Bab- 17

9.6K 640 16
                                    

Menyempatkan menulis di tengah UAS, nekat emang. Gak sabar. Ih
Au ah.. *Kzl* kalo gak nyambung aku minta maaf :'v

pst, ada lagu di akhir, boleh didengerin.
Open House ~ chapter 17

***
"Ih, apaan sih Rhev?" Gabrielle berdecak sebal ketika Rheva main menabok pipinya, padahal dirinya sedang asik melihat anak kelas 10 tampil. Sedangkan perempuan itu, Rheva hanya terkekeh geli, ya disini mereka sekarang di acara open house sekolah. Seperti surga, dimana-mana ada makanan menurut Rheva sih lebih tepatnya. Rheva memukul perutnya sebanyak tiga kali sambil berceloteh, "gue laper. Traktir gue es krim donk,"

Gabrielle mendelik tapi tetap saja dia mengajak Rheva ke salah satu stan yang menjual es krim. Setelah mendapatkan apa yang Rheva mau Gabrielle duduk di sekitar kursi kantin yang di ubah posisinya ke arah lapangan untuk menonton artis yang akan datang. Memang, setiap open house ada saja artis yang diundang kesini kalau dipikir-pikir mengundang artis dana yang dikeluarkan tidaklah sedikit, pasti banyak.

"Farrel kemana? Tumben lo gak sama dia? Berantem?" Gabrielle mendesah pelan, dirinya dan Farrel memang tidak dalam fase perang dingin tapi melihat tingkah Farrel yang sering menghilang membuat Gabrielle melangkah 'mundur' perlahan. Dirinya tidak mau terlalu percaya dengan apa yang Farrel lakukan untuknya, dirinya takut kalau dirinya bisa semakin terperosok ke dalam.

"Berantem ya?" Tanya Rheva lagi sambil menjilat es krimnya. Gabrielle menggeleng, Gabrielle benar-benar tidak ada mood untuk berantem dengan Farrel. Rasanya itu sama saja menyakiti perasaannya, cukup dengan Farrel yang suka menghilang atau jalan dengan Siska yang membuat dirinya kecewa. Lebih tepatnya sih, hatinya yang kecewa.

Apalagi tadi pagi, dirinya hanya bisa tersenyum tipis ketika mengetahui Farrel pergi ke sini duluan karena Siska ingin bertemu dengan cowok itu. Padahal kemarin malam mereka masih sempat menghabiskan waktu bersama. Tapi Sekarang Gabrielle harus menerima rasa yang gitu-gitu lagi.

'Lelah hayati bang.'

Tanpa sengaja mata Gabrielle menangkap dua insan yang sedang berjalan kearah stan makanan sambil tertawa. Gabrielle mendesah,

'Apa emang seharusnya gue gak masuk ke kehidupan mereka ya?'

"Al, gue gak mau tutor matematika hari ini, gue cape." Perhatian Gabrielle teralihkan ketika suara Deana masuk kedalam indra pendengarannya. Deana mendesah pasrah ketika Alvin menahan pergelangan tangannya, lalu tatapan Deana tertuju ke Gabrielle. "Tolongin gue, aarrgh!"

"Lah, biasa juga lo udah jotos orang De." Ucap Rheva sambil terkekeh geli melihat tingkah Alvin. Deana menatap Gabrielle dengan tatapan memohon, "tutor aja De, daripada mat lo merah kan?" Deana menatap tajam Gabrielle. Seakan-akan cewek itu berkata 'Gak ngebantu banget sih lo, kita cerai!'

"Percuma minta bantuan, lo pokoknya harus tutor." Alvin langsung menyeret perempuan itu keluar dari deretan kursi.

'Maapkan aku Ver' batin Gabrielle terkekeh

Dan kembalilah perhatian Gabrielle kearah dua sosok yang benar-benar membuat hatinya pecah, entah apa yang Gabrielle pikirkan saat dirinya mendadak berdiri dan meninggalkan Rheva sendirian di deretan kursi. Bahkan teriakan Rheva yang memanggil namanya pun tak diubris.

Gabrielle melangkah gontai ke arah kelasnya. Entah apa yang ada di otaknya sekarang, perasaannya benar-benar tidak enak. Sesampainya di kelas cewek itu langsung menempatkan pantatnya di kursi, dan membenamkan wajahnya.

Hilang sudah mood-nya untuk menonton pertunjukan dari anak kelas sepuluh sampai duabelas.

'Kata orang jatuh cinta itu indah,
Tapi kalau kita jatuh cinta dengan orang yang tidak mencintai kita apa itu indah?
Menurutku ini menyesakkan.'

Wildest Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang