Makan malam di panti biasanya di lakukan sekitar pukul delapan malam, tapi Sania belum juga di panggil dan di suruh keluar dari kamar oleh mbok Imah padahal sekarang sudah pukul delapan lewat. Dia mengelus perutnya sambil berkata "sabar ya cing, bentar lagi"
Waktu masih terus berjalan dan suara di-perutnya semakin menjadi-jadi. Sania beranjak dari kasur dan keluar dari kamar. Dia pergi menuju dapur ingin mengecek apa mungkin semua orang sudah makan malam saat dia tertidur.
Sania membuka tudung saji di atas meja makan tempat biasanya mbok Imah meletakan lauk-pauk. Dia berteriak memanggil nama Mbok Imah dan Bu Asih karena tidak menemukan apapun di atas meja. Tidak ada sahutan membuat kening Sania berkerut. Suara panggilan alam itu terdengar lagi di susul rasa perih di perut Sania. Tidak sengaja matanya menangkap secarik kertas yang menempel di pintu kulkas.
Matanya membelalak membaca tulisan pada kertas tadi. Ada tulisan tangan bu Asih yang mengatakan semua orang panti pergi menghadiri acara ulang tahun. Tapi kemudian Sania bisa bernafas lega setelah membaca tulisan berikutnya, Bu Asih sudah meninggalkan beberapa uang dan menyuruhnya makan di luar.
Setelah mencuci muka serta berganti baju Sania mengambil beberapa lembar uang serta kunci motor yang terletak di atas nakas di kamar bu Asih seperti yang tertulis di kertas. Sambil bersenandung dia mengunci pintu rumah sesekali tersenyum senang mengingat di antara dirinya dan Devan tidak ada perkelahian lagi. Semuanya sudah kembali seperti semula.
***
Di jalan Sania tidak bertemu dengan macet atau segala sesuatu yang menghambat perjalanannya, karena itu dia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di tempat makan favoritenya dengan Devan. Sania merasa sedikit aneh, selalu tersenyum dengan fikirannya yang dipenuhi Devan, Devan, dan Devan. Dia terkekeh mentertawai dirinya sendiri.
Bukan hanya di sekolah Sania juga akan memilih tempat duduk yang jauh dari keramaian dan yang pasti terletak paling pojok. Sania meletakkan pantatnya di atas kursi bersamaan dengan itu seorang pelayan wanita datang membawa buku menu. Sania asal sebut saja apa yang dibacanya karena semua makanan di tempat itu dia suka. Setelah memastikan tidak ada makanan lain yang ingin sania pesan, pelayan tersebut pergi membawa buku menu yang di peluknya di depan dada.
Malam ini tidak terlalu ramai seperti biasanya. Masih banyak tersisa kursi dan meja yang kosong. Bunyi pintu yang terbuka menandakan ada pelanggan datang membawa mata Sania menuju pintu masuk yang dia lewati tadi. Seorang laki-laki dan perempuan muncul dari balik pintu, sepertinya mereka pacaran dilihat dari sang perempuan yang memeluk lengan lelakinya.
Tempat makan itu di penuhi anak muda yang sedang berkencan, menimbulakan rasa risih di hati Sania. Hanya dirinya sendiri yang duduk tanpa di temani siapapun. Dia berniat menelfon Devan agar menemaninya tapi Sania baru tersadar bahwa handponenya sedang rusak.
Sania hanya bisa memperhatikan satu persatu pasangan di sana. Dia akan mencibir kesal melihat cewek yang sok imut di depan pacarnya. Memang sih gak ada salahnya tapi kan Sania jadi jijik. Tidak sengaja matanya menangkap pasangan yang duduk hanya berjarak beberapa meja darinya. Baju yang digunakan cowok yang duduk di meja nomer 8 sangat familiar bagi Sania. Tapi sayangnya dia tidak bisa melihat wajah cowok itu karena duduk membelakanginya. Merasa ada yang ganjal Sania berusaha mengingat-ngingat dimana dia melihat baju tersebut.
Dia ingat, baju itu sangat mirip dengan baju yang di beli Devan dengan dirinya seminggu yang lalu. Tidak salah lagi dari warna dan modelnya Sania masih ingat jelas. Tapi apa cowok itu Devan? Oh please yang punya baju seperti itu bukan hanya Devan.
Mata sania masih belum bisa lepas dari mereka hingga wanita yang duduk di depan laki-laki itu berdiri. Menoleh kekiri dan ke kanan sesekali menyahuti perkataan orang di hadapannya. Sania membukam mulutnya dengan tangan. Menghentikan suara yang akan keluar kala itu juga. Itu Rere, wanita yang duduk dengan laki-laki yang Sania duga adalah Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
High School Love Story
Teen Fiction"Devan! mati lo abis ini" "Devan tai" "Eh cowok gila, dasar kutil dugong" "ngeselin banget sumpah, awas aja lo gue ulek jadi sambalado" Tiada hari tanpa pertengkaran. Devan itu orangnya jail banget, hobinya bikin Sania gondok mulu. Menurut Sania, D...