Bab- 1

40.6K 1.3K 28
                                    

Impossible • chapter 1

**
Gabrielle

Mampus! Kamera-ku kemana, tidak mungkin aku lupa membawanya. Oh sial, aku baru ingat kamera itu di service. Bodoh! Kenapa bisa sampe lupa seperti itu sih. Aku berlari menuju ruang kelas yang sialnya terletak paling ujung, kurang ajar, aku sudah panik seperti ini ruang kelas malah dikunci.

Dengan kesal aku berjalan ke ruang guru yang terletak berlawan arah dari kelasku dan itu paling ujung, sial! Aku mengetuk pintu ruang guru dengan pelan, lalu aku membuka pintu meminta izin mengambil kunci kelas yang selalu tergantung di balik pintu ini.

"Ngapa sih jadi kunci kalo ada yang dateng ke kelas terbang kek, jadikan orang gak usah repot-repot mondar mandir." Rutukku sambil mengoceh ke kunci, mungkin aku akan di cap anak gila jika aku tidak berhenti berbicara dengan kunci. Setelah aku membuka pintu kelas aku langsung menyalakan lampu dan AC yang terakhir baru meletakan tas-ku di kursi.

Aku berjalan keluar kelas, kaki-ku melangkah ke arah taman belakang sekolah, anginnya sejuk di sana anggep aja lagi di puncak, aku duduk di bangku pas di bawah pohon mangga, kayaknya sih. Aku menyenderkan punggungku ke punggung kursi untuk menikmati hembusan angin pagi yang membuatku tenang.

Belakangan ini kayaknya aku stress.

"Senyum dikit, masih pagi udah cemberut aja." Aku terkejut saat mendengar suara laki-laki entah dari mana asal suara itu, sial pohon ini jangan-jangan ada penjaganya lagi.

"Gue di atas." Lantas, aku mendongak dan mendapati satu sosok laki-laki sedang tiduran di atas pohon.

Yaampun! Laki-laki itu turun dari pohon, dan mendekat ke arahku. "Ehm, kayaknya gue tau lo."

Dia tampak berpikir sebentar. "Lo pasti Gabrielle Agatta Maxine kan? Anak kelas berapa ya? IPA 1. Ehm' gak, lo IPA 2. Oya, kita kan sekelas."

Aku mengangguk pelan, walaupun sedikit bingung. Darimana asal manusia wujudan seperti ini? Aneh banget.

"Oke, berarti gue bener. Karna tadi kayaknya lo udah buka pintu kelas, gue mau masuk. Bye, Gabrielle." Katanya lalu mencolek daguku.

Mataku membelalak, kurang ajar berani-beraninya makhluk itu mencolek daguku. Oke, pulang sekolah aku harus cuci muka pake air bunga mawar!

Aku langsung menggosokkan daguku ke lengan seragam, geli. "Astaga gak ada akhlak banget!"

Namun, gak nyampe beberapa menit bahkan detik! Cowok itu tiba-tiba kembali, jalannya cepat, dan secepat itu pula dia mengecup pipiku.

Dan dia lari.

OKE! AKU HARUS MANDI BERKALI-KALI ABIS INI.
•••
Aku membanting tasku di sofa rumah, rasanya jiwa dan mentalku keganggu gitu.

"Gab, mandi dulu." Teriak mama dari arah dapur, tau aja kalo aku udah pulang. Kontan, aku langsung menuju kamar dan membersihkan diri.

Gak lupa, mencuci mukaku sebanyak-banyaknya. Membersihkan segala jejak dari manusia aneh.

"Gab?" Aku menoleh saat mendengar suara lembut mama, aku baru saja selesai mandi dan sedang mengikat rambutku menjadi satu.

Aku tersenyum melihat mama yang tampak rapi, mama mau pergi emangnya ya?

"Kenapa ma?" Tanyaku.

"Turun yuk, ada temen mama mau ketemu kamu." Ucap Mama yang kuangguki, mama bangkit dari posisinya begitu juga aku, aku mengikuti mama dari belakang.

"Kok tiba-tiba banget temen mama dateng? Ken—LO?" Mataku melebar, mulutku terbuka lebar seperti singa yang hendak mengaum. Aku melihat sosok manusia aneh tadi ada di rumahku, dia tersenyum menyebalkan.

"Gaby udah kenal? Yaudah, kalo udah pada kenal. Langsung ke inti aja ya, kalian berdua mau mama jodohin."

"HAH? Wah, mama jokesnya gak lucu banget nih. Masa anak kelas sebelas begini dijodohin." Aku tersenyum terpaksa, mengabaikan manusia aneh itu yang masih setia tersenyum. "Gini, Gaby bisa nih nyari cowok sendiri. Lebih bener, lebih baik, lebih wah wah wah gitu deh. Anak temen mama juga bisa dapet cewek yang lebih wah wah wahhh banget ma."

"Gak bisa Gab." Mama membantah, "Nanti kalo kamu dapet yang aneh-aneh gimana? Mending sama Farrel, udah jelas."

Aku melongo, 'biar kamu gak dapet yang aneh-aneh' Rasanya aku seperti bertambah tua sepuluh tahun mendengar kalimat mama itu! Nih, si mama belum tau aja manusia bernama Farrel ini aneh banget.

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian, kamu setuju kan Farrel?"

Ngapain nanya ke dia! Aku hanya bisa membuang nafas pasrah saat Farrel mengangguk sambil tersenyum. "Setuju donk Tan! Apalagi ini suruhan mama pasti saya mau!"

Nafas, buang. Jangan lupa nafas Gabrielle, ini cobaan pertama, jangan lepas kendali. Kasian anak orang jadi perkedel nanti.

"Bagus, jadi kalian bakalan tunangan secepatnya ya! Kalo bisa 1 bulan lagi." Aku seperti disambar petir, aku lirik papa, dia hanya tersenyum ramah.

Dia takut sama istri.

Wah, aku kena kutuk siapa sih?

"Ehm, om tante saya pinjem Gabrielle-nya ya." Tiba-tiba Farrel minta izin.

Aku melotot, sialan, makhluk aneh ini.

Setelah mendapat persetujuan dari orang tuaku cowok itu menarik tanganku ke halaman belakang rumah. Aku hanya memandanginya dengan sebal, rasanya aku ingin mengambil amplas dan ku amplas mukanya itu.

"Lo, jangan bilang siapapun kalo kita dijodohin kayak gini."

SIAPA JUGA YANG MAU?

"Sorry banget, gue juga gak mau. Gak ada yang bisa gue pamerin dari lo."

Farrel tersenyum tipis, astaga Gabrielle tahan, jangan main gampar.

Nambah dosa.

"Bagus. So, besok kita bakal ketemu lagi see you soon. Gabrielle!" Setelahnya, Farrel melangkah pergi.

Aku melempar sendalku ke arah Farrel yang sudah masuk ke dalam rumah, bajingan satu itu.

"Dek!"

Aku mendongak, melotot ke arah kakak laki-lakiku yang baru saja pulang dari Australia.

"APA HAH?!"

"Wih, judesnya."

Nathan menyengir, matanya meledek. "Sabar ya, padahal tuaan abang daripada kamu."

"Semoga bahagia, adikku."

AKU MAU NGAMBANG DI KOLAM RENANG AJALAH.

***
T B C ..

Gracias ^^
22.11.15

sky

Wildest Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang