Pict Deva ada di atas ya. Boleh diliat:) maaf kalo kurang cocok sama karakternya.
Selamat membaca!
***
Saat pelajaran Seni Budaya berlangsung. Anggota lainnya sudah duduk bersama masing-masing kelompoknya. Begitu pula dengan aku, yang sudah duduk bersebrangan dengan Akmal membuat jantungku bekerja lebih cepat. Serta aura dingin mulai menusuk setiap rongga tulangku.
Mataku yang terus mencari alat yang dapat aku gunakan, jariku yang sedari tadi memegang alat agar dapat aku korbankan serta telingaku yang kupakai setiap aku mendengar suaranya.
Bu Elina memberikan LKS kepada masing-masing kelompok. Dengan cepat kelompokku mengerjakannya. Setelah selesai, aku mengumpulkan kertas LKS dan kembali duduk di tempat sebelumnya.
"Dev, lo udah tau orangnya?" pertanyaan yang keluar dari mulutnya membuat tubuhku merinding seketika.
Aku mengerutkan dahiku. "Belum, gue gak tau siapa. Abisnya, tuh orang misterius banget. "
Akmal menganggukan kepalanya pelan. "Siapa pun orangnya, gue bakalan baikin tuh orang. Kalo cowo mungkin gue bakal jadiin sahabat gue. Kalo cewek--"
Tubuhku menegang. "Kalo cewek?" Clara mengulang perkataan Akmal tadi.
"Kalo cewek mungkin gue jadiin teman special gue." Lanjut Akmal
Saat itu aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku, kupu-kupu kembali terbang memenuhi perutku yang tidak bisa lagi menahannya.
Aku tersenyum tipis. Ketika, aku melihat Diana yang melihatku dari kejauhan, otakku kembali lagi pada tujuan awal. Diam, jangan sampai ada yang tersakiti.
Setelah pelajaran selesai, aku menghampiri meja Diana. "Sorry, gue gak bermaksud Na," kataku
"Tenang aja, Cuma kelompok. Lagian gue yakin lo gak bakalan nikung temen lo sendiri kan?" pertanyaan yang membuatku terhempas kebelakang sejauh-jauhnya, sampai-sampai tubuhku menyentuh tumpukan duri yang menusuk tubuhku sekian kalinya.
Bahkan aku tidak memikirkan 'Nikung temen lo sendiri?' Gue salah. Gue salah karna gue suka sama Akmal. Bego! Pikirku.
"Hem," jawabku.
Aku langsung menjauh dari meja Diana yang mulai membuat tubuhku panas.
Gue nikung Diana. Mampus! Batinku.
Apa gue harus menjauh dari Akmal? Apa yang harus gue lakukan? Pikirku.
Banyak pertanyaan yang menghantui pikiranku membuatku tidak konsentrasi pada pelajaran terakhir berlangsung.
Saat pelajaran berakhir, Murid berhamburan keluar kelasnya sedangkan aku dan Clara masih bertahan dikelas.
Clara menatapku heran. "Lo kenapa?" tanyanya.
"Apa gue nikung Diana?" tanyaku.
Clara mengerutkan dahinya. "Engga lah, lagian lo kan gak tau kalo dia suka sama Akmal saat itu." Ujar Clara.
Aku memajukan bibirku. "Apa gue harus mundur?" tanyaku
Clara menyampirkan tasnya di pundak kanan-nya. "Elah, Akmal doang ribet amat." Katanya.
Aku berdiri dan berjalan menuju pintu kelas. "Kan lo tau Diana suka, terus dia bilang ke gue, dan gue harus apa Ra? " Aku menghela nafas berat.
Clara memutarkan kedua bola matanya yang coklat itu. "Akmal tuh gak pernah sadar keberadaan lo dev, bahkan mata lo aja gak terlihat dimatanya."
Tiba-tiba langkahku terhenti. Tubuhku mematung di tempat.
Kata-kata yang menurutku menusuk mengalun sempurna di dalam telingaku. Membuat detupan jantung semakin kuat sehingga rasanya ingin tergeletak di dasar. Mataku terpejam. Menahan rasa sakit--hati perkataannya yang menjadi-jadi.
