9. His Problem

247 24 4
                                    

"Zayn kau ini niat membantuku tidak sih?!" bentakku kepada Zayn.

Lihatlah apa yang ia perbuat, aku menyuruhnya memotong kentang menjadi potong dadu tetapi Zayn malah melamun membuat kentang ini tidak terlihat bentuknya.

"Hah? Oh my god! Maafkan aku Amy. Aku tidak tahu jika seperti ini. Aku melamun dan tidak sadar bila aku memotong kentangnya menjadi seperti ini. Maafkan aku." katanya memohon kepadaku.

"Sudahlah tidak apa. Potong kembali. Hati-hati ya Zayn." balasku lalu berjalan kembali kearah ayam yang sedang kurebus.

"Ada apa dengannya? Masalah apa yang ia maksudkan tadi? Apakah masalah itu sangat besar sehingga dia menjadi melamun seperti itu? Sudahlah bukan urusanmu Clarie." pikirku.

Saat aku mau beranjak ke ruang keluarga untuk mengambil ponselku, tiba-tiba ada suara orang yang kesakitan.

Aku pun segera berlari ke arah dapur untuk memastikan Zayn tidak apa-apa.

Nyatanya, tangan Zayn sudah mengeluarkan cairan kental berwarna merah.

"Ya Tuhan! Zayn kau kenapa?" tanyaku kaget. Aku pun segera mengambil kotak P3K.

"Aku tadi sedang memotong kentangnya dan aku melamun lagi. Maka dari itu jariku teriris pisau." jelasnya.

Refleks aku mengambil jari yang berdarah itu dan memasukannya ke mulutku. Lalu ku cuci lukanya dan menempelkannya plester.

"Selesai." kataku.

"Terima kasih Amy." jawabnya.

"Ya sama-sama. Lebih baik kamu tunggu di meja makan saja Zayn. Ini biar kuurus saja." suruhku dengan lembut.

"Tidak apakah? Aku cukup lelah Amy. Maafkan tidak bisa membantumu padahal aku yang mengajakmu memasak bersama." katanya dengan nada menyesal.

"It's okay Zayn. Aku takut bila kau berada disini kau akan terluka lagi. Pergilah." jawabku sambil tersenyum.

Setelah Zayn pergi, aku membereskan perbuatan Zayn yang menyebabkan dapur ini berantakan.

"Zayn sebenarnya kenapa kau ini?" gumamku sedih.

***

Aku pergi ke meja makan sambil membawa sup ayamnya. Lalu menyiapkan meja makan agar terlihat indah.

Aku pun pergi ke ruang keluarga untuk memanggil Zayn bahwa makanannya sudah siap. Nihil, Zayn tidak ada disana.

Saat aku hendak pergi ke kamarnya, samar-samar kudengar suara seseorang sedang menelfon di halaman belakang.

"Tapi Niall aku tidak bisa. Maafkan aku." katanya dengan suara yang cukup parau.

"Ya akan kupikirkan. Terima kasih."

Setelah Zayn mematikan telfonnya, dia melihat ke belakang dan disaat itulah Zayn kaget melihatku yang berdiri kebingungan.

"A--A-my?" tanyanya gelagapan.

"Zayn? Kau tidak apa? Kau gugup dan kaget saat melihatku." tanyaku balik.

"Um ak--aku tidak apa. Tenang saja." jawabnya dengan senyuman yang dipaksakan.

"Really?" tanyaku kembali untuk memastikan.

"Y-ya. Apakah supnya sudah jadi? Aku sudah lapar." tanyanya. Well pengalihan pembicaraan yang sangat bagus Zayn.

Aku hanya mengangguk. Setelah itu Zayn merangkul pundakku dan mengajaknya ke meja makan.

***

Setelah makan aku membereskan meja makan lalu pergi menyusul Zayn ke kamarnya.

Promise // z.m [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang