Bab 1 - Hari Baik

382 12 7
                                    

Hai.

Selamat datang di duniaku. Dunia milik Nurina Titalasya, yang biasa dipanggil Tita. Ada juga sih yang memanggilku dengan sebutan Ina. Tapi jujur, aku lebih suka dipanggil Tita. Orang bilang, aku itu orangnya lucu, asik, supel, yah walau kadang mood aku agak random gitu. Aku bukan orang yang cantik, bukan orang yang terkenal juga di kalangan siswa-siswi sekolahku. Aku murid yang biasa aja.

Kata 'biasa' berlaku jika kalian berpikir bahwa sering terlambat masuk sekolah itu biasa, tidak pernah sekalipun mengerjakan tugas tepat waktu itu biasa, sering bolos pelajaran dan malah tidur di UKS itu biasa. Dan hal-hal lain yang biasa aku lakukan. Mungkin menurut orang normal, itu tidak biasa. Tapi bagiku, itu semua kebiasaan.

Jangan tanya bagaimana sikapku ke semua guru. Walaupun bandel, percaya deh, semua guru di sekolah pasti kenal sama Tita. Yah, siapa sih yang tidak mengingat murid paling bandel di sekolah? Paling sulit diatur?

Tidak semua guru benci kok sama aku. Yah, mungkin hanya beberapa guru yang memang sudah tua saja yang suka emosi. Tapi, bagaimanapun juga, mereka tetap guru yang harus dihormati. Sesebel apapun aku sama mereka, sesering apapun mereka marah-marah karena keterlambatanku, tetap saja harus menghormati yang lebih tua dan yang membagikan ilmunya.

Tetap sopan, selalu tersenyum, menyapa guru yang lewat dengan memberi salam, lalu bersalaman. Itulah yang selalu aku lakukan ke semua guru, termasuk yang sekarang ini.

"Assalamu'alaikum," kataku sambil berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah ditutup. Aku melihat Pak Rosyad dan Bu Irna—guru yang sedang piket hari ini—berada di Pos Satpam dibalik gerbang ini. Kurasa mereka sedang membicarakan sesuatu yang tidak bisa kudengar dari sini.

"Assalamu'alaikum," kataku lagi. Kali ini lebih keras dari sebelumnya. Dan itu sukses membuat Pak Rosyad dan Bu Irna menoleh menatapku dengan tatapan-kamu-lagi-kamu-lagi. Aku hanya tersenyum polos dan mengangguk memberi salam. Pak satpam membukakan gerbang sekolah bercat putih ini segera setelah Bu Irna memerintahkannya.

Aku melangkah dengan santai ke Pos Satpam, tentu saja untuk berhadapan dengan dua guru yang agak susah diajak kompromi itu.

"Jadi, kenapa kamu bisa telat? Saya bosan lihat kamu telat. Dan jangan ada lagi alasan menolong kakek-kakek buta yang ingin menyebrang di jalanan yang padat. Karena saya tahu itu hanya akal-akalanmu saja," kata Bu Irna sebelum aku sempat mengucapkan sepatah katapun.

Aku tersenyum sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal, "Ah, bukan. Saya hari ini harus mengantar—"

"Mengantar siapa? Tetanggamu yang tiba-tiba mau melahirkan?" potong Bu Irna sinis. Ah, guru ini memang selalu memperhatikan alasan keterlambatanku sebelum-sebelumnya. Jadi, aku harus memutar otak untuk memikirkan alasannya.

"Saya tadi harus mengantar adik saya ke sekolah. Ibu saya sedang berada di luar kota bersama Ayah saya. Jadi, saya juga yang merawat adik saya sebelum berangkat sekolah. Sebenarnya bukan apa-apa, tapi tadi adik saya sedikit rewel karena kangen dengan orang tua saya. Karena itu, saya harus membujuknya dulu. Dan tentu saja itu butuh waktu yang lama 'kan, Bu?" kataku memelas dan memasang wajah ingin menangis.

Aku melihat sinar kepercayaan dari mata Bu Irna, dan senang rasanya melihat beliau percaya pada alasanku. Namun..

"Tunggu, adik darimana? Kamu 'kan anak tunggal di keluargamu. Lagi pula, Ayah dan Ibumu di rumah tadi pagi. Saya yakin tidak salah lihat. Kamu jangan berani berbohong ya!" tegur Pak Rosyad dengan agak marah. Sialnya, aku lupa bahwa guru yang satu ini bertempat tinggal dua rumah dari rumahku. Iya, Pak Rosyad adalah tetanggaku. Mungkin ini hari sialku.

"Kenapa kamu selalu berbohong sih, Tita? Saya tidak habis pikir dengan kelakuanmu itu. Terlambat empat kali dalam seminggu, tugas tidak pernah terkumpul tepat waktu. Apa sih, mau kamu?" tanya Bu Irna dengan sebal. Yah, hampir semua guru di sekolah ini sudah tahu kebiasaanku yang mereka anggap buruk itu.

Aku hanya tersenyum sebagai jawabannya. Dan, sepertinya itu malah membuat Pak Rosyad dan Bu Irna sebal. Karena setelah itu, mereka langsung menyuruhku pergi ke kelas.

Aku berjalan dengan semangat menuju kelas. Entah kenapa, rasanya hari ini akan menyenangkan. Kakiku terasa ringan saat melangkah, padahal kelasku berada di lantai tiga gedung bagian barat. Mungkin akan ada hal baik yang akan terjadi hari ini?

Sesampainya di depan kelas, aku tidak melihat guru yang seharusnya mengajar di kelasku. Kemana perginya? Teman-temanku malah ada yang sedang menaiki meja untuk menyalakan proyektor yang menggantung di langit-langit kelas. Aku mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Mereka tetap ramai, begitupun yang kudengar dari kelas sebelah.

Aku membuka pintu kelas dengan perlahan, lalu masuk sambil berjinjit dan mengucapkan salam. Salah satu teman sekelasku, Naya, menyadari kedatanganku.

"Yaelah, kemana aja lo? Jam segini baru dateng? Habis bolos di UKS?" tanyanya, tahu kebiasaanku. Aku hanya meringis, lalu bertanya, "Ini kenapa pada rame? Gurunya kemana? Bukannya sekarang waktunya pelajaran Fisika?"

"Tumben banget lo peduli soal pelajaran, Ta? Biasanya juga lo malah kabur kan waktu pelajaran Fisika?" celetuk Vino yang mendengar pertanyaanku pada Naya. Aku tidak menjawabnya, dan kembali menunggu jawaban Naya.

"Hari ini semua guru ada rapat besar. Mulai dari jam ketiga, sekarang. Jadi, udah bisa dipastiin lah kalo hari ini tuh jam kosong sampe pulang. Anak-anak sekarang pada nyiapin buat nonton film. Lo bawa makanan?" Naya penasaran apa isi tasku, yang biasanya berisi makanan dan bukannya buku pelajaran.

"Bawa nih, banyak. Lumayan lah buat nonton bareng," kataku sambil membuka tas ranselku.

"Woy, Tita bawa makanan nih!" teriak Vino yang lagi-lagi menguping pembicaraanku. Semua mata tertuju padaku, bukan. Semua mata tertuju pada ransel yang kini berada di depanku, bersiap untuk dibuka.

Hari baik, kataku dalam hati.

***
Halo! Semoga kalian suka dengan cerita saya ya ^^ don't be a silent reader ;)
Kasih pendapat boleh, komentar juga boleh. But, please be polite :)
Tunggu cerita selanjutnya yaa..

Ms. Naughty and The Three MusketeersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang