#20. Perasaan Bintang

3K 178 9
                                    

"Erina? Kamu tadi ... bilang apa?"

Ia menunduk. Sekilas aku menyadari ada secercah keraguan pada raut wajahnya. Tentu saja aku mendengar dengan jelas akan apa yang ia katakan barusan. Hanya saja, separuh diriku menolak untuk memercayai bahwa itu bukanlah halusinasi atau semacamnya.

Ada yang aneh di sini. Apakah Adena telah memberi tau Erina tentang kejadian di waktu istirahat sebelumnya? Ya, aku rasa itulah alasan yang paling masuk akal.

"Aku bilang, aku mau jadi pacar Kakak."

Kali ini dia mengatakannya dengan mantap. Tapi pada dirinya yang sekarang, aku tidak bisa melihat sesuatu yang biasanya ada di aura cewek ketika mengatakan hal semacam itu kepadaku.

Ada yang salah di sini. Aku yakin, pasti ada hal yang ia sembunyikan dariku. Rasa kasihan? Simpati? Atau sebenarnya ... dia sedang mengejekku? Alih-alih merasa bahagia, aku malah semakin merasa kesal.

Ayolah Bintang, kendalikan dirimu. Ingat-ingat lagi tentang taruhanmu dengan Tian. Besok adalah batas waktunya. Dan sekarang pintu kemenangan sedang terbuka lebar. Inilah sisa satu persen yang kau sebut dengan keajaiban. Bukankah kau berjuang selama tiga bulan terakhir hanya untuk hal semacam ini?

Tanpa sadar, aku malah berkata, "Apa Adena baru aja memberi tau kamu sesuatu sehabis waktu istirahat barusan?"

"Hn? Setelah istirahat, aku tidak berbicara apa-apa dengan Dena ...."

"Jadi kenapa kamu tiba-tiba mau jadi pacar aku?"

Akh! Kamvret! Kenapa aku jadi memperpanjang masalah sih!? Mulutku seakan menolak untuk mengatakan "ya". Apa karena masih ada keraguan di dalam hatiku? Tapi sekarang bukan saatnya untuk ragu, kan!

Kira-kira apa yang sebenarnya aku inginkan ....

"Waktu itu Kakak bersikeras ingin jadi pacar aku, kan." Sembari menjeda, Erina menatap mataku. Dan tampaknya aku mengetahui tujuannya melakukan itu. "Mungkin Kakak sangat ingin berpacaran denganku atau semacamnya. Karena itu ...."

Ini benar-benar menyebalkan. Baik jawaban yang Erina berikan, maupun respons yang aku lakukan. Cewek ini sama sekali tidak menyukaiku. Tetapi ia bersedia membantu meski aku pernah mengatakan hal yang kejam padanya.

Erina ... kau malah membuatku seperti orang tolol.

Kepura-puraan ini akan menjadi kunci bagi kemenangkanku. Kebohongan ini akan menyelamatkan kehidupan masa mudaku. Ya, topeng ini adalah apa yang membuatku bahagia. Segalanya hanyalah demi kepuasaan pribadi. Dengan kata lain, diriku adalah individu yang sangat busuk. Benar kan?

"Kalau begitu, mulai sekarang-"

Suaraku mendadak tertahan. Beragam pertanyaan sontak membanjiri kepalaku. Diselimuti oleh keragu-raguan, tatapanku berubah menjadi kosong.

Benarkah kehidupan masa muda sempurna ini yang ingin terus aku pertahankan? Benarkah aku masih mau terus memacari cewek-cewek yang aku sama sekali tidak tertarik pada mereka?

Apa yang sebenarnya aku inginkan? Apa yang sebenarnya aku cari?

Bagaikan tayangan slide, berulang kali, ekspresi beberapa mantan pacarku di kala aku mengakhiri hubungan spesial kami tergambar secara bergantian di benakku. Senyuman pahit mereka mekar secara perlahan, sakit hati mereka disembunyikan dengan berusaha bertingkah seperti biasa. Sewaktu itu aku bersikap masa bodoh hingga tak menyadarinya-tidak, sejak awal aku memang tidak mau mencoba untuk menyadarinya. Semuanya mencintaiku, semuanya menyayangiku, jadinya aku berpikir bahwa aku bisa berbuat apapun pada mereka.

Memberi harapan, membuatnya mengalami kesenangan semu, lalu meninggalkannya dengan rasa sakit yang luar biasa. Bahkan setelah itu semua, tidak ada yang berani menyalahkanmu.

Ikeh Ikeh KimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang