Gadis berusia 10 tahun ini sangat menyukai pemandangan perkebunan. Matanya tak luput menatap semua keindahan yang dilihatnya saat ini. Orang tuanya memutuskan untuk menetap tinggal disini karena permintaan Nia. Rambut hitam yang terurai panjang berkibar terkena tiupan angin pedesaan, senyum manis selalu tersungging di bibirnya. Ia merentangkan kedua tangan lalu memejamkan mata, menikmati hembusan angin yang menerpanya.
" Nia, ayo pulang udah senja.. " ucap Tante Flora, mama Nia.
" mama sama papa pulang duluan aja, nanti aku pulang sendirian.. Aku masih pengen disini! " jawab Nia.
" emang km tau jalan pulangnya? Kita kan penghuni baru disini.. Nanti klo km nyasar gimana? " ketus mama.
"hmmmm... Inget kok, tenang aja " jawab Nia singkat.
Nia tetap memutuskan untuk tetap disana, karena ia sangat menyukai pemandangan seindah ini. Walaupun sebenarnya, dia sendiri sedikit lupa dengan arah jalan pulang.
Ketika hari mulai senja, Nia memutuskan untuk pulang. Namun, karena matahari mulai terbenam ia jadi begitu sulit untuk melihat jalan. Nia mencoba untuk berjalan mencari arah ke pemukiman, namun ia justru tersesat di area perkebunan yang berliku-liku. Ia pun mulai panik dan akhirnya menangis, tak tau apa yg harus d lakukan.
" kamu kenapa? " tanya seorang laki laki sebayanya.
" aku tersesat, tolong aku, " pinta Nia dengan suara sesenggukan.
" kamu orang baru di sini? Aku gk pernah liat km sebelumnya. Kenalin namaku Ara. " ucap Ara sambil menyodorkan tangan kanannya." aku memang orang baru disini, namaku Nia " .
Nia berjalan mengikuti Ara. Karena ia sama sekali tidak mengetahui arah jalan pulang ke pemukiman. Tibanya di daerah pemukiman, terlihat orang tua Nia menunggu dengan rasa cemas.
" Nia, km kmana saja dri tadi.. Mama sama papa nyariin kamu " tanya mama.
" maaf ma, ak gak mau dengerin ucapan mama.. Tadi aku tersesat waktu mau pulang dan untung aja ada Ara yang nolongin aku " jelas Nia. Seketika itu mama dan papa Nia menatap ke arah Ara.
" makasih ya, nak. Kamu udah nolongin anak om, kalau gak ada kamu mungkin Nia gak akan bisa pulang " ucap papa.
" iyaa,, sama-sama om.. Lagian Nia juga bisa jadi sahabat saya sekarang " balas Ara dengan senyum.
* Keesokan harinya..
Matahari pagi menyinari hari ini dengan sejuta warna bagi Nia dan Ara. Sejak peristiwa tempo hari, kini Ara menjadi lebih dekat dengan Nia bahkan lebih dekat dari mama dan papa Nia. Mereka menjadi sahabat yang begitu akrab dan selalu bersama bermain di area perkebunan. Mereka berlari-lari di area perkebunan dengan riangnya tanpa peduli dingin yang menembus pori-pori.
" Nia, kita cap tangan kita pake cat ini yuk. Supaya tempat ini selalu jadi moments indah kita disini " seru Ara.
" iyaa,, setuju tuh! " jawab Nia dengan penuh semangat.
Mereka lalu mewarnai tangan mereka dengan cat putih lalu menempelkannya pada sebuah papan kayu kosong yang berdiri di tengah perkebunan.
" cap tangan ini akan selalu ada sampai kapanpun. Dan seandainya kita berpisah, cap tangan ini akan mempertemukan kita lagi " ucap Ara menatap Nia penuh senyum.
* Di rumah Nia..
" Nia, papa mau bicara sesuatu sama kamu. " ucap papa penuh bimbang.
" mau bicara apa? " tanya Nia ingin tau.
" kita harus pindah ke Jakarta karena urusan bisnis papa. Dan kalau papa nggak pergi ke Jakarta, bisnis perusahaan papa akan bangkrut " jelas papa.
" tapi pa,.. Aku nyaman dengan tempat ini dan semua yang ada disini. " ucap Nia dengan mata berkaca-kaca.
" papa ngerti.. Tapi kita harus pindah ke Jakarta, papa janji kita akan kembali lagi ke sini " ucap papa.
Nia mengangguk dengan mata berkaca-kaca. Dlam hatinya, ia tak sanggup harus berpisah dengan sahabat baiknya, Ara. Apalagi ia akan pindah besok pagi, dan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal pada Ara. Mungkin, kebersamaan mereka tadi adalah kebersamaan untuk terakhir kalinya.
*Keesokan harinya...
Ara pergi menuju rumah Nia, namun sesampainya di sana rumah Nia sangat sepi dan tertutup rapat serta gerbangnya di kunci dengan gembok.
" tidak biasanya rumah Nia dikunci rapat kayak gini " batin Ara.
" nak, mau cari siapa? Pemilik rumah ini udah pindah tadi pagi " ucap salah satu warga yang mengagetkan Ara.
" pindah kemana, pak? " tanya Ara.
" pindah ke Jakarta, karena urusan bisnis " .
" oh ya makasi pak " ucap Ara.
Ara pergi dengan penuh kekecewaan, karena Nia tidak mengatakan akan pindah ke Jakarta pagi ini. Matanya mulai berkaca-kaca dan berjalan dengan muka tertunduk.
" aku akan menunggu kamu, sampai akhirnya kamu kembali lagi kesini " ucap Ara.
Tolong vote and comment ya :-)
Jangan jadi pembaca gelap..