Part 8

22 1 0
                                    


Happy Reading!

<(-︿-)>

Tara menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, menatap langit-langit kamar sambil tersenyum. Ia merasa lega saat ini, telah menemukan seseorang yang selama ini ia rindukan. Dan yang ia pikirkan saat ini adalah, menjalani hidup bersama gadis itu.

Jalanin aja, pada akhirnya akan berakhir bahagia, batin Tara.

Hujan kembali mengguyuri pedesaan pada siang menjelang sore ini. Rupanya cuaca akhir-akhir ini kurang bersahabat. Tapi, entahlah. Ia telah merasa bahagia saat ini, dan bila hujan turun setiap hari pun ia tetap bahagia. Karena Rania akan selalu menemaninya setiap saat sekarang.

" Tapi, kenapa ya? Kenapa dia lebih nyaman di panggil Rania? Padahal aku nyaman dengannya karena dirinya sebagai 'Nia' " rutuk Tara dalam hati.

Tapi, ia menbuyarkan lamunannya itu. Kenapa ia merasa aneh pada Rania? Bukankah dia sendiri merubah namanya juga menjadi Tara? .

Tara meletakkan kedua tangannya di belakang kepala, menjadikannya sebagai bantal. Ia terus saja tersenyum seraya menatap langit-langit kamar. Matanya lalu menatap ke arah jendela, melihat air yang turun dari langit itu begitu deras. Pekarangan rumahnya kini telah dibasahi air, bahkan bunga-bunga serta pepohonan sepertinya bahagia atas karunia Tuhan itu.

Sekarang, ia sangat merasa haus. Tenggorokan nya kering sedari tadi karena belum minum sama sekali.

Ia bangun dari berbaringnya, lalu melangkah menuju dapur dan mengambil sebotol air dari dalam lemari es. Kini hausnya sudah menghilang karena mendapat minum.

Saat ia membalikkan badan, terlihat Pak Sutris yang melangkah mendekatinya.

" Den Tara kenapa? Kok saya liatin dari tadi keliatannya bahagia banget, terus juga dari tadi senyum-senyum? " Pak Sutris menatap heran kepada anak majikannya tersebut.

Tara hanya diam. Ia terus tersenyum seraya mengingat kejadian tadi.

" Loh, ditanyain kok malah diem sih? " tanya Pak Sutris.

Lagi-lagi Tara hanya diam sambil tersenyum dan tak menjawab ocehan Pak Sutris.

Pak Sutris meletakkan tangannya di depan wajah Tara lalu menggoyang-goyangkannya agar Tara dapat buyar dari lamunannya.

Benar saja, Tara buyar dari lamunannya seketika. Ia menatap Pak Sutris yang sedari tadi berada di hadapannya.

" Iya, pak. Kenapa? " tanyanya seakan tak mendengar perkataan Pak Sutris.

" Ya ampun, dari tadi saya nanya gak di dengerin toh? " Pak Sutris menggelengkan kepalanya.

Tara mengedikkan bahunya.

" Saya nanya, Den Tara kenapa senyum-senyum terus dari tadi? Dan keliatannya bahagia banget " ucap Pak Sutris mengulang pertanyaannya.

" Oh, " jawab Tara singkat dihiasi senyum.

" Loh, kok oh? " Pak Sutris makin di buatnya bingung.

" Ada lah pak, pokoknya saya bahagia banget " ucap Tara lalu pergi lagi menuju kamarnya.

Pak Sutris menggeleng-gelengkan kepalanya seraya terus berpikir. " Apa ya yang buat Den Tara bahagia banget kayak gitu? " gumamnya.

Di dalam kamarnya, Tara sedang menatap kearah jendela. Melihat hujan yang mulai mereda. Dan air yang mulai surut di depan rumahnya.

" Bunda, aku sangat bahagia sekarang" gumamnya.

Ia lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Lalu duduk ditepi ranjang.

Waiting For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang