High School Love Story 19

121K 10.1K 521
                                    


            Balon warna-warni dan pernak-pernik sejenisnya di dekorasi sedimikian rupa hingga mata Sania mengerjap berkali-kali. Dia jatuh cinta pada setiap detail apa yang ditangkap oleh pengelihatannya, juga termasuk seorang cowok yang tersenyum tersenyum sangat tulus.

Sania menangis. Mebiarkan luapan kebahagiaan mengucur melalui air mata. Ini acara ulang tahun pertama yang di rayakan untuknya. Sebelumnya Sania tidak mau merayakan karena dia tidak tahu, kapan tepatnya dia terlahir ke dunia.

Devan mengajaknya duduk. Menyalakan lilin lalu bernyanyi. Sania masih belum berhenti menangis. Sambil sesenggukan dia meniup lilin di atas kue mini bergambar tokoh kartun favorite Sania.

"masih aja nangis, cengeng" Devan menarik tubuh Sania kedalam rengkuhannya. Mengelus sayang rambut Sania yang kini sudah bertambah panjang.

"kenapa hari ini?" masih dalam posisi yang sama, masih dalam pelukan devan Sania bertanya. Kenapa hari ini yang Devan pilih? Kenapa tidak mengikuti tanggal ulang tahunnya di akta yang telah ada. Memang tanggal di akta itu hanya tanggal palsu, hanya buatan penjaga panti. Tapi Sania masih bertanya, kenapa tidak tanggal itu saja, kenapa hari ini?

"karena ini hari yang tepat"

"kenapa di tempat ini?"

"karena gue sayang sama lo"

Sania mendorong tubuh Devan lalu mendengus. "gaje banget"

Devan terbahak lalu mengoleskan krim kue ke wajah Sania. Sania tidak sadar kapan Devan merusak kue cantik itu dengan tangannya.

"Dev jangan di rusakin!" Sania memekik kemudian melindungi kue itu dari tangan Devan si perusak. Sania mencabuti dua lilin berbentuk huruf D dan S dari kue spongebob yang sekarang resmi menjadi miliknya. Iya, huruf bukan angka. Karena Sania sendiri tidak tahu berapa umurnya yang pasti.

"San, apa gue perlu jadi spongebob dulu biar lo sayang?"

"Dev jangan mulai dah. Gombalan receh lo nggak mempan di gue"

"masa?"

"iyaaa"

Mereka saling menatap satu sama lain. Lengang beberapa menit.

"San, lo besok bakal di kejer polisi"

"lah emang kenapa?"

"karena lo udah nyuri hati gue"

Jduar!

"Kena lo!" Devan mendorong tangan Sania ke atas hingga kue yang di pegang Sania telak bertubrukan dengan wajah cewek itu.

"Tai!"

***

Sania fikir isi rumah lama Devan adalah hantu, jin, dan sejenisnya. Tetapi tidak, ternyata ada penjaga yang tinggal disana. Ada yang merawat rumah tersebut. Sania mematikan keran air setelah membasuh wajahnya dari sisa busa sabun pencuci muka. Ini semua karena Devan yang keterlaluan mengerjainya.

Pintu kamar mandi di ketuk. "Sania cepetan, lo mau balik kesekolah atau nggak?"

Sania berfikir sejenak. Kerah bajunya terkena krim kue, walaupun hanya sedikit itu sudah mengurangi minatnya untuk belajar.

"Gue sih males Dev, tapi tas kita gimana?"

Sania keluar dari kamar mandi, Devan, cowok itu sedang mengganti pakaian dan dalam keadaan setengah necked memperlihatkan otot perutnya yang mulai sedikit terbentuk.

"kan bisa suruh anak yang lain bawain, lo turun duluan San, bibi yang jaga rumah udah masakin dibawah"

Seperti apa yang Devan katakan Sania keluar dari kamar cowok itu. dia melewati lorong yang penuh dengan lukisan tangan devan. Terdapat tanggal pembuatan disana. Sania berhenti di lukisan yang paling mencolok di antara yang lain. Dia membaca tanggal pembuatan lukisan itu dan terkejut.

High School Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang