satu

2.1K 112 3
                                    

                   

SENJA

Pagi itu, sekolah masih sepi. Senja bahkan merasa hanya dirinya  yang berada disitu pada waktu itu. Gerbangnya saja baru terbuka setengah. Senja melirik jam dinding di koridor kelas 12. Setengah 7. Pantas.

"Neng, kepagian?"

Senja membalik tubuhnya. Menatap Pak Bon, orang yang telah akrab dikenalnya sejak setahun yang lalu.

"Hehehe. Iya ya, Pak? Lagi rajin sih, heheh."

Pak Bon tersenyum. "Ya udah atuh. Masuk kelas."

"Iya, duluan, ya, Pak." Senja berbalik lalu melangkah menuju kelasnya.

***

"Ja, lo ntar pulang dijemput siapa?"

"Ron." Senja bergumam. Pelajaran Kimia memang sudah berakhir dari setengah jam yang lalu, meninggalkan Senja yang lelah dengan tabel periodik, tidur nyenyak di bangkunya.

"Wah, asik, ya. Enak deh punya pacar anak kuliahan. Bisa jadi anter jemput. Lah, gue?" Disa memanyunkan bibirnya. Disa adalah teman Senja sejak SD. Mereka selalu bersekolah di sekolah yang sama. Tidak tahu betul apa yang menggambarkan kejadian mereka ini—takdir mungkin?

"Iya, lo kan juga punya pacar." Senja mengangkat kepalanya, mulai terusik karena ia jadi tidak konsentrasi dengan tidur siangnya. "Supir angkot."

Disa menoyor kepala Senja.

Ron, Ronald, pacar Senja sejak ia duduk di kelas 3 SMP. Ron dapat kenal dengan Senja melalui pensi sekolah Ron, yang sempat Senja hadiri. Ron sempat bersekolah di SMA bergengsi, tidak heran bayak masyarakat SMP yang datang. Senja merupakan salah satu dari segelintir siswa yang menarik perhatian Ron. Begitu ia jawab. Tetapi, ketika ditanya mengapa ia bisa suka atau—ehm, jatuh cinta—dengan Senja, ia tidak menjawab. Toh, cinta juga tidak butuh alasan kan?

"Makan dulu, ya."

Senja masih menatap lurus ke jalan di depan. "Iya, ayo, mau makan apa?"

"Soto?"

"Sore-sore kok makan soto."

"Nasi goreng?"

"Sore-sore kok makan nasi goreng." Ulang Senja. Tidaka da alasan tertentu Senja melakukan hal ini, hanya ingin bercanda.

"Bakso?"

"Sore-sore kok ma—"

"Iyaudah. Kamu maunya apa?" potong Ron cepat. Ron memang tidak bisa diajak bercanda.

Senyum Senja pudar. "Terserah kamu aja."

Ron mendecak sebal sambil sesekali mengumpat, membuat Senja tediam kaku di sampingnya. Andai Senja bisa melompat keluar dari mobil itu dan loncat ke angkot, ia akan melakukannya.

***

ARGA

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tetapi SMA Bina Bangsa masih saja rame. Beberapa siswa sedang mengerjakan tugas di sekolah, karena adanya wi-fi gratis, beberapa sedang latihan basket, dan yang lainnya, well, yang lainnya melakukan aktifitas mereka sendiri-sendiri.

"Ga, pulang bareng gue yuk?"

Arga mendongakkan kepala. Ia mengalihkan perhatian dari laptop nya ke arah  sumber suara. "Gue naik motor sendiri. Nggak mau bareng lo."

"Iya, maksudnya gue nebeng lo gitu."

Jika Arga membuat list hal-hal yang ia benci. Pasti ini menjadi no.1 di listnya. Cewek kegatelan.

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang