Bab- 20

10.6K 606 21
                                    

Yay! Selesai UAS langsung tancap ke dufan. Aye! Muach

Ini buat kalian semua, gue gak yakin bisa masuk diakal sama gue yakin banget++++ kalo ini gak bakal ada feelnya...
I can't ~ chapter 20

Farrel kira hal ini tidak akan terjadi lagi, tapi nyatanya hal ini terjadi lagi dan malah lebih buruk. Gabrielle pergi dengan membawa semua perasaannya, dirinya kehilangan seseorang yang berharga. Bodoh sekali dirinya, perempuan itu benar-benar mengaduk-aduk perasaannya. Kalau bisa saat ini Farrel ingin menyusul Gabrielle, tapi sayangnya semua orang yang dekat dengan Gabrielle enggan memberi tahu dimana Gabrielle.

Farrel mengacak-acak rambutnya gusar. Apa dirinya harus kehilangan sosok yang berharga lagi? Farrel tidak mau itu terjadi lagi.

'Tapi itu sudah terjadi dude, dan itu karena ulahmu.'

"Brengsek." Umpat Farrel ketika hatinya berbicara yang sangat-sangat memohok hatinya.

"Rel? Kamu mau sampai kapan dikamar mulu? Ngurung diri gitu, kayak cewek tau gak. Mama boleh masuk gak nih?" Farrel menghela nafas nendengar suara mamanya yang lembut. "Iya." Jawab Farrel pasrah dan pintu kamar langsung terbuka menampakan sosok wanita paruh baya dengan wajah khawatirnya.

Bagaimana tidak? Sudah 8 hari Farrel terus-terusan seperti ini. Seperti anak perempuan sehabis diputusi pacarnya, alias galau gajelas. Monic duduk di tepi kasur Farrel, wanita itu mengelus rambut Farrel dengan lembut. "Jangan gini terus donk Rel, kamu bikin mama sama yang lain khawatir." Tidak ada jawaban dari Farrel kini giliran Monic menghela nafasnya.

"Kalau kamu masih sayang sama Gabrielle, jangan kayak gini. Kamu belajar yang bener jadi orang sukses dulu, abistu cari Gabrielle sampai ketemu. Walaupun kalian masih SMA tapi mama yakin, kalau kalian itu satu sama yang lain gak main-main." Farrel membalikan hadapannya ke arah Monic lalu cowok itu langsung memeluk ibunya dengan erat.

"Kenapa Farrel bisa telat kasih tau semuanya ma? Kenapa Siska bisa kayak gitu? Kenapa Gabrielle mutusin untuk pergi? Kenapa Farrel gak bisa cegat dia ma? Kenapa Farrel selalu telat?" Farrel menenggelamkan wajahnya di perut Monic.

Monic mengelus rambut Farrel seraya tersenyum. "Mama gak tau jawaban dari semua pertanyaan kamu, tapi yang mama yakin satu hal Gabrielle masih nunggu kamu Rel. Kamu belajar yang bener jadi orang sukses, dan bawa dia pulang Rel, bawa dia jadi milik kamu."

Setelah itu Monic melepas pelukan Farrel dan meninggalkan cowok itu di kamarnya. Farrel menghela nafasnya apapun caranya, dirinya tidak akan melepaskan Gabrielle begitu saja.

Farrel mengambil cincin berwarna silver yang ia taro di nakas. "Sorry."

***
Sementara Gabrielle

Perempuan berambut coklat itu duduk di kursinya dengan headset yang bertengger di telingannya, mendengarkan lagu yang sesuai dengan suasana hatinya.

Gabrielle tersenyum tipis, lusa kemarin ia mendengar kabar kalau Farrel dan Siska itu berpacaran. Dan mereka berdua juga kompak tidak masuk sekolah, Gabrielle yakin mereka berdua sedang bersenang-senang bersama.

Tentu saja Farrel akan lebih memilih Siska ketimbang dirinya yang bukan siapa-siapa Farrel. Menyedihkan,

Gabrielle tersadar dari pemikirannya ketika sosok laki-laki berambut pirang menarik kursi yang ada di depan mejanya lalu duduk menghadap ke arahnya disertai dengan cengiran yang cukup menawan. "Hm, kau itu Gabrielle kan? Anak baru itu?"

Gabrielle melepas headsetnya, "iya? Memangnya kenapa?"

Pemuda di depannya menyengir lalu menyodorkan tangannya. "Oke, namaku Gio." Gabrielle menjabat tangan Gio dan tersenyum tipis. "Dan aku, kau sudah tau kan?"

Gio mengangguk. "Tentu, bagaimana tidak? Kau begitu cantik Gab, aku yakin di Indonesia banyak yang menyukaimu." Pemuda itu terkekeh, "bodoh kalau cowok itu menyia-nyiakan-mu, dan kalau menurutku kau itu baik."

