4. Who is she?

2.7K 359 30
                                    

Niall menyisihkan dokumen-dokumen yang sudah ia tandatangani ke pinggir meja kerjanya lalu mengambil dompetnya di saku belakang celananya dan membukanya.

Ia mengambil kartu nama Phebe yang didapatnya beberapa hari yang lalu.

Phebe Wilson.

"Nama yang bagus." Gumam Niall, setelah melihat nama yang tertera di kartu nama tersebut.

Pun terdengar dering handphone di atas meja kerja Niall.

"Hello, Princess." Sapa Niall.

"Hello, baby."

"Setan apa yang merasukimu sehingga menelfonku pagi-pagi begini?" Niall terkekeh pelan diikuti dengan kekehan kekasihnya.

"Ada apa, Bri?" Niall berbicara pada Brigitta penuh dengan kelembutan. Sama seperti yang ia lakukan dahulu pada Phebe.

"Kamu sedang apa?"

"Baru saja menandatangani beberapa dokumen, Bri. Kamu?"

"Aku baru saja membeli coffee dari kedai coffee di depan kantor. So sleepy."

"Woah. My baby is sleepy. Apakah kau membutuhkan pundakku untuk bersandar?"

"Bisa saja." Ucap Brigitta malu-malu diiringi kekehan kecilnya.

"Ya sudah, Ni. Aku akan kembali bekerja, ya. Take care."

"Baiklah. Take care. I love you." Sahut Niall.

"I love you."

Niall pun meletakkan kembali handphonenya ke atas meja dengan senyum manis yang terukir di wajahnya. Ia sangat merindukan Brigitta Jansen, kekasihnya.

Brigitta adalah gadis yang sangat baik hati, sama seperti Phebe. Tapi dari sisi kekayaan, Brigitta jauh lebih berkecukupan daripada Phebe 4 tahun yang lalu. Maka dari itu, Maura sangat menyetujui hubungan mereka berdua.

Padahal, Maura tidak tahu keadaan Phebe sekarang.

***

Jam menunjukkan pukul 12 siang. Niall baru saja sampai di rumahnya. Ia memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini karena malas bekerja.

Ia bisa melakukan apa saja di perusahaan ayahnya sendiri, bukan? He is the boss.

Ia membuka pintu kamarnya dengan semangat lalu melemparkan tubuhnya ke atas ranjangnya yang nan empuk itu.

"Lebih baik aku melakukan apa, ya?" Tanyanya dalam hati.

"GOLF!" Serunya.

Cepat-cepat ia bangkit dari ranjangnya dan mencari keberadaan asisten rumah tangganya.

"Len, apakah aku mempunyai peralatan golf yang ditinggalkan di rumah ini?" Tanya Niall pada Lena, asisten rumah tangganya yang sudah bekerja di rumah Niall sejak 10 tahun yang lalu.

"Tidak salah, ada di gudang, Ni. Akan aku ambil-"

"Tidak perlu. Aku saja. Terimakasih, Len." Dengan begitu ia meninggalkan Lena dan menuju gudang rumahnya.

"YAS!" Sorak Niall gembira saat menemukan tas golf miliknya. Stik-stik golf-nya pun masih lengkap.

Ia tarik tas tersebut dan membawanya ke ruang keluarga.

Ia memeriksa kembali peralatan-peralatan golf-nya, yang dari stik sampai bola dengan cara mengeluarkan semuanya dari tas tersebut.

"Masih sangat bagus." Gumamnya sembari melihat stik golf yang ia pegang dari ujung ke ujung.

Lena pun menghampiri Niall.

"Oh. Kau sudah menemukannya ternyata." Ucap Lena.

"Len, aku akan pergi bermain golf. Bisakah kau membantuku untuk memanggilkan Ray?"

"Ok, Ni."

"Terimakasih." Ucap Niall seraya Lena melenggang pergi untuk mencari Ray, supir pribadi Niall.

Saat sibuk-sibuknya mengobrak-abrik tas golf miliknya, Niall menemukan sebuah foto hasil dari kamera polaroid di saku bagian luar tas golf itu.

Ia melihat dengan cermat foto tersebut.

Fotonya bersama Phebe.

"Hm?"

Foto tersebut menggambarkan dirinya bersama Phebe sedang berada diatas mobil caddy golf yang berhenti dengan latar belakang padang golf yang membentang luas.

Di dalam foto tersebut, kepala Phebe berada di pundak Niall diikuti dengan kepala Niall juga menindih kepala Phebe.

Ada tulisan juga yang tertulis di bawah foto tersebut.

XOXO

"Who is she?" Batin Niall. Alisnya saling bertautan, mencoba untuk mengingat-ingat kembali.

"Sepertinya, aku pernah melihat wajahnya sekilas. Tapi siapa, ya?"

*****

Dakota Fanning as Brigitta Jansen.

All the love, avissa x



Find You | Niall HoranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang