High School Love Story 6

191K 13.4K 224
                                    

"Hai nama gue Reynaldy Azam, lo semua bisa manggil gue Rey atau Azam terserah. Gue pindahan dari Horace Mann School, new york"

Sontak terdengar bisikan-bisikan yang berisi pujian untuk Rey. Berbagai macam reaksi lebay yang ditunjukan anak cewek di kelas Sania membuat Rey sedikit risih. Terutama karena ketiga cewek yang duduk paling depan belum berkedip sama sekali semenjak Rey memasuki ruang kelas XI ipa 1.

"Sudah?" Rey mengangguk sopan "baiklah, anak anak mungkin ada yang ingin bertanya"

Satu, dua, tiga, empat, hampir semua anak perempuan mengangkat tangan. Ingin menghilangkan rasa penasaran mereka akan seorang Reynaldy Azam yang di mata mereka lebih terlihat seperti malaikat tanpa sayap.

Mata pak Hasan menyapu seluruh isi ruangan dan berhenti di pojok paling belakang tepat di meja Sania. Ya matanya tertuju pada Sania yang duduk terbengong dengan pandangan kosong.

Berkali-kali Devan menyenggol lengan Sania, sesekaki membisikan nama cewek itu. Namun yang di lakukan Devan tidak berhasil sama sekali menyadarkan Sania.

Dan pada akhirnya cubitan Devanlah menyadarkannya. "ah ada apa?" Tanya Sania celingukan.

"Tuh" Devan mengisyaratkan agar Sania melihat ke arah pak Hasan.

Meleset. Bukannya pak Hasan tapi sorot mata itu lagi yang ia lihat. Sania membuang muka saat mata mereka tidak sengaja bertemu

"Sania islami, kamu boleh bertanya"

Kini seluruh pasang mata menatap Sania dengan pandangan iri.

"Sania bapak bilang kamu bisa menanyakan sesuatu pada Rey" pak Hasan meninggikan intonasi suaranya.

"Ah iya pak, itu..." Sania berfikir sejenak "katanya Devan dia mau nanya"

***

Rere menarik tangan Sania agar cewek itu bangun dan mengangkat pantatnya dari kursi. Sania itu ratunya mager. Cewek paling males ngapa-ngapain. Apalagi yang namanya kerja kelompok, jangan harap deh dia mau kerja.

Tapi Rere tidak mau menyerah. Tugas kali ini lumayan susah dan membutuhkan banyak tenaga kerja. Apalagi sudah mendekati jam-jam terakhir gini. Jamnya ngantuk banget. Kinerja setiap otak juga sudah menurun.

"Apaan siiihh"

"Lo satu kelompok sama gue San"

"Gue nggak ngerti prakarya dah, beneran" Sania membentuk huruf v dengan telunjuk dan jari tengahnya lalu mendekatkan ke arah wajah Rere. Karena memang benar dia nggak ngerti apa-apa tentang prakrya.

"Nggak peduli dah, gamau tau lo harus kerja, kita disuruh bikin inovasi baru tentang makanan yang lagi di sukai masyarakat banyak"

Sania menatap Rere."Kita sekelompok sama Devan kan?" Rere mengangguk.

"Lah itu lo suruh aja dia mikir, IQ dia kan tinggi. Manfaatin dikit kek"

"Devan nggak ada di kelas, dia di luar tuh lagi main basket"

"Kok bisa?" Sania mengangkat kepalanya yang lagi tiduran di atas meja.

"Bu indra lagi gak bisa ngajar, dia masuk cuma ngasi tugas doang"

Pantesan aja kelas sepi banget anak cowoknya. karena dari tadi tidur Sania jadi nggak tahu apa-apa.

Hati Sania masih memiliki rasa iba. Kasihan juga kalau Rere kerja sendiri. Bantu bantu dikit boleh juga, lagian energi Sania udah kekumpul banyak. Abis tidur seharian, aji mumpung hari ini gak ada satupun guru yang masuk kekelas.

Sania berdiri lalu mengambil pulpen dan buku prakaryanya dari dalam tas. "Kelompok kita dimana?" Tanya sania meresleting kembali tasnya.

"Di meja gue" sahut Rere dengan wajah senang berseri. Sania menengok meja deretan kedua dari depan.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang