Halo readers?
Selamat membaca ya 8-)Disebuah kamar bernuansa oranye, Rania duduk di sebuah kursi dengan meja yang di lengkapi beberapa buku. Ia menari sebuah buku berwarna coklat dengan cover buku bertuliskan " My Diary ". Tanpa berpikir, ia mengambil sebuah pulpen dan menuliskan isi hatinya pada sebuah buku diary yang selalu menemaninya hidup di Jakarta.
" Tuhan mempertemukan kita dimasa kecil..
Dan apakah tuhan pula yang akan mempertemukan kita di masa yang akan datang?
Aku bahagia, sangat bahagia dapat bertemu seseorang yang ramah serta rendah hati sepertimu. Terima kasih telah mengisi kekosongan hidupku, dan terima kasih pula telah mengajariku berbagai hal yang belum ku mengerti. Mungkin takdir memisahkan kita untuk sementara waktu, namun takdir pula yang akan menyatukan kita.Rania menutup buku diary nya. Ia beranjak dari kursi menuju jendela. Terdengar suara mobil papa dan mama masuk ke dalam garasi. Ia bergegas turun lalu menyambut kedua orangtuanya. Papa dan mama Rania baru pulang dari luarkota karena bisnis perusahaan disana mulai menurun.
" mama, papa kok udah pulang? " Rania mengawali pembicaraan.
" loh, km gak seneng papa sama mama pulang? " mama menyahut.
" bukannya gitu, tapi kan papa bilang bakalan balik 5 hari lagi.. Tapi kenapa 3 hari lebih cepat? " Rania mengerutkan dahi.
" maaf papa gak bisa kabarin, soalnya mendadak. Jadi semua yang disana udah beres" papa menjelaskan.
Rania mengangguk tanda mengerti.
" oh iya, papa dan mama udah sepakat kalo kita akan liburan ke perkebunan. Hitung-hitung ngilangin rasa penat karena banyak kerja " ucap papa yang serentak membuat Rania bahagia.
" papa serius? " tanya Rania seakan tak dapat menahan rasa bahagianya.
Papa mengangguk mantap dengan ucapannya.
Rania tak dapat lagi menahan rasa bahagianya. Impiannya selama ini untuk bertemu Ara akan segerat terwujud.
" mama tau, selama ini pasti kamu pengen banget balik ke perkebunan. Apa kamu pengen ketemu sama.." mama belum melanjutkan ucapannya.
" Ara? " ucap papa yang serentak membuyarkan lamunan Rania.
" aku juga gak yakin akan ketemu dia lagi, pa " jawab Rania mendesah." ya, kita lihat aja nanti " sahut mama.
" tunggu aku Ara, " ucap Rania dalam hati dengan senyum yang tersungging di bibirnya.
_______
Matahari senja rasanya cukup hangat bagi Tara. Diwaktu senja seperti ini dia lebih memilih duduk sambil menatap proses terbenamnya matahari. Menghela nafas panjang lalu tersenyum kepada sang surya. Salah satu alasan yang membuat Tara nyaman di tempat ini adalah karena semua tempat ini menyimpan banyak kenangan indah dirinya dengan Nia. Selama bertahun-tahun Tara selalu menyempatkan diri untuk pergi ke rumah Nia yang dulu, namun keadaan rumah itu tetap sama dan tidak ada yang berubah. Gerbang nya selalu tertutup rapat dengan sebuah gembok besar. Serta kaca-kaca jendela yang mulai berdebu dan tanaman yang telah layu.
" Tara, bunda mau bicara sama kamu" ucap bunda resti( ibu Tara ) ketika melihat Tara telah pulang dengan keringat yang bercucuran.
" bicara apa? Bilang aja bun " jawab Tara sambil mengusap peluhnya.
" bunda dan ayah kamu rencananya mau pindah Surabaya " jelas bunda resti tanpa panjang lebar.
" maksud bunda kita pindah ke Surabaya dan meninggalkan rumah ini? " tanya Tara.
" iyaa... Paman kamu memberikan pekerjaan dengan penghasilan besar pada ayah. Jadi bunda putuskan untuk pindah ke Jakarta ikut dengan ayah. Karena jika kita terus bergantung pada pekerjaan memetik teh ini, penghasilannya hanya sedikit " jelas bunda resti.
