#10. Dua Jamur

3.7K 187 15
                                    

Kesadaranku mulai kembali menyambangi dunia nyata. Pinggang ini agak penat, namun rasa nyaman yang berakibat malas masih menguasai seluruh tubuh. Mataku mengerjap, dan sontak uapan panjang pun memaksa untuk dibebaskan.

Kepalaku terasa berat. Meski demikian, aku tetap berusaha untuk mengubah posisi menjadi duduk dengan punggung lurus. Pandanganku yang tadinya agak berkunang mulai memperjelas hal yang terjadi di sekitarku.

Kuantitas murid telah berkurang banyak dari jumlah yang sewajarnya. Beberapanya menyantap makanan atau minuman di pojokan sembari berbincang satu sama lain. Sudah jelas kalau situasi ini menerangkan akan dua kemungkinan. Pertama, guru yang mengajar sedang ada urusan di luar dan membiarkan para murid bertingkah semaunya. Kedua, ini adalah jam istirahat. Mengingat aku yang tertidur pulas, nampaknya kemungkinan kedua adalah yang paling tepat.

Sungguh, ini pertama kalinya aku tertidur saat jam pelajaran berlangsung, bahkan ketika itu guru tengah mengajar di depan kelas. Kira-kira berapa lama aku terlelap? Dan lagi tidak ada yang membangunkanku ... ah, itu pasti karena wajahku yang terlalu tampan saat tertidur, jadi tidak ada yang berani untuk melakukannya.

Tunggu dulu. Kalau ini jam istirahat, seharusnya kan aku menjual jamur? Akh! Kamvret! Kenapa bisa-bisanya telat begini!

Setelah mengucek-ucek mata, aku segera bangkit dan beranjak pergi. Namun langkahku terhenti ketika sampai di luar pintu kelas dan menyadari keberadaan Adena di dekat dinding.

Oi, oi, sudah berapa lama ia berada di sana?

"H-halo ... Kak Bintang ...."

"Istirahat baru aja mulai, ya?"

Dia tertawa paksa sebelum menjawab pertanyaanku. "U-udah lama, Kak. Mungkin sebentar lagi selesai ...."

"Kenapa tidak memba—"

Kata-kataku tertahan tatkala sadar akan sesuatu. Sudah jelas 'kan, mereka tidak mau membangunkan aku yang tidur begitu lelap. Yah, inilah resiko menjadi orang tampan. Tapi kok rasanya menyebalkan.

Aku menghela napas berat, mencoba mendinginkan kepala. Pandanganku kini beralih pada kantung plastik yang dibawa Adena. Oi, oi, tumben di jam segini masih tebal seperti itu. Bukannya beberapa hari yang lalu, ketika aku menyerahkan sepenuhnya pada Adena, tidak bersisa sebanyak itu?

"Jamurnya kurang laku ya hari ini?"

Ya wajar saja sih. Lagipula akulah tokoh yang berperan besar dalam naiknya penjualan jamur Kimochi. Kira-kira apakah Erina akan kesal karena aku mangkir dari pekerjaan hari ini?

"Anu ... Kak Bintang ... sebenarnya ...."

Adena berujar dengan nada ragu. Aku mengerutkan kening, mengisyaratkan agar ia segera melanjutkan kalimatnya.

"Ada produk jamur goreng baru di sekolah ...."

"... Ha?"

Mulutku membuka cukup lama ketika berusaha memahami apa yang disampaikan Adena barusan. Dan secara kebetulan, hal yang membuatku bingung pun terjawab di saat mendengar perbincangan dua cowok di belakangku.

"Eh, tau enggak. Ada jamur goreng yang renyah banget loh. Namanya jamur Enak."

"Ah iya, aku dengar banyak cowok yang beli jamur itu."

"Yaiyalah, soalnya pemandangannya sedap, bro."

"Wah! Sip! Sip! Kita ke sana yuk!"

Mereka yang sedari tadi aku amati dengan ekor mata pun pergi dengan langkah santai. Tch, kenapa di saat aku lengah, tiba-tiba ada saingan begini sih. Baiklah, daripada bengong, lebih baik sekarang mengintai wilayah musuh.

Ikeh Ikeh KimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang