WARNING!! Bukan cerita 18+ kok😂 cuma ya ini cerita abal, suka nggak nyambung gitu. Jadi kalian fikir fikir dulu kalo mau baca okay?
***
"Devan! Gue bunuh lo" ancam Sania penuh amarah. Kali ini Devan melempari Sania dengan penghapus karet yang di potongnya kecil-kecil.
Devan tak menghiraukan, malah wajah marah cewek itu membuatnya semakin bersemangat. Dia hanya berhenti sejenak dan mengulanginya lagi. Cowok tengil itu rupanya tidak pernah bosan mengganggu Sania.
"YESSS GOALL!!" Devan berteriak histeris, potongan penghapus yang di lemparnya masuk kedalam mulut Sania.
Menarik nafas lalu mengeluarkannya perlahan. Sania berusaha menenangkan dirinya sendiri. Dia tak mau terpancing karena tak ada waktu untuk meladeni Devan. Dirinya sedang sibuk menyalin jawaban pr matematika dari buku Rere.
Bukannya berhenti, Devan malah menyunggingkan senyum miringnya. Dia mendapatkan ide yang lain jika yang sebelumnya tak mempan.
"Devan tai!" pekik Sania sehingga seluruh pasang mata tertuju pada tempat duduk di pojok belakang kelas, hanya sepersekian detik kemudian para siswa kembali pada aktivitas mereka masing masing. Terlalu biasa sehingga mereka sudah bosan menyaksikan pertengkaran Tikus-Kucing antara Devan dan Sania.
"Sorry San gue sengaja sumpah, eh nggak sengaja maksudnya" Dia baru saja menyenggol lengan Sania, tentunya dengan sengaja.
"mati gih" ucap Sania sarkastis sambil menekan dan menggosokan penghapus karet pada bagian bukunya.
Devan memajukan wajahnya sehingga Ia dapat melihat ekspresi kesal Sania--cewek yang sudah menjadi teman sebangkunya tiga bulan terakhir ini.
"kalo gue mati yang jagain lo nanti siapa sayang"
Sania berhenti menulis lalu melirik Devan yang juga sedang menatapnya "jijik sumpah"
"jijik tapi kok muka lo merah sih?" Devan menangkup wajah Sania dengan tangannya. Kali ini Devan tidak membual tapi memang seperti itu adanya. Wajah Sania memang sering mendadak berubah menjadi seperti kepiting rebus karena perkataan Devan yang tidak bisa di kira-kira.
"Woi jangan mesra mesraan di kelas, ada cctv" celetuk Rere yang tiba-tiba sudah berdiri di samping meja Sania. Sania terkejut dan segera menepis tangan Devan di pipinya.
Sania memalingkan wajahnya dari Devan lalu mendongak menatap Rere. "Mesra mesraan dengkul lo, yakali gue sama pedofil kayak dia, ewh"
"terserah lo bedua deh, btw buku gue mana?"
"Yahhh Re, gue belum selesai nyalinnya, bentar lagi dehhh pleaseeee" Sania menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya di depan dada dan memasang wajah memelas agar Rere mengasihaninya.
Secepat kilat Devan mengambil buku pr matematika Rere di atas meja Sania, kemudian mengembalikannya kepada pemilik asli buku tersebut. Tanpa menunggu lama Rere sudah meraih bukunya dan berlalu pergi karena tak ingin buku itu di sita lebih lama lagi oleh Sania.
"Lain kali kalo ada yang nyontek jangan di kasi Re" Teriak Devan pada Rere yang sudah jauh.
Sania melotot menatap Devan. Cowok itu langsung berpura-pura sibuk dengan hp di tangannya. Lihatlah wajah menyebalkan Devan, membuat Sania ingin menggaruknya saat ini juga.
Perlahan tatapan Sania meneduh, jujur saja dia sudah lelah berteriak sejak tadi.
"Dev" panggilnya pelan dan penuh kesabaran, namun di balik itu semua jari tangannya sudah gatal ingin menjambak rambut Devan sekarang juga.
Tapi tidak, Sania kali ini berencana meminta maaf pada Devan, mungkin saja dia memiliki kesalahan yang tak tersengaja sehingga Devan begitu sering mengganggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Love Story
Teen Fiction"Devan! mati lo abis ini" "Devan tai" "Eh cowok gila, dasar kutil dugong" "ngeselin banget sumpah, awas aja lo gue ulek jadi sambalado" Tiada hari tanpa pertengkaran. Devan itu orangnya jail banget, hobinya bikin Sania gondok mulu. Menurut Sania, D...