High School Love Story 14

141K 10.8K 1K
                                    

Musiknya jangan lupa di play

Menjauh dari Devan. Tiga kata itu hanya tinggal niat saja, menerima tawaran untuk menjadi pengganti vokalis band sekolah bukannya membuat Sania jauh namun membuatnya semakin sering bertemu Devan. Bagaimana tidak? Yang menggantikan vokalis band sekolah bukan hanya Sania tapi juga Devan. Iya, mereka akan berduet.

Bukan karena suara Devan bagus jadi dia di minta bernyanyi juga, tapi kehadiran Devan adalah request-an dari anak kelas duabelas. Mereka ingin Devan bernyanyi di acara prom night nanti. Katanya sekalian perpisahan sama cowok ganteng sekolah.

Tentu saja itu semua di sepakati setelah adu mulut anatara kubu perempuan dan kubu laki-laki, pasalnya anak laki-laki di kelas dua belas kurang setuju dengan kehadiran Devan di acara prom night nanti namun pada akhirnya perempuan selalu menang.

Sania meneguk air putih botolan itu tanpa jeda. Tenggorokannya terlampau kering karena bernyanyi dari pulang sekolah sampai sekarang. Total waktu yang mereka habiskan untuk latihan adalah kurang lebih 3 jam. Itu semua sangat menguras tenaga Sania.

"oi gue duluan ya" Raditya, gitaris sekaligus ketua ekskul band sekolah berpamitan setelah menyampirkan tas sekolahnya di punggung. Anggukan serta deheman anak-anak yang lain mengantarkan kaki Raditya kearah pintu.

"San pulang yuk"

"gue, gue pulang sendiri aja deh" tidak ada pilihan lain, dia harus pulang naik kendaraan umum jika tidak ingin terus berdekatan dengan Devan.

Devan berdecak lalu menggenggam tangan Sania.

"duluan ya" ditariknya tangan gadis itu keluar, dengan langkah tergesa Devan menggeret tubuh Sania menuju parkiran lalu mendorong paksa Sania masuk ke dalam mobilnya.

"Devan! apa apaan sih lo" protes Sania memperhatikan Devan yang sudah duduk di jok kemudi. Cowok itu tidak menyahut dia tetap fokus memperbaiki arah spion depan mobil.

Sania menggeram lalu membuang pandangan kearah luar. Tidak lama setelah itu dia kembali menatap Devan dengan tatapan garang. Devan sudah cukup membuat Sania kesal karena caranya yang selalu memaksa dan bertindak semaunya tanpa persetujuan Sania.

"sebelum pulang kita beli ice cream dulu"

Byar. Hilang sudah rasa kesal Sania. Matanya yang seolah seperti singa yang ingin menerkam mangsanya seketika berganti menjadi tatapan lapar seekor kucing yang imut. Salahkan kata ice cream yang begitu cepat merubah Sania.

Devan melirik sekilas lalu tertawa geli melihat ekspresi wajah Sania. Mata gadis di depannya itu membulat lebar ketika tangan usilnya mengacak rambut gadis itu.

"Devann!"

"ck, digituin doang langsung merah mukanya" Devan sempat melihat ke arah Sania tepat saat wajah Sania merona merah karena perlakuannya.

"e-enggak, kok" Sania menyalakan radio mobil untuk mengalihkan perhatian Devan. Dia mengatur volumenya sekeras mungkin lalu kembali duduk bersandar. Sialnya lagu yang sedang di putar membuatnya tertohok.

"jangan kau pilih dia, pilihlah aku yang mampu mencintamu lebih dari dia"

"bukan ku ingin merebutmu dari sahabatku namun kau tahu cinta tak bisa, tak bisa kau salahkan"

Glenn Fredly ft Yura [Cinta dan Rahasia]

Bodoh. Kenapa Sania merasa tersindir mendengar lirik lagu tadi. Tidak, disini posisi Sania bukan sebagai tukang rebut pacar temen kan? Iya kan? Lagi pula Devan dan Rere belum pacaran, kenapa Sania harus merasa bersalah dan takut begini.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang