5

2K 168 1
                                    

Pict akmal ada di media ya.

***

"Dev, Teman kamu udah dateng tuh," Teriak Mama yang membuatku buru-buru memakai flat shoes yang sudah kusiapkan. Aku membuka pintu kamarku dan menampilkan sosok Lelaki tampan sudah berdiri di depan pintu kamarku sambil tersenyum.

Aku tersentak. "Anjir! kirain siapa, Lo bikin kaget gue tau gak!" sentakku.

"Maaf, gue kan cuma mau ngehibur lo biar gak keliatan bete nanti." Jelasnya, sambil meraba sisi perutnya tepat pada organ hatinya. Pandanganku menatap tangannya, tapi beralih pada sebuah tangga.

"Ah, terserah." Kataku berjalan melewatinya. Lalu, menuruni tangga dengan Erga yang mengikuti di belakang.

Aku berpamitan kepada mama dan papa begitu juga dengan Erga. Aku berjalan menuju pintu depan dan melihat kendaraan yang membuatku sedikit terkejut.

Aku membuka mulutku sedikit. "Kita naik motor kesana? Lo gak liat gue pake baju apa? Kalo gue masuk angin gimana?" Bentakku,

Erga menghela nafas panjang. "Gue cuma punya ini Dev, kok lo jadi cerewet sih? Gak biasanya lo jadi cewek banget gini?"

Aku memutarkan bola mataku. "Lo kan tau kita kerumah Akmal, Ya gue harus perfect dong! Ish"

Erga menaikan sebelah alisnya. "Yakin lo ada dimata Akmal?"

Alisku bertaut, "Lo nyebelin banget sih!"

"Makanya sekarang lo naik aja. Jangan bawel." Aku menghela nafas panjang lalu, mengalah dan mengikuti apa katanya.

Sampai di Halaman rumah Akmal, aku turun dari motor Erga dan membenarkan rambutku.

Aku memajukan bibirku. "Harusnya gue gak dateng." Ocehku

"Lupain, sekarang-senyum. Jangan ngambek, gue minta maaf." Katanya, sambil menyunggingkan senyum kearahku yang membuatku muak.

Aku berjalan perlahan beriringan dengan Erga yang sedari tadi memberi senyum ke beberapa teman sekelas kami. Aku melihat Clara di ujung meja. Aku berjalan menghampirinya dan meninggalkan Erga.

"Clara," panggilku membuatnya menoleh sambil tersenyum simpul.

Aku tersenyum. "Lo cantik ya, pasti doi lo suka" Pujiku. Lebih tepatnya pasti Akmal suka, batinku.

"Hahahaha, aminn deh," Aku tersenyum simpul.

Dari kejauhan aku melihat Akmal berjalan menghampiri kami sambil membawa senyum hangatnya. Tubuhku menegang, jantung kembali berdegup cepat, kupu-kupu mulai berterbangan di dalam sana membuatku ingin membunuh satu persatu agar tidak terlihat salah tingkah di depannya.

"Hai Clara-" Pandangannya beralih kearahku "Deva." Aku hanya tersenyum simpul.

" Dev, gue mau ngomong sesuatu sama lo." Lanjut Akmal

"Eh? Apa?" tanyaku

Akmal mengangkat sebelah alisnya. "Berdua."

"Hah? Oke. Gue tinggal dulu ya Ra," pamitku, Raut wajahnya seperti Kecewa,

Dia tersenyum simpul. Aku pun mengikuti langkah Akmal yang membawaku menuju halaman belakang rumahnya mungkin?

Aku menatapnya ragu, sedangkan dia menatapku penuh dengan keyakinan. Mataku kini sudah terpesona dengannya sehingga lupa cara untuk mengedip. Jantungku berlari cepat sampai-sampai meninggalkan tempatnya. Wajahnya membuat tulang-tulang di kakiku remuk seketika. Membuat nafasku membara sehingga kupu-kupu di dalam sana kembali bertebangan lebih banyak dari biasanya membuatku ingin mati seketika karena rasa gelinya. Semilir angin menusuk kulitku sehingga ingin rasanya aku terkulai di lantai saat ini juga.

"Gue-"

Aku menunggu kata selanjutnya sangat lama, membuatku semakin penasaran. Penasaran dengan apa yang akan terjadi.

Aku mengangkat sebelah alis. "Kenapa?" tanyaku tak mengerti.

Akmal menghembuskan nafas berat. Wajahnya menghampiriku membuat semilir angin yang tadi menusuk tulang pipiku kini tergantikan dengan nafasnya yang kini sudah berada dekat di kulit wajahku.

Dengan gerakan secepat kilat ia memelukku tanpa aku mengetahui apa maksudnya. Mataku melebar, memohon pertolongan yang datang tapi aku melihat sekeliling tidak ada apapun disana. Tangannya meraba rambutku pelan tapi pasti.

Clap!

Aku melihat Clara yang sedang memperhatikan kami sambil mengeluarkan air mata yang membuatku menghentikan semuanya sebelum terlambat.

"Mal-" potongku

Akmal menjauhkan tubuhnya, menunggu aku bicara. "Maaf, " kataku lalu, pergi meninggalkannya.

Mataku mencari Erga yang tak kutemui keberadaannya. Mataku menangkap mata Clara yang sudah bersih tanpa air mata dengan cepat aku menghampirinya.

"Clara," panggilku, Clara hanya menoleh lalu, kembali meneguk minuman yang ada di tangannya.

"Lo kenapa?" tanyaku. Clara mengangkat kedua bahunya lalu, pergi tanpa sebab.

"Deva, lo kemana aja sih?" Tanya seseorang yang kini sudah berada di sampingku. Tubuhku mematung di tempat, seperti rasanya kakiku berakar di bawah sana.

"Ga, bawa gue pulang sekarang!"

***

5v0te? next-

The HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang