Part 10

13.1K 316 57
                                    

"Maaf," ucapnya lirih dengan kepala tertunduk dan air mata yang mengalir deras. Membuatnya tampak bodoh dan kalah.

---------------------------------------------
Prok... Prok... Prok...
Dina bertepuk tangan, membuat Sera tersentak kaget, sedangkan Dylan diam kaku ditempat menatap lurus dan tajam tepat kearah Sera.

"Huh ini ternyata wanita yang diminta mama untuk dinikahkan dengan mu? Aku kira dia lebih cantik dan segalanya dariku, ternyata.... Huh!" seringai Dina.

Dengan perlahan dia mendekat kearah Sera yang berdiri diam ditempatnya, dia lupa kakinya terkena tumpahan sup panas, matanya menatap fokus kearah Dina yang mendekatinya.

"Hebat sekali ternyata suamiku mengijinkan gundiknya untuk datang kekantornya. Jangan- jangan setiap hari dia mengunjungimu, sayang...," diliriknya Dylan yang masih berdiri ditempatnya dengan sinis "APA KAMU TIDAK MALU?!" hardiknya.

Sera tersentak
Gundik? Apa seperti itu jua pandangan semua pegawai Mas Dylan padaku?

"Tidak, Kak. Aku kesini hanya untuk..."

"Diam kau, bitch!" tajam Dina "Disini kau tak ada hak untuk mengeluarkan suara!" lanjutnya.

Dylan menghela nafas tajam. Mengalihkan tatapannya yang tadinya terfokus dari Sera ke Dina. Entah kenapa ada perasaan lain yang ganjil saat Dina memanggil Sera dengan perkataan tak pantas.

Apa peduliku, pikir Dylan. tapi tetap saja perasaan tak terima saat Dina memanggil Sera seperti itu.

"Lebih baik kau pergi dari sini Sera," ucap Dylan kemuadian sambil memijat tungkai hidungnya. "Dan kamu Dina. Ingat kita sedang dikantor jadi... jaga bicara kamu."

Mendengar itu mata Dina melotot dengan tangan mengepal keras, "Mas belain si gundik itu?! Mas maharin aku?! Kamu marahin aku mas! Padahal..."

"CUKUP DINA! Kamu sudah berlebihan!" Potong Dylan, " aku nggak marahin kamu, sayang. Cuman apa kamu tidak malu? Kita ada dikantor dan semua orang pasti tahu. Kamu mengertikan," jelas Dylan lembut sambil menangkup kedua pipi Dina, berharap itu bisa menenangkan istri pertamanya itu.

Sedangkan Sera tanpa dapat mengucapkan sepatah kata pun hanya bisa melihat dan mendengar apa yang dilakukan kedua orang didepan-nya. Siapa aku? Pikirnya lirih.

Dengan wajah keras Dina memeluk Dylan erat, "sebaiknya usir segera gundik kamu itu, sebelum aku bikin malu dia," ucap Dina keras, sengaja agar istri kedua suaminya itu mendengar. Dan Sera memang mendengar sehingga dia tersentak kebelakang, sehina itu dia dipandang oleh kedua orang itu.

Sera memberanikan diri menatap Dylan -- yang sekarang lagi memeluk Dina erat -- apakah suaminya itu memperhatikan dia atau tidak. Meskipun jawabannya sudah jelas. Apa arti dia dihati Dylan. Bahkan mungkin kenangan masa kecilnya dengan Dylan sudah pria itu lupakan..

Kenangan?

Sera baru saja sadar, apa Dylan melupakannya? Meluapakan gadis kecil yang dulu dijanjikannya kebahagiaan?

Sera kembali teringat dua minggu kebersamaan mereka. Dan sedikitpun Dylan tidak menanyakan siapa dirinya. Bahkan tanda-tanda pria itu mengingat dirinya pun tidak ada. Apa Dylan memang melupakannya? Apa kenangan masa kecil mereka dulu memang tidak ada artinya bagi pria itu. Dan juga apa arti dua minggu kebersamaan mereka? Apa itu juga tidak ada artinya....

Dengan tangan gemetar Sera menunduk melihat rantang dan makanan yang tercecer, dengan perlahan diambilnya rantang itu satu persatu sambil menundukkan wajahnya, menyembunyikan matanya yang sudah memerah ingin menangis.

Saat Sera menunduk, dia tidak tahu bahwa gerak geriknya di perhatikan oleh sepasang mata tajam milik Dylan. Sambil mengelus rambut Dina, mata Dylan tak lepas dari apapun tindakan yang dilakukan Sera --istir keduanya--. Dilihatnya bahu mungil istri keduanya itu bergetar dan dia tahu bahwa Sera-nya sedang menangis. Tapi apa yang bisa dilakukannya. Posisinya serba salah sekarang.

My Story...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang