Chapter 18

94 8 8
                                    

Keriuhan teman-teman langsung menyambutku begitu aku tiba di depan kelas. Rupanya jam pelajaran terakhir tidak ada gurunya. Kekosongan itu mereka manfaatkan untuk membuat properti guna mendukung Raka cs. Terlihat dari potongan karton warna-warni juga stryofoam yang bertebaran. Donny memanggul tasnya dan berjalan ke arahku. "Udah enakan, Ra?" Belum sempat aku menjawab, dia sudah melanjutkan lagi, "awas lho kalo nggak nonton! Gue duluan ya." Donny berlalu setelah mengacak-acak gemas rambutku. Sementara aku merengut kesal karena kelakuannya itu.

Jo di sebelahku juga ikut-ikutan kesal, terlihat dari tatapannya yang menyipit dan bibirnya yang menciptakan garis lurus.

"Eh, Donny emang suka iseng anaknya." Aku coba menjelaskan. Melihat Jo bergeming, aku berjalan ke mejaku untuk membereskan barang-barang. "Lo bareng siapa? Gue bareng dong," ujarku pada Kayla.

"Kamu bareng aku." Yang terdengar bukan suara Kayla, melainkan Jo.

"Nggg..." Aku mencari kata-kata yang pas untuk menjelaskan pada Jo bahwa aku ingin menonton pertandingan futsal dan bukannya ingin pulang. Aku tidak mau Jo marah karena aku memilih menonton daripada beristirahat. Ingin mengajaknya menonton pun, aku masih pikir-pikir. Sudah jelas Jo adalah anak basket. Dia juga bukan maniak bola seperti cowok kebanyakan. Asumsiku Jo akan bosan menonton pertandingan tersebut.

Jo seperti bisa melihat kebimbanganku. Belum lagi anak-anak yang mulai keluar satu per satu dan mengajakku untuk segera berangkat juga sebelum pertandingan dimulai. "Kamu mau ikutan nonton?" Tanya Jo dengan suara datar. Suaranya boleh bernada datar, tapi tidak dengan rahangnya yang mengeras dan sorot matanya yang tajam. "Jangan bilang kamu tadi nggak mau aku anterin pulang karena memang sudah berencana untuk nonton?" tanya Jo telak.

"Bukan gitu. Di rumah nggak ada orang. Bunda lagi di rumah mbak Indi. Jadi percuma kalo pulang juga." Aku berhasil membeberkan alasan setelah menemukan kalimat yang pas.

Jo masih menatapku tajam seperti mempertimbangkan apakah ucapanku benar atau tidak. Aku memasang ekspresi sepolos mungkin agar tidak ketahuan kalau alasan tadi hanya karanganku belaka.

"Ra, jadi bareng nggak?" Kayla yang sedari tadi menungguku, meminta konfirmasi.

"Maura bareng gue. Lo duluan aja, Kay." Lagi-lagi Jo yang menjawab.

Mendengar kata-kata Jo, Kayla langsung beranjak pergi. "Oke deh, ketemuan di sana ya."

Tak lama Jo pun melangkahkan kakinya keluar kelas. Mau tak mau, aku mengikutinya. Kami mampir sebentar ke kelas Jo untuk mengambil tasnya. Aku masih mengikutinya dalam diam, tak berani menambah kekesalan Jo.

Aku pasrah ketika akhirnya Jo melajukan mobilnya keluar dari sekolah. Aku pun tak berani bertanya ke mana ia akan membawaku pergi. Apakah ke SMA Nusantara atau membawaku pulang ke rumah. Namun aku terheran saat di perempatan pertama mobil Jo berbelok ke kanan dan tidak mengambil jalur lurus yang menuju rumahku. Jalan yang kami lewati ini adalah arah ke SMA Nusantara. Dalam hati aku bersorak karena Jo akhirnya menuruti keinginanku. Tetapi pada kenyataannya, aku hanya mampu meliriknya sekilas seolah meminta penjelasan yang hanya dibalas dengan kebisuannya. Setelah hampir 10 menit barulah aku mendapat jawabannya ketika mobil Jo berhenti di sebuah kafe yang menjual makanan khas Jepang. Kegembiraanku menyurut digantikan keheranan yang lebih besar.

"Kita makan." Ucapnya singkat sebelum aku sempat melontarkan pertanyaan padanya. Masih dengan nadanya yang datar, Jo melanjutkan, "terserah kamu mau nonton kek, mau main kek, yang penting kamu makan dulu. Aku nggak mau dibilang menelantarkan kamu."

Usai berkata demikian, Jo keluar mobil. Begitu aku juga sudah keluar dari mobil, Jo mengunci mobil melalui remote key di tangannya lalu mendahuluiku masuk ke dalam kafe. Sementara aku di luar senyum-senyum sendiri melihat perhatiannya yang manis itu. Mau kupeluk, tapi orangnya lagi ngambek gitu. Akhirnya, setelah berhasil menyejajari langkahnya, kuraih tangannya dalam genggamanku. Dia tidak menolaknya. Sambil berjalan beriringan, aku berbisik ke arahnya, "Makasih ya, sayang." Jo tidak membalas, tapi dari bibirnya yang berkedut menahan senyum, aku tahu dia sudah tidak marah lagi.
.
.
.
.
.
.
Hai hai, maaf kalau update-nya pendek lagi. Rencananya sih tiap senin aku mau rutin update. Semoga aja ya bukan cuma wacana 😄😄😄

Anywaaaay, udah pada mudik belum? Selamat mudik dan berkumpul sama keluarga ya.

Taqabalallahu minna wa minkum. Mohon maaf kalau ada salah kata dan cerita yang belum memuaskan 😊😊😊

ConfessionWhere stories live. Discover now