Alat tranportasi lalu lalang. Menghasilkan zat buangan yang menghalangi terciumnya udara bersih. Akan tetapi, pohon-pohon kecil yang tersusun di pinggiran jalan bisa dikatakan sukses untuk meminimalisir kuantitas dari karbon monoksida yang terhirup. Membuat udara masih terasa segar untuk dinikmati.
Aku menyusuri trotoar. Berbaur dengan beberapa pejalan kaki yang untungnya tidak terlalu banyak, sehingga jalur yang aku tempuh terasa lapang. Di sebelahku, ada Erina yang sedari tadi menggiring sepeda ontelnya, berusaha menyesuaikan tempo perpindahan denganku yang hanya berjalan kaki. Tak jarang kami mengobrol bersama. Menikmati pemandangan dari taman kota yang sempat terlewati. Senyuman tipis sempat terlukis di paras ayunya itu.
Segalanya hampir terlihat sempurna. Ya, masih ada kata hampir karena ....
KENAPA JOHAR MESTI IKUT SIH!? APA-APAAN DENGAN POSISI INI!? SEKARANG ERINA BERADA DI ANTARA AKU DENGAN JOHAR!? KEBETULAN, KAH!? AKU MALAH MELIHAT INI SEMACAM PERSAINGAN CINTA!?
Ah, maaf, aku lagi-lagi terbawa emosi. Suasana geregetan macam ini membuatku benar-benar kesal. Biar aku ceritakan dari awal. Setelah Erina mengajakku untuk mampir ke rumahnya, kami pun berjalan berdampingan. Ya, kami. Aku, Erina, dan Johar. Ternyata, Erina dan Johar itu adalah ... tetangga? Tetangga beda komplek? Ya pokoknya begitulah. Karena jarak antara rumah mereka dengan sekolah tidak terlalu jauh, jadi mereka sering berjalan kaki, atau paling tidak mengendarai sepeda.
Sedangkan aku? Sebenarnya sih aku memakai kendaraan C*R sebagai transportasi. Tapi aneh 'kan jadinya jika aku menggunakannya sekarang, apalagi saat mengetahui bahwa Erina memakai sepeda. Nah, supaya terlihat keren dan rajin, aku bilang saja jalan kaki. Lagipula rumahku searah dengan rumah Erina. Nanti sehabis pulang dari rumahnya, aku tinggal minta jemput sama sopir lamborghini-ku. Kendaraanku yang tadi? Biarlah terparkir di sekolah sampai besok. Kalau hilang? Ya tinggal beli lagi. Apa susahnya.
Dan, voila. Jadilah aku yang berada dalam situasi sekarang. Belum tepat sih kalau dikatakan jarak yang kami tempuh sudah jauh. Eh, benar juga. Mengingat alamat rumah Erina, membuatku baru menyadari bahwa ini baru permulaan! Ya. Setidaknya, aku mesti memanfaatkan peristiwa ini untuk mencengkram hatinya.
Ah, ada satu hal yang membuatku penasaran. Apa Johar itu ... memiliki hubungan kekeluargaan dengan Erina? Atau mungkin dia kakaknya? Hmm, bisa jadi. Akan aku tanyakan secara tersirat.
"Anu, Erina. Apa kau memiliki saudara kandung? Kakak atau adik misalkan?"
Sebelum menjawab Erina menatapku sekilas. "Tidak ada."
....
Hee.
Asli, kamvret. Jawabannya cuma itu? Oi oi, cobalah respon dengan kalimat yang lebih panjang. Aku melirik Johar yang sedari tadi menatap liar ke arah lain. Hmm, berarti dugaan bahwa Johar adalah kakaknya Erina terbantahkan. Satu spekulasi hilang, menyisakan spekulasi lain yang belum terbukti kebenarannya.
"Ah, apa Erina punya sepupu atau semacamnya yang lagi sekolah di sekolah kita? Eheheheh, maaf. Aku penasaran."
"Tidak ada."
....
Nah, kan kamvret! Kenapa sih!? Apa pertanyaanku tidak menarik baginya!? Atau aku terlalu sok mewawancarai!? Tch. Tenang Bintang, tenang. Coba pikirkan kembali. Evaluasi. Nadaku kah yang bermasalah? Tidak, tidak. Aku sudah yakin menggunakan lantunan akrab ala peluluh hati wanita.
"Oi, Erina, lihat. Nenek itu membawa jamur Kimochi," Johar berkata agak malas-malasan sembari menunjuk sosok di seberang jalan.
"Eh? Mana? Huh. Itu bukan jamur Kimochi. Tapi jamur Cokocip milik tetangga sebelah."
![](https://img.wattpad.com/cover/34180253-288-k261157.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikeh Ikeh Kimochi
Novela Juvenil[Cover by @andhyrama] Bintang adalah seorang murid kelas 2 SMA yang tampan, memiliki prestasi akademik gemilang, pemain basket yang handal, tajir, dan digrandrungi oleh banyak cewek di sekolahnya. Suatu hari, dia diancam oleh seseorang. Jika dia tid...