16. About Us

112 10 5
                                    

A/N : Um.....hi? Sorry banget ini udah 5 bulan dibiarin. Setiap aku mau lanjutin selalu aja ada setan yang nyuruh ngelakuin hal lain. Nyebelin kan:( Gatau masih ada apa ngga readers setiaku tapi ya.... Semoga suka yah hehe.

Enjoy reading guys.

***

"Maaf, aku tidak bisa," tolaknya.

"Ayolah, kau pasti bisa. Apapun yang kamu mau akan aku turuti. Aku hanya ingin dia baik-baik saja," bujuk seseorang itu.

"Um, baiklah. Akan kucoba. Tapi, jika aku gagal dalam misi ini, maaf aku telah mencobanya," jawabnya pasrah.

"Terima kasih," balas seseorang itu lalu melenggang pergi dari tempat itu.

***

"Clarie, buka pintunya sayang!" teriak mom sambil terus menggedor-gedor pintu kamarku.

Aku mendengus sebal di dalam selimut. Jika kalian bertanya sedang apa aku? Dan salah satu dari kalian menjawab menangis karena masalah kemarin. Itu salah besar. Aku bukan sedih, ya sedikit sedih tapi aku masih tetap marah kepada Zayn dan Niall, oke?

"Clarie apa kamu baik-baik saja di dalam?!" tanya mom lagi dengan teriak untuk kali ini.

"Ugh mom! Aku baik-baik saja, percayalah," balasku dengan teriak pula.

Dan setelah itu, aku mendengar suara langkah kaki turun ke bawah. Untuk itu aku sangat bisa menghela nafas, lega. Aku menyalakan radio, hingga terhanyut akan lagu-lagu yang sedang diputar.

Aku melihat jam dinding, sudah jam 4 sore rupanya. Segera aku beranjak ke kamar mandi. Setelah mandi, aku membuka lemari dan memilih untuk memakai kaus panjang, skinny jeans, dan beanie hitam untuk menambah penampilanku.

Rencananya, aku akan pergi ke taman kota untuk refreshing setelah seharian ini aku menjadi anak rumahan. Australia cukup dingin hari ini. Maka dari itu, aku mengambil sepatu boots berwarna coklatku.

"Clarie?" tanya mom yang tiba-tiba muncul dari halaman belakang. "Mau kemana kamu?" tanya mom lagi.

"Ke taman kota mom. Sebentar saja kok. Lagipula Clarie bosan bila di rumah melulu," jawabku.

"Oke. Hati-hati di jalan ya, Clar," pesan mom. Aku mengangguk lalu membuka pintu utama.

***

Walaupun cukup dingin, tetapi bagiku ini cuaca yang bagus. Sambil terus berjalan kearah taman kota, aku mengedarkan pandangan ke segala arah untuk melihat indahnya Minggu sore Australia.

Sebelum menyebrang ke gerbang masuk taman, aku memutuskan untuk membeli mochacinno di kedai saat aku sarapan bersama Zayn. (Chapter 3. Bestfriend)

"Selamat sore, ada yang bisa kubantu?" tanya seorang perempuan yang sepertinya seumuran Catherine.

"One hot mochacinno, please," pesanku.

"Anything else?" tawarnya. Aku menggeleng lalu membayar minumanku. Sambil menunggu mochacinno-ku yang sedang dibuat olehnya, aku melihat sekeliling kedai ini. Tempatnya nyaman, sungguh. By the way, aku jadi teringat George. Dia memberiku fortune cookies dengan tiba-tiba dan itu belum terbuka hingga saat ini. Maksudku itu hanya sekedar cookies tapi kenapa susah sekali kubuka.

"Ini pesananmu," kata perempuan itu menyodorkan nampan berisi minumanku diatasnya.

"Terima kasih um..." aku melihat name tag-nya. "Sandra. Thank you," ucapku. Dia tersenyum mengangguk. Saat mau berbalik, aku melupakan sesuatu.

Promise // z.m [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang