maaf lama ya ngepostnya >.< *nundukin badan*
dan juga kalau pendek maaaf sekali lagi maaaaf >.< terus terus ceritanya ancur, nggak asyik, gaje lagi. maaf ya >.<
hehehe. bikin lanjutannya ini author mesti dalam kondisi galau dulu. nah berhubung beberapa hari ini author lagi dlam kondisi senang jadinya yaah lama. hehehe maaf ya (•ˆ⌣ˆ•)
( ̄Д ̄)ノ oke kalau begitu, dari pada kalian pusing dan bosan membaca cuap-cuapa sang author gaje. selamat bac aja ya. sttt... ingat mohon vote sama komennya biar author tambah semangat lancut :D
yoook CEDEDIIIITDITDITDIIIIT!!
---------------------------------------------------------------------------------------------
Part 4
Kebagaian/Mimpi buruk?
Disaat malam yang gelap dengan hanya cahaya bulan redup didalamnya Sera terduduk diranjangnya yang berantakan. Seprai putih yang kumal dan sudah lepas dari tempatnya, bantal yang basah karena air mata yang tak berhentinya keluar dari matanya.
Sera mengepalkan tangannya menahan isakan yang seakan mau meledak keluar dari tenggorokan dan mulutnya yang merah, sakit, dan sedikit memar. Rambutnya kusut dan berantakkan, matanya sembab, tubuhnya... Jangan ditanya, tubuhnya serasa remuk dan sangat menyakitkan seakan dia baru saja dipukuli.
Dengan pandangan perih Sera melirik kesebelahnya, menatap pedih seseorang yang masih setia dan terlelap dengan tenang didalam selimut.
“Hik...,” Sera kembali menutup mulutnya. Dia merasa sudah tidak tahan untuk meneriakkan isaknya yang semakin tidak dapat dia tahan. Dadanya berdegup kencang dan terasa semakin sesak. Ibu sampai kapan aku akan seperti ini terus? Meski aku mencintainya apa aku akan tahan dengan perlakuan seperti ini? Dan untuk selamanya? Apa aku akan tahan?, lirihnya dalam hati.
Dan dia pun merasa heran. Dia pikir suaminya itu akan langsung pergi setelah melakukan apa yang menjadi tugasnya.... Tadi. *ingat ucapan Dylan dipart sebelumnya*
Dengan perasaan kacau Sera turun dari atas ranjangnya sambil melillitkan selimut putih polos ditubuhnya dan dengan langkah terseok Sera pergi keluar menuju dapur rumah sederhananya. Dia sudah tidak tahan berada dikamar itu.
Sera dengan gerakan perlahan membuka pintu kulkas – takut Dylan bangun dari tidurnya dan kembali menyakitinya – dan mengeluarkan air mineral yang langsung diminumnya langsung dari botolnya, tanpa memperdulikan aturan yang dibuatnya sendiri untuk tidak meminum minuman langsung dari botol, pikirannya terlalu kacau dan kalut saat ini.
“Wanita bodoh?” gumannya dengan suara bergetar. Teringat kembali dikepalanya saat Dylan menyentuhnya dengan kasar tadi dan menyebutnya dengan berbagai hinaan yang pastinya akan sangat menyakiti dan menghancurkan hati bagi siapa yang menderngarnya – terutama perempuan – .
Ya aku memang bodoh. Tapi aku tidak murahan, Mas! Bukan seperti itu! Jeritnya dalam hati. Matannya terpejam menahan tetesan air mata yang kembali ingin jatuh. Sungguh matanya sudah sangat lelah dan terlalu bengakak untuk kembali menangis.
“Apa yang kau lakukan?”
DEG!
Sera dengan gerakan cepat berbalik menatap sesosok tubuh tinggi tegap didepannya. Tatapannya nanar dan terkejut. Mas Dylan bangun? Apa aku terlalu berisik sampai membangunkannya? Pikirnya takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Story...
Romance"Aku tak bisa marah, berontak, atau meneriakkan ketidak adilan yang diberikannya padaku. Aku hanya bisa diam dan melihat, menerima, dan mengikhlaskan kehidupan yang kujalani. Karena aku hanyalah seorang istri kedua." Kehidupan Sera seakan sudah dire...