Typo Bertebaran!
Happy Reading ʕ•ﻌ•ʔ••••••
Rania masuk ke kamarnya, mengambil sebuah jaket kulit lalu kembali menuju ruang tamu." Ini, Ra! " ucapnya sambil menyodorkan jaket kulit tersebut pada pria dihadapannya.
" Makasih" Tara tersenyum kecil.
Pak Fahri masuk kedalam, sambil membawa sebuah koran ditangannya dan bergabung dengan Rania dan Tara. Beliau duduk di sofa yang berhadapan dengan Tara.
" Ayah dan bunda kamu udah pulang?" tanya ayah dari Rania tersebut.
" Belum, Om" ucap Tara lemas sambil menatap ke bawah. Raut wajahnya terlihat sedih.
Rania melihat raut wajah Tara tersebut, dalam hatinya ia sangat ingin menghibur pria tersebut namun ia tak mampu melakukan apapun.
Rania mengelus punggung Tara, pria tersebut lalu menoleh dan tersenyum kecil.
"Kamu tenang aja, kan ada aku disini. " ucap gadis tersebut.
Bu Flora datang membawa 4 gelas minuman serta sepiring kue brownies. Lalu ikut bergabung dengan 3 orang yang telah berada di ruang tamu. Bu Flora duduk di samping Pak Fahri, berhadapan dengan Rania.
" Ya udah tante, om saya mau pulang dulu. Cuma mau ngambil jaket aja" ucap Tara sambil berdiri bersiap pulang.
" Kok buru-buru banget sih? Ini sirupnya belum kamu minum" Bu Flora ikut berdiri dengan Pak Fahri.
" Ga usah tante, buat Rania aja" senyum mania tersungging dibibirnya.
Pak Fahri mengangguk, lalu menuntun Tara sampai depan pintu pagar rumahnya.
" Aku pulang dulu ya Ran" ucap Tara.
Rania melambaikan tangannya seraya tersenyum pada pria itu. Rania kembali masuk ke dalam rumah nya lalu duduk di sofa ruang tamu bersama ibunya.
" Aku kasian deh sama Tara, Ma. Dia pasti kangen banget sama ayah dan bundanya " rutuk Rania.
" Hmm.. Iya, mungkin aja ayahnya Tara masih ada kerjaan disana" ucap Bu Flora setelah meneguk sirup rasa jeruk tersebut.
" Aku masuk kamar dulu ya, Ma! " ucapnya lalu beranjak dari sofa menuju kamarnya.
Dikamarnya, Rania duduk di ranjang lalu meletakkan bantal hellokitty di atas paha. Ia menyumbat telinganya dengan earphone. Lalu ikut bernyanyi mengikuti alunan lagu.
Ia menatap kamarnya itu, memang sangat berbeda dengan kamarnya di Jakarta. Ini lebih sederhana, namun menyimpan banyak kenangan yang membuat Rania merasa nyaman. Berbeda dengan kamarnya di Jakarta, yang bernuansa oranye serta lemari dan meja rias yang dipenuhi pernak-pernik.
Ia merebahkan tubuhnya ke ranjang, memejamkan matanya. Suara musik dari earphone masih terdengar di telinganya.
Bu Flora membuka pintu kamar Rania dan melihat putrinya sedang tertidur dengan earphone yang tersumbat di telinganya. Flora tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu menutup pintu kamar Rania.
●︿●
Tara memasukkan tangannya ke saku celana, menatap Pak Sutris yang tengah menyiram kebun rumahnya. Ia ingat, saat ayahnya menyiram tanaman dan ia ikut membantu namun saat itu malah terjadi perang air yang sangat menyenangkan. Yang membuat Ara kecil menjadi basah.
" Den Tara kenapa? Saya tau nih, pasti kangen sama Tuan Rizal kan? " Pak Sutris meletakkan selang airnya.
" Ya begitulah, Pak. Kan bapak tau sendiri saya paling gak bisa jauh-jauh dari Ayah sama Bunda " tutur Tara.
" Tenang aja, Den. Kan udah ada saya disini, jadi Aden gak kesepian lagi " hibur Pak Sutris.
Tara mengangguk.
" Lagian Pak Rizal sama Bu Resti juga pasti bakalan pulang kesini kok! " Pak Sutris mencoba membuat Tara terhibur.
Tara lalu masuk ke dalam rumah dan melihat makanan telah dihidangkan diatas meja makan. Pak Sutris memang orang yang perhatian pada Tara,meskipun bukan anak nya sendiri. Namun selalu tepat menyiapkan segala sesuatu yang Tara butuhkan.
" Dimakan Den, saya tau pasti Den Tara laper! " ucap Pak Sutris.
" Pak, ayo ikut makan bareng saya" Tara menepuk kursi kosong di sampingnya.
" Aduhh, gausah" .
" Gapapa Pak ayo, masak saya makan sendirian sih? " .
Pak Sutris akhirnya mau ikut makan bersama Tara, karena Tara terlihat sangat kesepian.
" Makasih ya Pak, selama ini bapak udah jadi pekerja keluarga saya " ucap Tara.
" Ga usah terimakasih, ini kan udah kewajiban saya " Pak Sutris tersenyum.
" Dari saya umur 6 tahun sampe sekarang bapak selalu baik.... banget sama saya " ucap Tara memanjangkan kata 'baik'.
" Iya Den, lagian saya udah nganggep Den Tara anak saya sendiri " .
Tara tersenyum pada Pak Sutris, lalu kembali melanjutkan kegiatan makannya.
Setelah selesai, Tara masuk ke dalam kamarnya dan Pak Sutris memcuci piring didapur.
Tara meraih pigura foto di atas meja riasnya, dalam foto tersebut terlihat sebuah keluarga yang terdiri Pak Rizal, Bu Resti, dan Tara. Ia menyentuh pigura tersebut lalu meletakkanya di depan dadanya.
Ia meraih ponsel dari saku celananya, memcoba menghubungi bundanya namun tidak terdengar nada sambungan.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
Bunda Resti mematikan ponselnya. Padahal Tara sangat ingin mendengar suara bundanya itu. Mungkin Bunda Resti sedang sibuk, pikir Tara.
Ia lalu berbaring diatas ranjangnya dan mulai tertidur.
Pukul 16.30❤
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu terdengar, Tara menyadari ketukan itu dan mendiamkannya beberapa detik.
Tok.. Tok.. Tok..
Tara mengucek-ngucek matanya, ia mengira Pak Sutris sudah membukakan pintu namun ketukan itu terus berbunyi. Tara melangkah keluar kamar, menuju pintu rumahnya dan membuka pintu. Melihat siapa yang datang.Cekleeekkkk!
" Ayah? Bunda? ".
♡
♡
♡Pleasee vote and coment!
Jangan jadi pembaca gelap
No judge!
Tidak suka? Tinggalkan!Jangan lupa follow my instagram :
@puttrioktaviaSalam Manis,
-Putri-