"Dan lo tau? Akmal tuh gak suka sama Diana atau pun elo." Lanjut Clara
Deg!
Aku membalikan badan sambil menatapnya nanar. "Kenapa harapan gue gak pernah terwujud Ra?"
"Karena lo suka sama orang yang salah. Akmal? Termasuk." Putus Clara lalu, pergi melewatiku.
***
Semakin hari aku selalu satu kelompok bersama Akmal, berkat Clara juga yang selalu mengajaknya.
Beberapa hari ini, aku merasakan seperti ada yang mengganjal. Bukan hanya mengkhawatirkan Diana yang selalu memaafkanku disaat aku sekelompok dengan orang yang disukainya. Sepertinya ada yang ganjal dari sikap Clara yang terlihat seperti ada perasaan lebih pada Akmal.
Sering kali aku melihatnya pulang diantar Akmal tapi, sesudahnya dia minta maaf dengan acuh.
Terkadang juga dia bersemangat ketika ada pelajaran yang harus melakukan kelompok. Dan yang paling membuatku yakin jika dia suka kepada Akmal, setiap kali aku bercerita tentang Akmal dia sering sekali mengabaikannya atau paling memberi jawaban singkat.
Entah semakin hari aku merasakan hal yang aneh. Dari mulai kemungkinan Clara yang suka terhadap Akmal dan Diana yang semakin hari ucapannya menusuk. Walaupun dia tak tahu kebenarannya.
Hari sabtu, aku meluangkan waktuku bersama Clara. Aku menyuruh Clara menginap dirumahku, karena orang tuaku pergi keluar kota begitu juga dengan adikku yang baru berumur 10 tahun.
Aku menyuruhnya membawa laptop agar kita dapat melakukan movie marathon malam ini.
Aku duduk di bangku meja belajarku sambil memutar-mutarkannya pelan. Menatap Clara yang sudah duduk di atas kasur sambil membuka laptopnya.
"Ada film apa?" tanyaku.
"Drama korea. Sedih banget sumpah lo harus nonton!" Seru Clara.
Aku mengangguk, lalu menghampirinya dan duduk sila di sebelahnya.
Kami menonton beberapa episode yang membuat kita terbang sendiri, nangis sendiri dan tertawa secara tiba-tiba.
"Dev, gue mau minum." Katanya.
Aku memutarkan kedua bola mataku. "Nyuruh nih?"
"Gak. Gue sendiri aja. Di kulkas kan?" Aku mengangguk.
Setelah kepergian Clara, aku memperhatikan laptopnya yang membuatku penasaran dengan isi documentnya.
Tanganku mulai menekan document. Ada beberapa file yang membuatku penasaran. Aku membuka file pertama. Aku membacanya dengan teliti, dengan cepat tubuhku menegang ketika melihat kata terakhir dalam file tersebut.
Mataku mulai meneteskan air yang datang secara tiba-tiba. Merasakan dinginnya malam, serta langit-lagit yang menatapku iba.
Aku kembali menutup document. Buru-buru aku menghapus air mataku yang sudah memenuhi pelupuk mataku.
Clara terlihat mendekati pintu kamar sambil membawa dua gelas di tangannya.
Aku tersenyum tipis.
Dia menyodorkan salah satu tangannya kearahku. Dengan ragu aku menerima gelasnya dan meneguk sedikit isinya.
Setelah selesai movie marathon, kami memutuskan untuk tidur. Entah hari ini, dengan keberadaan Clara disampingku, membuatku ingin menangis.
Menangis karena sekarang, dunia menatapku penuh kesedihan. Melihatku yang mengenaskan berada di antara orang yang bahkan tak ku percaya dengan rasa yang dimilikinya.
Menyukai Akmal bukan hal yang mudah, bahkan mempersulit keadaan untuk memperlakukan semuanya.
Semuanya yang sudah aku percaya dan aku pertahankan demi kesempurnaan yang terjalin, kini musnah karenanya.
Karena faktanya, Clara menyukai Akmal dalam diam--sama sepertiku.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heartache
Short StoryBegitu banyak sakit hati, begitu banyak rasa sakit. namun, pada akhirnya semua selalu berbanding terbalik dari yang diharapkan. Dan kali ini- lebih menyakitkan. copyright 2015 ...