Tara mulai tidak yakin dengan keputusan bundanya. Alasan ia tidak ingin meninggalkan rumah ini bukan karena tidak menurut pada bundanya, namun karena ia ingin menunggu datangnya Nia. Dan ia yakin pasti Nia akan kembali suatu saat nanti.
" tapi bun... " .
" Tara, bunda tau kamu pasti akan menunggu Nia sampai ia datang kesini. Tapi apa buktinya? Selama 8 tahun sudah cukup untuk kamu menunggu, tapi dia juga tak kunjung datang. Untuk apa kamu menunggu seseorang yang tidak pasti akan datangnya. " ucap bunda resti yang membuat Tara berkaca-kaca.
" oke... Aku akan ikut dengan bunda dan ayah besok pindah ke Jakarta. " ucap Tara dengan berat hati.
Bunda resti tersenyum. Namun, ia sesungguhnya tau bahwa Tara belum ikhlas untuk meninggalkan tempat ini.
*Keesokan harinya...
Ketika matahari belum terbit, Tara dengan ayah dan bundanya pergi meninggalkan rumah itu dan pindah ke Surabaya. Namun sebelumnya, ia sempat menulis sebuah surat untuk Nia yang ia letakkan di pagar rumahnya. Dan ia sangat berharap bahwa Nia akan kembali kesini dan membaca surat itu walaupun dirinya mungkin tak dpat lagi bertemu dengan Nia.
" maafkan aku... Aku udah lelah untuk menunggu kamu " ucap Tara sambil menatap rumahnya sebelum pergi.
Disisi lain..Rania, mama, serta papanya akan berangkat menuju perkebunan. Selama beberapa jam ini Rania terlihat beberapa kali tersenyum sambil menghela nafas panjang. Ini memang yang selalu ia tunggu, kembali ke perkebunan dan bertemu dengan Ara. Tak lupa juga, buku diary yang selalu menemaninya ikut serta bersamanya menuju pedesaan. Lembar demi lembar dalam buku itu telah terisi dengan tulisan-tulisan tangan Rania yang berisi curahan hatinya selama ini. Mobil sedan putih milik ayah Rania melaju dengan kecepatan rata-rata menuju tempat yang akan di tujukan.
Pukul 16:00..
Mobil sedan putih yang di kendarai oleh ayah Rania tiba di perkebunan. Mereka kembali menempati rumah yang 8 tahun lalu menjadi tempat tinggal mereka. Beberapa koper yang berisi pakaian serta perlengkapan mereka di gotong oleh Rania ke dalam. Kaca-kaca jendela di rumah itu memang benar-benar telah berdebu. Gadis remaja yang manis ini menyentuh kaca jendela dan menarik tangannya dengan satu garis lurus. Ia menatap jari-jari tangannya yang berubah menjadi warna hitam, Rania lalu meniup debu-debu yang menempel di tangannya.Rania beralih menatap tangga yang menghubungkan lantai dasat dengan lantai atas. Ia menaiki anak tangga demi anak tangga yang penuh debu itu. Ia memutar tubuhnya, mencoba melihat keadaan di sekelilingnya. Rumah ini terlihat tidak terurus setelah Rania pergi ke Jakarta. Akhirnya langkah kakinya terhenti di lantai atas setelah melewati beberapa anak tangga. Keaadan di lantai atas lebih baik dari lantai bawah. Tangan lembutnya membuka pintu menuju balkon. Udara dingin yang berselimut di luar masuk ke dalam rumah Rania. Dari balkon ini, ia dpat melihat keindahan perkebunan yang begitu membentang hijau. Bahkan dari balkon lantai atas rumahnya ini bisa terlihat kabut-kabut yang menyelimuti udara disini.
Tiba-tiba ia teringat dengan suatu hal. Ya, suatu hal. Tujuan utamanya kesini adalah bertemu dengan Ara, lalu mengapa ia begitu asyik di rumahnya? Seharusnya ia sekarang mencari Ara. Rania mengikat syal yang ia kenakan sedari tadi serta membenarkan posisi topi rajut yang berada di puncak kepalanya. Ia lalu bergegas menuruni tangga dan pergi menuju perkebunan.
" Ran, kamu mau kemana? "tanya mama ketika melihat putri nya berlari menuju luar." cari udara seger, lagian aku kangen sama lingkungan disini ma " ucap Rania dengan tangannya yang menggenggam erat ujung kain syalnya.
Mama hanya mengangguk melihat ungkapan putrinya.