Hai! Kenapa gaada yg vomments?!:( vomments dong plissss, aku memohon kepada kaliann. Okay i know i know, i not a best author but please give me a vomments. If you give me a vomments, i promise make a story more better than last. Thank you.
***
"Mom?" seru Zayn.
"Hey! Kau sudah pulang, Nak?" tanya wanita itu. Zayn hanya mengangguk. Mom menyuruhku dan Zayn untuk duduk, aku pun menurutinya.
"Clarie, ini sahabat mom dan mamanya Zayn." jelas mamaku. Aku hanya mengangguk dan memperkenalkan diri.
"Saya Clarie Green tante, senang berkenalan dengan anda." kataku dengan sopan.
"Saya Tricia Malik. Kamu bisa memanggilku dengan sebutan Tricia atau yang lainnya. Mungkin kamu bisa memanggilku dengan sebutan mom." candanya. Zayn yang saat itu sedang meminum minumannya, tersedak.
"Uhuk.... uhuk..."
"Zayn! Kau tak apa?" cemasku. Sebenarnya aku ingin tertawa tapi kasihan juga.
"Mom, yang benar saja?!" tanya Zayn dengan nada tinggi setelah sembuh dari tersedaknya itu. Tante Tricia dan mamaku hanya tertawa. Sementara aku mengerutkan kening, mencerna apa yang terjadi.
"Tentu aku hanya bercanda, Zayn. Atau sebenarnya kamu memang ingin sekali agar Clarie memanggilku mom?" tanyanya dengan nada menggoda. Zayn hanya memutar bola matanya. Aku tertawa kecil.
"Sepertinya kalian sudah saling mengenal?" tanya mom.
"Ya, mom. Dia yang telah menolongku hari ini." jawabku terus terang. Zayn hanya memandangku dengan tatapan tajam. Aku membalasnya dengan tatapan bingung.
"Oh ya? Zayn menolongmu, Clarie?" tanya Tante Tricia. Aku hanya mengangguk polos.
"Bukankah kau paling susah bila diminta empati, Zayn?" tanyanya kepada Zayn. Aku hanya memandang Tante Tricia dengan ekspresi apa maksudnya.
"Jadi, Zayn ini paling susah jika dimintai tolong, Clarie. Anehnya, dia menolongmu kan di sekolah tadi? Padahal kalian baru kenal." jelas Tante Tricia. Aku hanya mengangguk-anggukan kepala tanda mengerti. Aku tidak mengeluarkan sepatah kata pun, karena aku bingung untuk menjawab apa.
Suasana menjadi awkward. Tidak dengan mom dan Tante Tricia, mereka mengobrol dengan semangatnya. Seperti baru ketemu lagi semenjak berpisah berpuluh-puluh tahun lamanya.
Aku dan Zayn hanya saling melirik. Mungkin dia juga bosan sepertiku?
"Zayn, kau bosan?" tanyaku. Dia hanya mengangguk dan meneguk minumannya yang tinggal sedikit lagi.
"Ke halaman belakang saja yu." ajakku. Dia memandangku dan mengangguk tersenyum. Aku pun berdiri dan menarik tangannya.
Tangan mereka saling bertautan tetapi tidak ada dari mereka yang menyadarinya.
"Zayn, kau disini saja dulu. Aku ke kamar dulu ya." kataku. Dan lagi dia hanya mengangguk. Aku pun berlari ke kamar.
Aku mengganti baju seragamku dengan celana pendek berbahan kain dan kaos oblong berwarna hijau muda. Aku membawa laptop dan iPhoneku, lalu turun ke bawah menuju halaman belakang.
"Zayn!" panggilku. Dia hanya menoleh dan mengekspresikan wajahnya yang berarti ada apa.
"Umm, tidak hanya memanggilmu saja." jawabku asal sambil menggidikkan bahuku.
Aku pun menyalakan laptop dan memasukkan modem.
"Kau tak punya WiFi?" tanyanya.
"Tidak." jawabku sambil terus memperhatikan layar laptopku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise // z.m [DISCONTINUED]
FanfictionAwal pertemuan yang biasa bagiku. Tapi dia, Zayn Malik, yang telah mengubah hidupku. Selama bertahun-tahun, aku selalu terpikirkan akan kejadian beberapa tahun silam, tapi semenjak kedatangannya kehidupku, aku bisa melupakan semua itu. Banyak janji...