Chapter 11

255 23 17
                                    

Hadiah buat murid-muridku yang baru selesai UTS. enjoy! ;)

***

Di sanalah Raka berada. Tersenyum manis pada cewek yang duduk di sebelahnya.

Aku menyipitkan mata agar bisa melihat siapa cewek yang sedang disenyumi Raka. Cewek berbadan mungil, kulit putih, hidung mancung, bermata kucing dengan bulu mata yang lebat juga seurai rambut ikal panjang sebahu.

Siapa dia? Kemarin nyapa Cindy, sekarang makan berdua dan senyum-senyum dengan cewek yang berbeda. Nggak Raka banget!

Rupanya mulutku menggumamkan suara di pikiranku itu. Tak ayal Donny pasti mendengarnya karena setelah itu dia berbaik hati menjawab rasa penasaranku.

"Namanya Maitreya Soemitro. Biasa dipanggil Reya. Anak kelas 11. Siswa pindahan awal semester itu lho. Tapi meski masih baru dia cukup terkenal. Mungkin karena anak cheers dan masuk gengnya Cindy kali ya," papar Donny panjang lebar.

Aku hanya mengangguk-angguk saja. Sambil mencerna apa yang terjadi dengan seorang Raka Pradana. Raka yang lebih memilih menghindari para fansnya, kini kurang dari sebulan sudah terlihat dekat dengan 2 cewek. Cindy dan Reya. Mungkinkah salah satu di antaranya adalah cewek misterius yang disembunyikan Raka dariku?

"Eh, Don, lo sebenernya tau nggak sih Raka lagi suka sama cewek? Dia ada cerita-cerita ke lo nggak?"

"Oh cewek misterius yang mau dikasih tau ke lo itu ya?"

Aku mengangguk antusias. Berharap Donny punya jawaban atas pertanyaanku barusan.

Dia terdiam sejenak. "Nggak tuh."

"Yeee..."

"Ya mana gue taulah, Ra. Lah selama ini lo kan yang paling deket sama dia."

"Kali aja sama lo juga suka cerita-cerita. Curhat sesama lelaki gitu."

"Diiih, gue mah temen futsal doang. Sesekali jadi temen tidur juga...." Aku melongo mendengar penuturannya, kemudian dia melanjutkan, "...kalo lagi nginep bareng maksudnya. Hayo, pasti mikirin yang nggak-nggak ya lo?" Terdengar suara tawa Donny yang membahana.

"Sialan!" Aku sebal karena Donny berhasil mengelabuiku.

"Ya kali gue ada tampang kayak mamah Dedeh, sampai si Raka mau curhat sama gue."

"Jadi, maksud lo gue kayak mamah Dedeh?" Kucubit lengannya sekali. "Maksud lo gue udah tua?" Satu cubitan lagi mendarat di lengannya.

Donny menjauhkan lengannya agar tidak mendapat cubitan ketiga dariku. "Buset, sadis banget sih lo, Ra. Gue laporin ke kak Seto lho."

Aku mendelik padanya. "Mana ada anak-anak yang mimpi basah. Hampir tiap malam lagi."

"Kampret! Nggak hampir tiap malam juga kali. Tapi se-ti-ap malam." Dia menekankan kata setiap. Dasar sableng!

"Dia cuma pernah bilang..." lagi-lagi dia menggantungkan kalimatnya. Kali ini wajahnya benar-benar terlihat serius. Kuharap dia tidak mengerjaiku lagi. "...Don, gue lagi suka nih sama satu cewek. Tapi gue bingung gimana ungkapin perasaan gue ke dia. Lo taulah ini kan baru pertama kalinya gue suka sama cewek. Bukan suka lagi, tapi jatuh cinta, Don! Asli clueless banget. Gue mesti gimana, Don?"

Aku yang semakin penasaran setelah mendengar cerita Donny, memintanya untuk melanjutkan. "Terus-terus?"

"Nggak ada terus-terus, emang gue tukang parkir. Noh, cowok lo udah dateng." Donny menggedikkan dagunya ke arah datangnya Jo.

"Ke kelas yuk," ajak Jo yang kini sudah berada di sampingku. Aku berdiri dan mengikuti langkahnya. Sementara Donny berjalan ke arah toilet di samping kantin.

ConfessionWhere stories live. Discover now