CSE11

5.6K 58 2
                                        


Senyum kebahagiaan di bibirku tak pernah pudar sedikit pun semenjak aku mengetahui kalau aku sedang hamil buah cintaku dengan Rey.
Tadi pagi ketika Rey masih tertidur, aku turun ke bawah untuk membeli testpack karena aku curiga dengan kelakuanku beberapa hari ini.
Astaga! Aku ternyata hebat lho sekarang! Otakku gak lola lagi, kenapa baru kepikiran sekarang soal kehamilan.

Untunglah Otakku mendadak lampunya menyala, sehingga aku bisa kepikiran membeli benda itu. Aku tahu tentang testpack ketika membuka mbah google untuk menanyakan perihal gejala orang hamil. Katanya untuk lebih pasti lagi kita harus membeli benda itu. Awalnya aku cukup aneh melihat benda kecil seperti tak ada fungsinya itu, tapi karena kepo ku yang tingkat dewa itu sudah kambuh, ku lakukan saja untuk mencobanya. Jijik juga ketika harus menampung air pipis ku sendiri, perutku rasanya mual luar biasa.

Ohh..kening ku berkerut ketika menatap benda kecil itu, garis merahnya muncul 2.
Huhh, bungkus bekas testpacknya sudah aku buang, padahal belum ku baca petunjuknya. Dasar bodoh!

Aku harus rela bermalu ria menanyakan pada penjaga toko tempatku membeli tadi, untung lah penjaganya ibu muda, jadi dia bisa maklum dengan kebohohanku. Dia menjelaskan dengan sopan, akhirnya aku bisa mengetahui kalau aku saat ini sedang hamil. Tiba-tiba lampu di kepalaku menyala lagi, menandakan kalau otakku sedang bekerja dengan baik. Akhirnya aku mempunyai rencana setelah mengetahui kalau Rey hari ini ber-ulang tahun yang ke 24, lumayan muda sih untuk jadi Bapaknya anak-anak nanti..

Aku menghubungi mama Papaku dan Mama Papa Rey untuk minta bantuan memberikan surprise untuk Rey, sengaja aku menghilang tanpa sepengetahuannya. Diam-diam aku kembali ke Apartemen ketika tahu Rey sedang mencariku kesana kemari, berkat bantuan Anita, aku bisa mendekorasi seluruh ruangan Apartemen kami jadi bagus. Balon-balon bergenatungan seperti acara anak kecil yang sedang berulang tahun, Anita sempat melarang ku karena masalah balon ini. Yap, aku menangis agar Anita mau menurut, akhirnya dia kasihan padaku.

Rencana kami sukses untuk mengerjai Rey seharian ini, dia tampak frustasi. Terlihat jelas dari pakaiannya yang sudah seperti orang habis diperkosa, rambut acak-acakan, wajah kusut seperti benang.

"Hei, mikirin apa lagi sih ? Mau ngerjain Kakak lagi?" Tegurnya membuatku tersadar dari lamunan. Kami saat ini sedang berada di meja makan, dia menemani ku makan rujak ditengah malam begini.

"Nggak kok Kak, Grace geli aja kalau ingat tampang Kakak tadi.. Udah kayak gembel..hehee.." Aku terkekeh geli, dia berdiri menghampiriku dan mengacak rambutku dengan gemas.

"Ayo cepat habiskan rujaknya, Ularnya udah lapar.." Dia tersenyum jahil sambil meniup tengkukku, Ohh..pria ini begitu pandai membuat ku tergoda.
Apalagi akhir-akhir ini aku begitu agresif.

"Ni udah selesai, ayo cepat gendong Grace"

"Kakak suka Grace yang sekarang!" Dia menyeringai dan membawaku ke tempat tidur, jangan ngintip ya pemirsa.
Ularnya lapar banget!

***

Ku telusuri koridor kampus yang terlihat sudah ramai, Entah kenapa tiba-tiba aku pengen bakso Mpok Jum di Kantin. Kebetulan salah satu meja dikantin sudah ada si dua curut, kesempatan donk buat minta bantuan mereka.

"Mpok Jum, Bakso nya 1 ya, tapi 2 porsi.." Teriakku membuat kedua sahabat gila ku ini melongo menatapku tak percaya. Mereka paling tahu kalau aku anti makanan berkolestrol tinggi dan sebagainya yang bisa menyebabkan banyak penyakit dan kegemukan.

"Bie, lo gak lagi sakit kan? Sejak kapan lo suka makanan kek begono huh?" Jeha menatapku tak percaya, aku duduk di salah satu kursi kosong di depan mereka.

"Iya Bie? Lo bisa gemuk tau gak? Apa kata dunia kalau seorang Grace Indriwijaya itu gemuk?!" Jessica ikut-ikutan berdecak.

"Bisa diam gak sih! Kalau kalian mau makan, pesen aja sesuka hati kalian, sekalian sama kantinnya juga gak masalah! Gue traktir hari ini!" Ucapku dengan sedikit angkuh pada kedua dua curut, keduanya pun merespon tawaranku dengan begitu antusias. Seperti diberi uang 3 koper mungkin, dasar dua curut aneh!
Untung saja aku sudah tau kalau suamiku itu memiliki perusahaan kecil, uangnya banyak tak akan habis kalau hanya untuk aku beli kantin+isinya ini.

"Beneran Bie?" Jessica dan Jeha memandang ku tak percaya dengan mata berbinar, rasanya pasti mereka mimpi.

"Iya, tapi ada syarat nya, lho.." Ujarku sambil tersenyum miring. Keduanya harap-harap cemas menunggu syarat dariku.

"Kalian berdua,_harus pijetin gue dan suapin gue makan! Mudahkan.."

"Itu mah gampang Bie!" Jeha dan Jessica segera menjalankan syarat dariku.

Jessica memijat bahuku, sedangkan Jessica sibuk menyuapi bakso yang ku pesen tadi. Aku cekikikan melihat reaksi sahabat gila ku berdua ini, mereka mau-maunya ku suruh begini hanya demi ditraktir makanan enak. Pada dasarnya mereka doyan banget makan, ngemil sehingga pipi mereka berdua chubbynya kebangetan.

"Ish, pelan-pelan kek Je, sakiitt!" Aku pura-pura meringis untuk mengerjai nih cewek bedua.

"Lha bie, ini udah pelan banget, berasa gak kaya' mijet nih.." Sanggah Jeha sambil berusaha tenang karena takut aku berubah pikiran.

"Lo juga jess, pentolnya di potong kecil-kecil donk, ntar gue keselek.."

"Iyaa tuan Putri.." Jessica yang radar kewarasannya masih mending daripada si Jeha, berusaha membuatku tidak marah. Duh, nih babby mintanya macam-macam, padahal gue males sebenarnya buat di pijetin sama di suapin sama dua curut.

"Makasih ya suyung-suyungku.. Kalian boleh pesan sekarang, nanti gue yang bayar.." Ucapku sambil berlalu. Masih bisa ku dengar keduanya bersorak gembira karena aku mengizinkan mereka pesan sesuka hati.

***

Duh... Kalau di kelas gini, penyakit kangenku langsung muncul ketika melihat Rey. Gak bisa nahan apa sih nih Babby, mau nempel mulu sama Ayahnya. Uh! Jam kuliah masih lama, keadaan kelas masih ramai.

'Kak kangen, pengen dipeluk..'

Akhirnya ku sms juga Rey. setelah ku pertimbangkan, karena sedari tadi dia sibuk menerangkan materi.

'tunggu Kakak di toilet..'

Yess.. Aku tersenyum penuh kemenangan, duh udah gak sabar pengen peluk Rey. Ciumin keteknya, terus usapin bekas cukuran jenggotnya yang membuatku geli. Aku kangen semuanya!

Setelah situasi aman, aku segera pergi ke toilet setelah minta izin dengan Rey di depan mahasiswa/i lainnya.
Tadi sempat dapat pelototan mata dari si dua curut, mungkin mereka curiga padaku karena tiap hari ke toilet mulu berbarengan dengan Rey si Dosen tampan idola mereka yang notabene suami sah kuu itu.

"Huh! Hampir aja!" Rey tiba di toilet sambil ngos-ngossan.

"Kenapa Kak?"

"Gapapa sayang, biasa, sahabat Grace sepertinya mulai curiga.. Mereka memberondong kakak dengan pertanyaan konyol mereka Grace didepan anak-anak lainnya, alhasil__Kakak diledek deh.."

"What?? kurang ajar tuh anak bedua, ya! Pengen dibejek deh kayaknya!" Geramku.

"Sudah lupakan saja, sini! Kakak kangen sama anak kakak!" Rey tiba-tiba menarikku dalam pelukannya, tangannya sambil sesekali mengusap perutku yang masih rata.

Kami berpelukan dengan sangat mesra, sesekali saling mengecup bibir.
Gairah sepertinya semakin memuncak, entah mengapa aku akhir-akhir ini begitu ganjen.

'Ceklek!'

"ASTAGA!!!!"

Kami berdua langsung kaget setelah mendengar pekikkan dari seseorang yang begitu cepat membuka daun pintu. Suhu tubuhku tiba-tiba menegang dan memanas, pasti wajahku saat ini sperti di beri pewarna merah darah.

Cinta sedingin EsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang