"Bersulang!" Bunyi gelas-gelas kaca yang beradu itu disambut dengan riuh suara kami bertiga yang begitu tenggelam dalam suasana perayaan. Meskipun tidak ada tamu lain selain aku, perayaan setahun pernikahan Shin dan Aya-san sarat oleh gelak tawa. Shin, kini dengan dagunya yang tercukur bersih, dan juga setelan jas hijau tua dengan motif garis samar sementara istrinya, mengenakan gaun semi-formal selutut berwarna ungu dengan rambut hitamnya terkuncir lemas—Berapa kali pun aku melihat mereka berdua, tidak ada kata lain selain 'serasi' yang menggema di dalam kepalaku.
"Selamat atas ulang tahun pernikahan kalian yang pertama, tidak terasa sudah selama itu. Padahal dulu aku mendatangi pertunangan kalian masih dengan seragam SMP."
"Benar juga! Sekarang kau sudah tahun kedua ya? Cepat sekali waktu berlalu." Aya-san tersenyum gembira, menonjolkan lesung pipitnya yang jelas dapat memikat laki-laki mana pun yang melihatnya.
"Akhirnya jadi juga kita makan di tempat ini, setelah kau seenaknya membatalkan rencana kami waktu itu," sindir Shin dengan seringai nakal. Aku hanya mengangguk pelan dan melihat ke arah jendela luar. Panorama Fukuoka malam yang berkelap-kelip, pemandangan yang sama dengan ketika pertama kali aku berjumpa dengan Shin. Tidak di meja yang sama, tidak juga di lantai yang sama, tapi kami berada di tempat ini. Restoran terkenal yang menjadi langganan keluarga Minami. Jika waktu itu sang pengantin bahagia adalah Takeshi-san, kini Shin adalah penyandang gelarnya. Sungguh ia memang terlalu cepat untuk menikah, terlalu dini untuk menjadi penerus keluarganya, tapi pada akhirnya saat ia duduk di kursi ini, dengan perawakannya yang matang dan tanpa keraguan, tiada satu pun yang dapat menyangkal bahwa ia pantas menjadi kepala keluarga Minami.
Kuseruput anggur putih yang beralkohol rendah dari gelas elegan bak orang dewasa. Sudah satu minggu semenjak kejadian itu. Setelah meninggalkan kuil tersebut, aku dan Jin kembali ke rumah kakek. Setelah mendengarkan ceramah mereka yang seakan tak berujung, akhirnya aku memutuskan untuk menginap beberapa hari di sana. Dengan sopan Jin menolak tawaran tersebut dan ia pun kembali ke Fukuoka sendirian. Ketika aku mengantarnya ke stasiun, ia memberikanku pelukan ringan. Walau aku tahu hatinya yang tertambat di suatu tempat di jiwaku ini mencegahnya untuk melepaskan pelukannya. Tapi ia sudah memutuskan bahwa ia harus kembali. Ia harus menanggung akibat dari dosanya. Sudah terlalu lama ia lari.
Aku tidak tahu kabarnya setelah itu. Ia masih 17 tahun, aku tidak punya pengetahuan akan apa yang akan pihak berwajib lakukan terhadapnya. Tapi yang jelas ia tidak akan kembali ke Tsurunosaki. Tidak ada alasan baginya untuk berada di sekolah itu lebih lama. Ia tak punya bisbol lagi. Ia juga mungkin tidak punya masa depan yang baik lagi. Tapi Sawada Jin yang kukenal, pemuda yang setengah mati kupahami itu, masih memiliki kesempatan untuk membuat dunia ini lebih baik. Niat mulianya bukanlah sekedar idealisme dungu belaka. Keji bukanlah sesuatu yang tertanam pada jiwanya. Mungkin suatu saat nanti, ketika kami berdua sudah dapat tersenyum masing-masing, kami akan dipertemukan kembali untuk bisa membagikan senyum ini kepada yang lainnya.
"Shin, Aya-san. Sebenarnya ada suatu hal yang ingin kubicarakan dengan kalian." Ucapanku menginterupsi bincang-bincang Shin dan Aya yang dipenuhi oleh kejenakaan. Pasang mata mereka berdua sekilas bertemu, baru kemudian beradu dengan milikku.
"Tentang apa?" tanya Shin.
"Aku ingin tinggal bersama kakek Keisuke dan nenek Eriko." Kalimat lugas itu mengheningkan meja VIP di pinggir jendela itu seketika.
"Tunggu.. Yudai. Kenapa kau tiba-tiba memutuskan hal seperti itu- Apa ini karena kami akan punya rumah baru? Bukankah aku sudah memohon padamu untuk tinggal bersama kami?" Raut wajah Aya-san memelas. Ia dan Shin sedang dalam rangka menyempurnakan hunian baru mereka. Sudah sejak beberapa bulan lalu mereka mulai memindahkan barang-barang mereka dari rumah keluarga Minami ke sana. Sebenarnya mereka tak usah pindah. Tapi sepertinya Shin tidak ingin berada di rumah yang menjadi saksi ketika ia berada di titik paling bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loose Chain [BL]
Adventure[COMPLETED/PG15] "Lepaskan tanganmu. Aku tidak ingin kau mengotorinya dengan menyentuh seorang menyedihkan yang tidur dengan kakak laki-lakinya." "Aku mengambil nyawanya dengan tangan ini. Semua yang menjadi kebahagiaan keluargaku, akulah yang meren...