#05. Asisten

6.9K 294 27
                                    

Dunia akan lebih berwarna jika kau sedang jatuh cinta. Begitu indah bagaikan alunan simfoni yang menghias pemandangan asri dari hamparan kebun bunga. Kehangatan akan didapat ketika saling melemparkan kata-kata manis. Memaksa sanubari untuk ikut tersenyum bersama sela bibir. Namun, di mana ada rasa bahagia disitu ada rasa sakit yang mengiringi. Ya. Hal yang padahal sepele malah terasa mencekik erat di ulu hati hingga muncul kepedihan yang luar biasa.

Setidaknya itulah yang pernah aku rasakan. Berulang kali jatuh cinta, berulang kali disakiti. Hingga membuatku bertanya-tanya dalam hati, apa sebenarnya jatuh cinta itu? Perasaan egois yang ingin memiliki seorang lawan jenis, kah? Tapi kenapa bisa dengan mudahnya beralih ke lain hati? Perenungan selama beberapa bulan membuatku memperoleh sebuah kesimpulan.

Jatuh cinta sama dengan kamvret.

Hal-hal seperti bertemu belahan jiwa saat naik angkot, atau tidak sengaja menabrak seorang cewek di restoran lalu kemudian jatuh cinta dengannya. Semua itu hanyalah omong kosong yang berada di dalam sinetron. Mereka bilang jodoh bisa datang secara tidak terduga. Tetapi, apakah memang bisa sekebetulan itu?

Dan yang tengah aku hadapai sekarang adalah sesuatu yang lebih kamvret daripada sinetron.

Oke, ini belum berakhir. Baru seminggu lebih berlalu semenjak datangnya ancaman kamvret dari makhluk kamvret bernama Tian. Selama itu pula, aku sudah terjebak di beberapa situasi kamvret yang sangat menyebalkan jika diingat ulang. Berhasil berkunjung ke kediaman Erina ternyata masih belum cukup untuk menaiki satu anak tangga menuju hatinya. Atau bisa dibilang, aku masih merasa jalan di tempat.

Biarlah masa lalu menjadi kenangan, dan menjadi pelajaran tentunya. Aku akan tetap berusaha membuka mata Erina agar ia bisa memahami ketampananku ini.

Sekarang adalah jam istirahat. Stok jamur Kimochi yang diberikan padaku sudah habis sejak pagi tadi. Hebat, kan? Ah, aku ini memang sangat berbakat dalam berbagai bidang. Mungkin jabatan kepala sekolah pun bisa aku ambil alih dengan mudahnya.

Nah, karena sudah habis, jadi aku mengambil beberapa jamur Kimochi lagi dari Erina. Kuantitas yang banyak tidak bisa aku simpan sendirian, kan. Lagipula jamur tambahan itu baru baru saja diantar ke sekolah oleh Tante Ebi karena secara tak terduga hari ini lebih cepat habis daripada biasanya. Sayangnya, bukan aku yang menerima barang itu, melainkan Erina.

Eh, salah, maksudku ... err ... begini. Di saat aku menemui Erina tadi, dia bilang untuk mengambilnya di perpustakaan, lebih tepatnya di tempat temannya yang bernama Adena. Karena Adena lah yang katanya secara kebetulan berpapasan dengan Tante Ebi dan membawakan jamurnya ke perpustakaan.

Intinya seperti itu. Aku tidak terlalu menanyakan detail kejadiannya. Yang penting sekarang adalah sesegera mungkin mengambil jamurnya.

Perpustakaan serasa lebih adem dari biasanya. Ah, mungkin akunya saja yang sedari tadi agak merasa gerah karena saat jam pelajaran, aku mendominasi alur presentasi dan menjawab banyak pertanyaan yang datang silih berganti.

Kalian pikir aku egois? Jangan salah sangka. Aku melakukannya atas permintaan rekan-rekanku yang nampaknya kesulitan dalam berbicara di depan khalayak ramai. Menjadi satu-satunya anggota kelompok yang berbakat tentu menimbulkan tanggung jawab yang lebih besar. Lagipula dengan bertindak seperti tadi dapat memperoleh beberapa keuntungan; membanggakan guru misalkan, atau menambah kadar kewibawaanku di mata teman-teman agar aku terlihat begitu sempurna.

Oke, biar kutegaskan sekali lagi. Dunia remaja hampir aku kuasai. Hampir. Jika aku bisa menaklukkan hati Erina, maka sempurnalah sudah.

Kembali ke permasalahan utama. Di tempat nongkrong petugas perpustakaan, aku melihat Johar yang sedang duduk malas. Ah, iya. Aku 'kan tidak tau Adena itu cewek yang mana. Jadi, menghampiri Johar dan bertanya adalah keputusan yang wajar.

Ikeh Ikeh KimochiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang