Prolog

822 28 0
                                    

Waktu baru menunjukkan pukul 05.55, sekolah Harapan Bangsa masih nampak lengang. Hanya beberapa siswa saja yang sudah datang, termasuk Raka. Ia asik sendiri mendengarkan musik melalui headset yang tersambung dengan Ipod miliknya. Tepat 8 menit kemudian, orang yang ditunggunya datang.

"Telat 3 menit, Maura!", ujar Raka sambil melihat jam di tangannya.

Sementara itu, Maura hanya duduk dengan napas tersengal dan peluh di dahinya. Melihat pemandangan di depannya membuat Raka tersenyum geli, ia mengulurkan tangan dan mengusap rambut Maura dengan gemas. Sikap Raka yang merasa tidak bersalah itu membuat Maura tambah kesal. Dengan bibir mengerucut dan mata mendelik tajam, ia menurunkan tangan Raka dari kepalanya.

Setelah napasnya teratur, ia berkata pada Raka dengan emosi yang tidak dapat ditahan. "Gue capek! Mulai hari ini gue berhenti mengikuti permainan bodoh yang lo buat!".

Raka kembali tersenyum geli mendengar perkataan Maura, "Lo hanya perlu berangkat lebih pagi, Maura sayang. "

"Pokoknya gue berhenti. Terserah kalo lo masih mau sok misterius. Dan berhenti panggil gue dengan sebutan sayang, karena gue bukan pacar lo, Raka Pradana!". Usai berkata itu, Maura bangkit dan bergegas keluar kelas.

Raka semakin terkekeh melihat tingkah cewek yang baru saja meninggalkan dirinya. Cepat ia mengejar Maura. Dirangkulnya pundak Maura setelah sejajar dengan cewek itu. Dengan tangannya yang lain, Raka menjawil pipi Maura, "Gitu aja marah, nggak asik ah". Maura tetap diam, ekspresi mukanya menandakan bahwa ia masih kesal dengan Raka.

***

Namaku Maura Kinanti. Pagi ini aku sudah menghabiskan sepiring nasi uduk, 2 bala-bala dan segelas MILO hangat. Porsi yang sepadan mengingat aku belum sempat sarapan dan tadi harus lari dari gerbang sekolah hanya supaya tidak telat dari waktu yang telah ditentukan sahabatku, Raka. Ya, permainan bodoh ini ulahnya Raka. Aku harus datang tepat pukul 06.00 jika ingin mengetahui siapa cewek beruntung yang disukai Raka. Mudah saja untuk tiba pukul 06.00 jika rumahku sedekat rumah Raka dengan sekolah. Sayangnya rumahku sedikit lebih jauh. Ditambah sudah 2 minggu ini, tepat saat permainan bodoh ini dimulai, lalu lintas tidak pernah bersahabat. Walaupun aku udah berangkat dari jam 5 lebih, tetap aja telat, paling cepat telat 3 menit, seperti tadi pagi. Masa iya aku harus menginap di sekolah agar bisa mengetahui cewek pujaan Raka itu? Aku sudah membujuk Raka sedemikian rupa untuk memberitahu nama cewek itu, namun ia tetap keukeuh dengan pendiriannya. Ia baru akan menceritakan rahasianya jika aku berhasil datang ke sekolah tidak lebih dari jam 06.00. Sebuah hal yang sulit direalisasikan.

Mungkin aku mau nyerah aja deh. Lagipula, seberapa penting sih nama cewek itu buatku? Nggak penting-penting amat kan?

Tapiiiiii...cewek itu cewek yang disukai Raka dan apapun yang berkaitan dengan Raka akan berlabel penting buatku.

ConfessionWhere stories live. Discover now