Gabrielle tersenyum tipis. "Makasih atas penilaianmu Gi, tapi sepertinya di Indonesia tidak ada yang menyukaiku."

Gio mengangkat sebelah alisnya. "Bohong, tidak mungkin tidak ada yang menyukaimu. Aku yakin pasti ada," Gabrielle mengedikan bahunya. "Aku serius Gi, memang begitu faktanya."

Gio mengangguk. "Mungkin kau ada rahasia yang belum boleh aku ketahui? Kalau begitu tidak apa, tapi kalau ada apa kau boleh memanggilku. Walaupun aku baru mengenalmu aku yakin, kita bisa jadi teman dekat. Oh iya, aku ke kantin dulu aku lupa membeli makan siang, see ya."

Setelah Gio pergi, Gabrielle menghela nafasnya. Jujur, Gabrielle belum siap menceritakan semuanya, apa yang terjadi di Indonesia, apa yang terjadi diantara Farrel dengan dirinya. Dirinya masih tidak sanggup, luka di hatinya masih cukup menganga walaupun tidak selebar orang di luar sana.

Buat melupakan wajah Farrel saja susah, apalagi dengan apa yang cowok itu lakukan. Apalagi bayang-bayang wajah Farrel selalu menghantui pikirannya. Kalau takdir mengijinkan, dirinya masih ingin bersama dengan Farrel. Tapi sepertinya takdir memang tidak mengijinkan itu terjadi,

Gabrielle membuka ponselnya. Perempuan itu membuka pesan yang menumpuk dari Rheva. Tidak hanya Rheva tapi, Farrel juga. Tapi dirinya tidak mau berhubungan dengam Farrel, dirinya masih takut menerima kenyataan yang ada. Dirinya takut kalau, berita itu memang benar.

Rheva : Gue gak tau kenapa Farrel bisa kayak gitu, kalo gue ketemu beneran gue hajar.

Gabrielle : Gak perlu lah Rhev, biarin aja emang seharusnya gue gak masuk ke kehidupan dia.. dan emang seharusnya dia sama Siska, bukan sama gue.

Rheva : Jujur Gab, apa lo masih berharap sama Farrel?

Gabrielle menggigit bibir bawahnya, sumpah hati kecilnya ini masih berharap dengan Farrel, berharap kalau cowok itu akan mencarinya. Tapi itu tidak mungkin terjadi, karena itu hanya angan-angannya saja, mana mungkin Farrel akan mencarinya. Disana sudah ada Siska,

Gabrielle : Gue... gak tau.

Rheva : Gue sebenernya gak yakin berita itu bener Gab, karena itu juga simpang siur beritanya.

Gabrielle : Itu udah pasti Rhev, gue yakin. Oke, ini udah mau masuk bye. Sana tidur besok sekolah,

Rheva : iya-iya, good luck Gab.

Gabrielle mematikan ponselnya lalu memasukan ponselnya kedalam tas. Perempuan itu berdiri dari kursi kemudian mengambil buku-buku yang ada di lokernya.

Hati gue kangen sama lo Rel, ini konyol.

***
Dear, diary

Jujur, buat ngelupain lo itu susah. Senyum lo, tawa lo, apapun yang berhubungan sama lo itu bener-bener susah dilupain. Maaf kalo gue telat sadar akan perasaan gue, maaf gue gak bisa nyembuhin luka yang udah gue buat, maaf kalo semuanya bakal kayak gini. Maaf kalo selama ini, gue belum bisa move on dari Savira, maaf gue gakbisa jujur dari awal, maaf banget.

Gue tau, maaf aja itu mungkin gacukup. Dari awal kita ketemu, gue udah banyak bohong sama lo. Gue gak bisa jujur dengan masa lalu gue. Dan apa mungkin ini karmanya? Lo pergi dari gue. Lo pergi jauh dengan perasaan gue yang ikut pergi sama lo, harusnya gue sadar lebih awal. Kalo hati gue udah tertarik sama lo, harusnya gue sadar kalo gue sayang sama lo. Sayang sama lo sebagai Gabrielle, bukan siapapun.

Kalau waktu boleh diulang, gue pengen ulang semuanya Gab. Gue bakal jaga lo, gue bakal terus mempertahankan lo di sisi gue. Apapun caranya, tapi sayang gue gak bisa jaga lo dengan baik, gue gak bisa mempertahankan lo di sisi gue.

Jujur gue nyesel karena telat.
Gue nyesel gue gakbisa sadar sama tingkah Siska.
Gue nyesel karena gue telat sadar kenapa lo belakangan ini kayak gitu.
Gue nyesel gue gakbisa nyegat lo.

Apa gue masih ada harapan buat dapetin lo lagi? Please, tunggu gue.

-F.T.S-

***
T B C

Tired lmao, :'v

Gracias
27.05.16

sky!

Wildest Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang