Bab 14 - Pacar?

86 4 2
                                    


Aku mengikuti pelajaran seperti biasanya walaupun dengan kepala yang sangat pusing dan berat. Gana berkali-kali menoleh ke arahku, membuatku risih. Begitupun dengan teman-temanku yang lainnya, mereka menoleh kepadaku paling tidak sepuluh menit sekali. Dan, dilakukan bergantian.

Tentu saja hal itu membuat guru yang sedang mengajar bertanya ada apa sebenarnya. Aku hanya menggeleng dan berkata tidak ada apapun yang perlu dikhawatirkan.

Bel pulang berbunyi setelah aku bangun dari tidurku. Aku tertidur di kelas, entah sudah berapa lama. Anehnya, tidak ada seorang pun yang membangunkanku. Kepalaku sudah tidak lagi pusing.

"Dari kapan gue tidur? Tumben gurunya nggak marah," tanyaku pada Gana yang sedang merapikan buku-bukunya.

"Gue bilang kalo elo lagi sakit. Untung gurunya baik," jawabnya. Sekarang, semua teman kelasku melingkari mejaku. Beberapa dari mereka terlihat khawatir, beberapa dari mereka terlihat penasaran.

"Eh, kok kesini semua?" tanyaku pada mereka.

"Lo nggak apa-apa, Ta?" tanya Naya terlihat sangat khawatir. Aku tersenyum dan mengatakan aku baik-baik saja.

"Yakin nggak apa-apa?" Vino bertanya sambil memperhatikan wajahku, mungkin ia berharap ada luka lebam di wajahku. Sayang sekali, aku tidak mendapat luka apapun karena perlakuan Keira.

"Iya. Kalian lebay banget sih, hehe," kataku lalu meringis.

Ridho langsung menjitak kepalaku, "Kita tuh khawatir sama elo, Na."

Gana langsung bereaksi dengan berlebihan dan memukul punggung Ridho dengan keras. "Lo jangan sembarangan ngejitak orang! Dia kemarin habis pingsan, tadi dia pusing. Dan sekarang elo berani-beraninya jitak dia!?" teriaknya.

"Suara lo yang bikin gue pusing," kataku dengan pelan. Ridho seketika meminta maaf padaku yang kubalas dengan anggukan dan lambaian tangan, "Udah, nggak apa."

"Lo nggak pengen cerita ke kita?" tanya Karsa yang duduk di atas meja di depanku. Teman-temanku yang lain menyetujuinya dengan menganggukkan kepala mereka dan bergantian mengiyakan.

"Cerita apaan?" tanyaku pada mereka semua, berpura-pura tidak tahu. Aku merasa ada yang kurang di sini, tapi apa?

"Ya, gimana tadi waktu lo disiksa sama Keira si bohay?" tanya Ridho dengan semangat. Dasar, laki-laki sama saja.

"Lo pikir gue apaan pake disiksa segala?"

"Cerita lah, sama kita," kata Resty. "Kita kan keluarga," tambahnya. Aku tersenyum, bahagia rasanya memiliki mereka yang sudah seperti keluarga besar.

"Ya soalnya gue nggak tau mau cerita gimana. Mendingan tanya monyet di sebelah gue aja nih," kataku menunjuk Gana yang duduk di sebelahku. Ia mulai bercerita dengan berapi-api dan beberapa tambahan yang tidak kusuka. Terkadang aku memotongnya dan memperbaiki beberapa kejadian yang dilebih-lebihkan.

"Wah, gila lo. Berani banget sama itu orang. Emang lo beneran nggak tau siapa dia?" tanya Naya. Terlihat dari ekspresinya bahwa ia kaget dengan pernyataan bahwa aku tidak mengenal Keira.

"Emang dia siapa?" tanyaku yang tidak tahu sama sekali mengenai Keira.

"Wah, pantesan mereka gemes sama lo. Orang sepopuler itu aja lo nggak tau," celetuk Ridho yang langsung kutendang kakinya.

"Tinggal jawab aja apa susahnya sih?"

"Ya gitu. Dia emang populer. Bokapnya tuh yang penyumbang paling besar di yayasan sekolah kita. Jadi, nggak ada seorang pun yang berani sama dia. Termasuk gue," kata Ridho lalu cemberut mengakuinya. Aku tertawa melihatnya seperti itu. Dasar, di saat seperti ini masih saja bisa membuat orang tertawa.

Ms. Naughty and The Three MusketeersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang