My Story 3 - "Kenyataan 2"

15.9K 338 27
                                    

Yahooo maaf lama nunggu ya :)

dan maaf nih kalau ceritanya nggak asik dan pendek. hehe maklum ide dikepala author lagi ngadat alias mentok. bingung ngelanjutinnya gimana.

Dan masih, semoga suka ya sama mohon vote dan komennya. supaya si author tambah semangat lanjutin ini cerita. hehehe oke deh maaf author kelamaan ngomong.

YUK! CEKEDIIIIIIT!!

 

Tok... Tak... Tok... Tak...

Terdengar bunyi langkah sepatu disepanjang koridor. Keras dan mantap. Membuat siapa saja yang mendengarnya tau siapa sipemilik langkah. Dan dipastikan mereka tidak akan mau berurusan apalagi mempunyai masalah dengan sipemilik langkah itu.

Dengan langkah anggun dan penuh percaya diri. Pemilik langkah itu mendekati meja salah satu pegawai yang dia tau adalah sekretaris suaminya.

Sang sekretaris yang sangat mengenal sosok wanita berwajah sangat cantik dengan aura arogannya yang sangat kental itu, dia  langsung berdiri dan membungkuk, menyapa istri sang bos dengan sopan. Meski kentara wajah sang sekretaris pucat pasi karena kaget dan gugup.

“Se-selamat pagi Bu Dina.”

Dina. Wanita pemilik langkah itu hanya menganggkat alisnya dengan angkuh, matanya memancarkan intimidasi yang kental. Penuh pencelaan, memandang pegawai yang menyapanya itu dingin. “Pagi. Apa suami saya ada didalam?” tanya nya dengan nada datar.

“Pa-pak Dylan lagi ada rapat, Bu Dina. Jadi...”

Sang sekretaris langsung terdiam saat melihat kibasan tangan, tak peduli milik Dina. Dia tahu kalau semakin menghalangi dan menyela ucapan istri bosnya itu dia akan kena sial dihari itu juga.

“Dimana ruang rapatnya? Saya bisa langsung kesana. Dan satu lagi jangan kasih tahu suami saya,” perintah Dina dengan angkuhnya. Dan setelah mengucapkan itu Dina langsung melangkah meninggalkan teman sekretaris itu dan berjalan menuju tempat dimana suaminya berada.

------- My Story ------

Tok tok tok...

Orang-orang yang didalamnya yang awalnya kusyuk mengikuti jalan rapat pagi ini langsung terdiam dan spontan melihat kearah pintu yang diketuk keras. Mereka merasa terganggu.

Dan itu termasuk Dylan, yang memimpin rapat pagi hari ini. Dalam hatinya pun bertanya-tanya siapa orang yang berani mengganggu kegiatan rapat pagi ini.

Dengan geram, Dylan berdiri dan dengan gerakan mata memerintahkan salah satu pegawainya untuk melihat siapa orang yang mengetuk pintu dengan tidak sopannya.

“Maaf ada gangguan sedikit. Mari kita...”

“Pak...,”  ucapan Dylan dipotong oleh suara pegawainya yang dia suruh memeriksa siapa yang mengetuk pintu tadi. Dylan menarik nafas, berusaha meredam amarah dan kegeramannya yang seakan ingin keluar. Tapi...

“Suamiku!”

Tiba-tiba terdengar suara wanita yang sangat dia kenal. Dan dia tau itu siapa. Dylan langsung menoleh menatap wanita itu dengan tatapan penuh cinta. Rasa geram dan terganggunya tadi hilang. Berganti dengan rasa rindu yang menggebu. Sudah tiga hari dia tidak melihat istrinya itu.

Sayang! Kamu kok bisa ada disini. Tumben?” tanyanya takjub. Biasanya istrinya itu dipagi hari seperti ini pasti akan pergi keluar rumah menekuri hobinya yang suka belanja keberbagai negara. Dan biasanya istrinya itu akan datang kekantornya kalau kartu kredit yang dia berikan pada Dina rusak atau uang yang dimilikinya habis. Satu lagi, Istrinya akan datang kekantornya kalau istrinya kangen padanya.

My Story...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang