Chapter 9

228 27 7
                                    

Tadinya chapter ini mau aku post kalo chapter 8 votenya udah sampai 10, tapi karena Confession ini sudah mencapai 1000 views, jadi aku berbaik hati posting lanjutannya. Iya, aku mah anaknya gampang banget dibahagiain. Makasih ya buat yang udah jadi pembaca setia kisah Maura dan Raka.

Now enjoy the story. Happy reading! 😉

----------

Aku menyeruput Mocca Float milikku. Sementara Donny tengah lahap menyantap Paket Super Besar miliknya dan tangannya sesekali mencomot french fries punyaku. Kami sekarang berada di KFC yang letaknya bersebrangan dengan tempat bimbel kami. Kebetulan tadi jam terakhir Pak Agus tidak masuk, juga tidak ada tugas kimia yang harus dikerjakan. Jadi, kami bisa pulang cepat. Donny mengajakku untuk ke KFC terlebih dahulu sebelum bimbel. Lapar katanya. Padahal tadi saat istirahat kedua dia makan seporsi nasi soto dan Milo dingin. Baru satu jam sudah lapar lagi, sudah kayak ibu-ibu hamil aja. "Iya, hamil anak naga nih," jawabnya santai saat aku meledeknya.

Tanganku terulur ke piring Donny, ingin menjawil kulit ayam miliknya. Belum berhasil aku mendapatkan kulit ayam renyah incaranku, Donny sudah menepuk telapak tanganku.

"Enak aja nyomot-nyomot. Beli sendiri sana."

"Donny pelit ih! Gue kan minta sedikit doang. Yang itu menggoda banget, kriuk-kriuk gimana gitu..." kataku sambil menunjuk kulit ayam yang tadi hendak kuambil.

"Nih. Dikit aja." Donny mengambil kulit ayam yang aku inginkan dan sekalian menyuapinya ke mulutku. Biar tanganku nggak kotor katanya. Tumben nih anak perhatian. Mungkin biar aku nggak minta kulit ayam miliknya lagi ya?

"Umm...Enaaaakk." ucapku sambil mengunyah. "Tapi sedikit, Donny mah pelit. Nggak cocok nih dijadiin pacar."

Kunyahan Donny berhenti sesaat. Sepertinya dia bingung dengan maksud perkataanku. Tapi karena mulutnya penuh, dia jadi tidak bisa bertanya padaku. Maka aku jelaskan saja kepadanya. "Pacar yang baik itu ya, rela kasih kulit ayam goreng KFC ke pasangannya. Kayak Raka misalnya."

Donny menyeruput cola-nya sebelum berkata. "Kriteria macam apa itu? Gue kasih tau ya, Ra, bagimu kulit ayam goreng KFC milikmu, bagiku kulit ayam goreng KFC milikku. Lagian, kalau Raka udah memenuhi kriteria yang lo sebutin tadi, kenapa nggak lo pacarin aja coba?"

Uhuk!

Aku tersedak kentang goreng yang sedang kumakan. Kuminum  mocca float milikku, supaya tidak ada yang mengganjal di tenggorokanku.

"Ya nggaklah, Don. Raka kan sahabat gue. Sama kayak lo." Jawabku, mencoba diplomatis seperti yang selama ini Raka katakan jika ditanya hal yang sama. Donny hanya mengangguk-angguk saja.

Lagi pula selama ini Raka memberi kulit ayam goreng miliknya bukan tanpa alasan. Dia memang tidak suka remah-remahan semacam itu. Dia juga pernah bilang, perutnya sudah berlemak masih saja ditambah makanan yang berlemak. Yang ada perutnya makin buncit, katanya. Padahal perut Raka itu bukan buncit, cuma bergelambir saja sedikit. Justru aku suka. Soalnya bisa aku cubitin, aku tepuk-tepuk atau aku jadikan bantal buat tiduran. Hehehe.

Ngomongin Raka, anak itu ke mana ya? Tadi begitu diberitahu pak Agus tidak masuk, dia langsung menghilang. Kalau Kayla sih tadi sudah bilang mau menghadiri rapat OSIS dulu. Kayaknya Donny tahu deh ke mana Raka pergi.

"By the way, Raka ke mana sih?"

"Ke SMA Nusantara. Technical meeting."

Ohh...

SMA Nusantara memang mengundang sekolah kami untuk berpartisipasi dalam rangkaian acara menyambut perayaan ulang tahun sekolah tersebut. Mulai dari bidang olahraga, bahasa hingga kesenian. Klub mading sendiri mengirim perwakilan anak kelas 10 dan 11 untuk mengikuti lomba baca puisi. Kami para senior sudah melakukan regenerasi agar mereka terbiasa dan kami juga bisa fokus dengan UN dan SPMB yang menanti di depan kami. Tapi rupanya hal ini tidak berlaku di ekskul futsal. Buktinya Raka masih aktif dan bisa dipastikan dia juga akan ikut bertanding nanti.

ConfessionWhere stories live. Discover now