bangkit dari duduknya tepat ketika piring dihadapan Zico kosong melompong dan membawanya kedapur.

Semenjak mereka sepakat menjalani hubungan, Zico selalu menyediakan waktu untuk menjemput Adis dikantor yang secara otomatis sudah mengambil alih tugas itu dari tangan Arka. Hari ini Zico tidak langsung mengantarkannya pulang kerumah melainkan membawanya pulang ke rumah Zico yang sempat membuat Adis takjub dengan desain rumahnya. Zico hanya mengatakan bahwa mereka akan makan malam disini dan Zico ingin Adis yang memasak untuknya. Demi apapun, Adis tidak menyangka kalau makan malam yang Zico maksud itu hanyalah mie instan lengkap dengan satu ceplok telur goreng.

"Kamu ini mau bikin mie instan aja mesti nyulik aku kesini segala. Emang kamu nggak bisa bikin sendiri?"Adis melirik Zico yang bersandar dimeja pantry yang berada tepat dibelakangnya.

"Emang nggak bisa"

"Apa??Serius kamu?"Adis terpekik kaget. Saking kagetnya hampir saja piring yang sedang dibilasnya terlepas dari genggamannya. Bagaimana bisa ada orang yang nggak bisa masak mie instan yang super duper simple begini. Apa Zico selama ini hidup didunia yang jauh dari peradaban sampai-sampai caranya memasak mie instan pun tidak tahu.

"Serius. Aku nggak biasa pegang kompor. Biasanya cuma Alvi yang masak disini. Kalau nggak, makan diluar."

"Belajarlah. Simple ini. Kamu kasih air panas aja jadi. Papaku aja yang nggak bisa masak masih tahu gimana caranya masak mie. Sementara kamu..."Adis hanya menghela napas dalam sembari menggeleng-gelengkan kepala. Tidak tahu lagi mau berkata apa.

"Kamu keberatan masakin aku?"

"Nggak. Aku nggak pernah keberatan kalau kamu yang minta"

"Jadi kamu setuju mulai besok kita akan makan malam disini terus dan kamu yang masak"

Hide and Seek LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang