"Hei Minami! Di sini kosong!" panggil Jin sembari melambaikan tangannya ke atas saat menemukan kursi untuk dua orang yang menghadap ke tembok. Kebanyakan orang tidak terlalu suka duduk di kursi two-seat yang berhadapan dengan kursi two-seat lainnya karena merasa privasi mereka terganggu, apalagi ketika sedang mengobrol."Tidak usah teriak-teriak.." Minami Yudai yang menentang seplastik penuh makanan dan minuman dari minimarket stasiun Hakata pun menyusul teman pelariannya tersebut.
"Kau mau duduk di bagian yang ada jendelanya, kan? Silahkan." Jin pun memersilahkan Yudai untuk masuk lebih dahulu. Padahal sudah berkali-kali dibilang kalau ia tidak suka diperlakukan seperti putri begini, tapi bilang pada cowok keras kepala seperti ini jelas tidak ada gunanya. Kalau melihat Jin yang terlihat hidup dan cerewet seperti ini terkadang Yudai jadi tak percaya dengan Jin yang tampak hilang arah kala itu. Keadaannya waktu itu seperti.. tidak apa-apa di pandangannya. Ia hanya maju terus, tidak ada niat dan maksud untuk mencapai apa pun. Meskipun waktu itu aku berada di depan matanya persis, ia seperti tidak mengenaliku. Syukurlah ia sudah tidak seperti itu sekarang.
"Nih air mineralmu." Yudai pun menyodorkan sebotol air putih ukuran 2 liter kepada Jin. "Kau benar-benar anak olahraga ya, jalan-jalan begini saja kau masih pesan air mineral."
"Memangnya minumanmu sendiri apaan sih.." Dengan paksa Jin menarik kantung plastik yang berada di pangkuan Yudai dan sontak ia pun tertawa keras. "Hahahah, susu stroberi, minuman jeruk dan soda bergula tinggi! Kau mau mati karena diabetes ya!"
"Berisik ah.. Kalau suatu makanan atau minuman tidak ada manisnya, aku tidak akan sudi menyantapnya. Hambar tahu," balas Yudai lalu menarik kembali makanan dan minuman yang ia beli dengan uangnya sendiri. Setelah bicara begitu, kereta yang mereka tumpangi pun berangkat. Sementara Jin masih menertawai temannya yang menurutnya unik itu. "Kenapa sih kau. Memangnya kau tidak bosan minum air putih terus?"
"Bukannya yang bagus itu kau tidak pernah bosan minum air putih? Hahah, ya sudahlah, itu kan pilihanmu. Aku hanya terbiasa dengan kebiasaanku memilih yang sehat. Anak klub musik ringan sepertimu cocok kok dengan pilihan minuman seperti itu."
"Kok kau tahu kalau aku masuk klub musik ringan?"
"Tentu saja tahu, kau lupa aku kan memberimu selamat saat kau selesai tampil di acara pensi sekolah."
"Ah benar juga.. Aku pernah tampil." Pikiran Yudai pun sekejap melayang ke kegiatan klubnya yang jika dibandingkan dengan definisi klub milik Jin jelas sangat berbeda. Ia sebenarnya tidak pernah tertarik masuk ke klub kecil seperti itu. Sudah anggotanya sedikit, anak barunya saat itu hanya Yudai dan kegiatan yang mereka lakukan juga membosankan. Kalau saja Terashima Seiji, atau yang panggilan akrabnya adalah Tera, tidak khusus memanggilnya saat demo pencarian anggota baru, mungkin Yudai akan menghabiskan kehidupan SMA-nya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak jauh hambarnya dengan masa SMP-nya. Tera adalah siswa kelas 3 yang beberapa minggu lalu baru saja menerima buket bunga tanda perpisahan dari adik kelas yang paling dekat dengannya. Dulu ia sempat dikenal sebagai anggota tim basket yang cukup jago, apalagi tingginya yang lebih dari Jin itu membuatnya mudah diingat semua orang. Karena itu meskipun klub musik ringan itu tak seberapa kualitasnya, tetap saja banyak yang mengetahui namanya. Hanya saja tak banyak yang benar-benar mengetahui sikap asli pemuda berambut coklat kehitaman itu. Yudai adalah salah satu pengecualian. Selama satu tahun terakhir sebelum mereka akhirnya berpisah, keduanya menghabiskan banyak waktu bersama, berbagi suka dan duka, saling menghibur dan menenangkan yang lainnya. Begitu dekat, begitu intim hingga kadang Yudai tidak mengetahui batas atau definisi dari hubungan mereka berdua. Yang bisa kurasakan hanyalah bahwa aku tidak lagi sama tanpanya. Aku tidak sebegitu bodohnya untuk menyangkal bahwa aku merasa ada lubang yang kosong ketika melihat ia mengenakan setangkai bunga merah kelulusan di dada kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loose Chain [BL]
Adventure[COMPLETED/PG15] "Lepaskan tanganmu. Aku tidak ingin kau mengotorinya dengan menyentuh seorang menyedihkan yang tidur dengan kakak laki-lakinya." "Aku mengambil nyawanya dengan tangan ini. Semua yang menjadi kebahagiaan keluargaku, akulah yang meren...