8. I'm sorry

2.3K 144 1
                                    

***

Tiga tahun kemudian.

Aku menatap luar jendela sana, rentangan kerangka pesawat terlihat mewarnai indra penglihatanku. Akhirnya, aku hampir sampai di Indonesia. Dimana kisah SMA-ku berakhir sangat mengenaskan. Dimana semuanya berawal, dari berawal menyukainya, merasakan sakit hati padanya dan meninggalkannya.

Akmal. satu nama yang masih kuingat hingga kini, dirinya yang aku tidak tahu kabarnya dengan Clara bagaimana. Tiga tahun aku meninggalkan semuanya, meninggalkan dia bersama orang lain yang sudah menjadi sahabat lamaku. Sudahlah itu sudah berlalu, kini aku mempunyai hidupku sendiri, tanpanya.

Semenjak aku dapat beasiswa Kuliah di London, aku meninggalkan Akmal, Clara dan Erga. Saat orang tuaku datang kesekolah tiga tahun yang lalu, disitulah aku mengetahui semuanya, aku tahu pasti orang tuaku sedang membereskan kepindahanku, dan saat itu aku merasa tak tega meninggalkan semuanya. Tapi, apalah daya, aku tak bisa melarang Mama.

Kini, aku benar- benar sangat merindukan mereka yang sudah menjadi hidupku lebih memiliki banyak cerita. Cerita yag selalu kuceritakan pada teman-temanku di London sana. Ya, walaupun sangat menyedihkan.

Aku menyeret koper kecil di tangan kananku. Merasakan udara pertama Jakarta yang menyentuh pipiku Mencari sosok yang sudah kurindukan, yang belum terlihat batang hidungnya.

"Deva!" suara yang tidak asing lagi mengalun memanggilku.

Aku tersenyum saat melihat sosoknya yang kini menjadi semakin jangkung, semakin tampan dan tubuhnya berisi. Dengan cepat, aku berlari menghampirinya lalu, memeluknya erat.

Aku menjauhkan tubuhku dari pelukannya. "Gue kangen banget sama lo Ga," kataku sambil menampilkan deretan gigi putihku.

Erga tersenyum hangat lalu, menarikku ke pelukannya. "Gue kangen sama lo."

Aku menepuk pundak Erga lalu, menjauhkan tubuhku kembali. "Hari pertama diJakarta, dan dimana hari pas gue ulang tahun." Aku menaikan-turunkan alisku, membuat Erga menaikan sebelah alisnya tanpa ekspresi.

Erga mencubit kedua pipiku, membuatku meringis kesakitan. "Jadi lo mau kado?" Aku tersenyum, lalu mengangguk.

Tangan besarnya mengacak-acak rambutku asal. "Oke-oke." Tangannya menarik pundakku dan menggiring menuju parkiran, dimana mobilnya berada.

Erga mengantarku pulang, dengan senang hati aku menerimanya. "Sekarang kan ulang tahun lo. Gue mau kasih kejutan ke elo." katanya sebelum aku keluar dari mobilnya.

"Hah? Bener?"

"Nanti malem, gue jemput lo jam 7. Gue udah minta izin kok ke orang tua lo." lanjut Erga.

Aku tersenyum puas. "Makasih Erga." tutupku.

***

Aku memilih beberapa baju yang akan ku pakai malam ini. Malam istimewa yang bahkan berbda jauh dari hari ulang tahun tiga tahun yang lalu, yang menurutku paling mengenaskan seumur hidup. Di tinggal jadian. Terigat dulu membuatku tertawa kecil garing.

Gimana kabar Akmal ya? Gimana sama Clara juga? Semenjak pergi, gue lost kontak sama mereka kecuali Erga Pikirku.

Setelah, memakai baju dress selutut berwarna putih polos, heels 5cm serta rambut yang ku gerai di bagian depan. Terlihat simple melekat di tubuhku. Aku berjalan menuju ruang tamu. Melihat Erga yang sudah mengenakan kemeja dilapisi jas tanpa dikancing begitu serasi bila di padukan denganku.

Aku tersenyum melihatnya begitu juga dengannya. "Yuk!" ajaknya.

Aku berjalan mengikutiya dibelakang. Memasuki mobilnya yang menyebarkan wangi bunga yang menyambutku. Di perjalanan, hening menghantui kami berdua. Ada beberapa pertanyaan dariku yang ingin ku tuturkan yang masih tertahan di bibirku.

The HeartacheTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang