Yohooooooo sayan kembaliiiii >.< *tebar uang*
maaf lama yau :D mohon dibaca, dikomen, di Vote juga ya. tetep buat kasih semangat buat author buat lanjut *itu juga bagi yang suka sama cerita ini :D*
makasih ya para pembaca yang udah mau baca cerita acakadut kedpak kdpak ini :D
yok mari CEKEDIIIIIIIT!!
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Didalam kamar ini. Suasana terasa sepi, gelap, dan dingin. Disana hanya terdengar suara isak tangis yang terdengar menyayat hati dari mulut seorang gadis yang telah terenggut kesuciannya dengan kejamnya. Menangisi kemalangan nasifnya, dan betapa hancurnya dia diperlakukan bagai daging berbentuk manusia tak bernyawa oleh suaminya sendiri. Bahkan mungkin dia dianggap bagai pelacur saat ini.
Yah, memang dia tidak pantas diberikan perlakuan baik ataupun lembut dari pria itu. Dialah biang penghancur kehidupan pria itu. Dialah pengganggu rumah tangga pria itu. Dia parasit. Ya! Dia parasit!. Dan tidak seharusnya dia berharap dapat perlakuan baik apapun dari suaminya. Dylan.
Sera yang menangis dari saat Dylan meninggalkannya hingga sekarang. Meninggalkannya tanpa pamit sekalipun. Menoleh padanya pun tidak.
“Allahuakbar....”
Mata Sera langsung terbuka, tangisnya terhenti saat mendengar suara azan berkumandang. Mengingatkannya untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.
Dengan perlahan Sera menyibakkan selimut putih kusut ditubuhnya, dan saat menginjakkan kakinya kelantai kramik dingin hotel yang dia tempati, seketika tubuh Sera bagai tersengat. Bagian bawahnya terasa nyeri dan sakit. Dan itu karena perlakuan Dylan yang kejam dan tanpa ampun padanya. Menyakitinya, memaksanya.
Dengan perlahan dan tertatih-tatih menahan sakit Sera melangkah menuju kamar mandi. Membersihkan didirinya sebersih-bersihnya. Dia merasa kotor dan terhina. Meski dia tahu suaminya Dylan berhak dan halal melakukan apapun padanya. Tapi tetap saja terasa sakit.
Setelah selesai mandi dan berwudhu, Sera langsung shalat subuh dengan khusyuk. Mengadu pada sang maha pencipta dengan suara sedih dan tangis yang menyesakkan jiwa.
Ya Allah... Ya Robbi... Apakah hamba sudah salah? Apakah hamba sudah salah dari awal? Menikah dengan didasari rasa keterpaksaan, meskipun hamba bahagia dapat menikahi pria yang hamba cintai? Apakah pertolongan hamba salah dari awal Ya Allah? Ya Allah mohon berikan petunjuk bagi hamba. Amin ya Robbal’alamin.
Malam itu Sera merasa sedikit bebannya terangkat saat mengadu pada sang pencipta alam semesta. Jiwanya terasa sedikit tenang. Tapi meski begitu rasa sakitlah yang dominan ada dihatinya. Sampai kapan aku akan seperti ini? Sampai kapan? Lirihnya dalam hati dengan air mata menitik.
------- My Story -------
Didalam kamar Sera masih termenung memikirkan apa yang akan dia lakukan setelah ini. Dia bingung, apa dia harus pulang sendiri atau menunggu suaminya yang bahkan sampai sekarang tak kembali. Ah... Mungkin Mas Dylan nggak akan pernah kembali lagi kesini... pikirnya pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story...
Lãng mạn"Aku tak bisa marah, berontak, atau meneriakkan ketidak adilan yang diberikannya padaku. Aku hanya bisa diam dan melihat, menerima, dan mengikhlaskan kehidupan yang kujalani. Karena aku hanyalah seorang istri kedua." Kehidupan Sera seakan sudah dire...