Clara POV's
***
Aku sangat menikmati pagi ini, pagi yang diterangi cahaya mentari serta keriangan tawa memenuhi indra pendengaran. Setiap kata yang terucap membuat kami tertawa. Melihat Akmal dan Diana membuatku sesekali tersenyum geli.
Erga dan Deva, kedua sahabat yang menyukai satu sama lain, tapi tak memiliki status apapun. Aku Clara, gadis yang duduk sendiri di shofa ruang tamu tanpa ditemani seorang pujaan hati.
"Ngelamun aja, jomblo sih," cetus Diana, membuatku mendengus sebal.
Akmal terkekeh, sedangkan Diana nyengir-nyengir kuda. Aku menunggu Erga dan Deva yang sedang bersiap dengan kepergian Deva ke luar negeri.
Saat melihat sepasang jenis saling menyayangi itu turun, aku tersenyum lalu, beranjak dari kursi begitu juga dengan Akmal dan Diana. Aku melangkah keluar saat Deva dan Erga menuju pintu.
"Eh Deva, lo jangan lupain kita plis," sahut Akmal, aku hanya terdiam mendengar percakapan kecil mereka.
Deva menoleh ke belakang, "Lah, gue kan pergi gaakan lama" balasnya,
"Dev, hati-hati disana." Kata Diana yang berada dirangkulan Akmal.
Aku melambaikan tangannya sambil tersenyum. "Lo jangan jomblo mulu ya," cetus Deva, Erga terkekeh melihatku yang menampilkan wajah sinis.
"Ya-ya-ya terserah, lo juga kan? dah sana pergi!"
Erga menaikan sebelah alis. "Oke, kita pergi bye." Katanya, sambil membukakan pintu mobilnya untuk Deva.
Deva memasuki mobil Erga, lalu membuka kaca jendela mobil dan tersenyum ke arah kami.
"Gue bakal balik," pamitnya.
Mobil Erga melaju. Meninggalkan setepis kenangan disana. Deva pergi tak lama hanya beberapa minggu tapi, itu sangat membuatku rindu padanya walau baru beberapa menit saja.
Deva adalah sahabat terbaikku, dia segalanya, tapi aku tak pantas menjadi sahabatnya, Mungkin. Dia tak pernah membuat kesalahan, justru aku yang melakukan kesalahan yang dapat menyakiti hatinya.
*FlashbackON*
Aku melihat Akmal berdiri ditengah lapangan, tangannya melambai karahku. Seketika aku benar-benar bingung. Aku hanya terdiam ditempat sambil melihatnya dengan wajah berseri-seri. Siswa-siswi berlari membuatku penasaran dan berjalan mendekati lapangan.
Tapi, mataku menangkap seorang Deva disana. Dia berdiri sambil tersenyum. Aku masih memperhatikan Akmal dengan lekat. seorang teman Akmal yang bernama Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku.
"Akmal, suka sama lo. buru samperin!" bisik Byan, membuat mataku membulat. Baru aku ingin mneoleh kearahnya lelaki itu sudah menghilang dan berlari menuju belakang Akmal.
"Semangat Mal!" teriak Byan, Akmal menoleh sambil tersenyum. Akmal mengeluarkan sebuah liontin dari kotak putih itu.
Aku melangkah maju perlahan, melewati setiap siswa yang menonton. Aku melihat senyum Akmal yang begitu cerah seperti matahari. Disisi lain, aku merasakan keraguan saat melewati Deva. Ia sangat terkejut melihatku. Sedangkan aku, tak acuh terhadapnya.
Aku menyukai Akmal, dia juga. Menurutku, siapa yang duluan berjuang itu berhak mendapatkannya.
Makadari itu, aku berhak mendapatkan Akmal, walau harus menyakiti sahabatku sendiri.
Akmal mengalungkan liontin tersebut saat aku berada dihadapannya. Semua siswa bersorak ramai, tapi saat itu aku tak melihat keberadaan Deva kembali.
***
Seminggu berpacaran dengannya terasa hambar. Sejak kepergian Deva, ia terasa menjadi pendiam dan sering sendiri. Entah mengapa, yang aku tahu ia tak biasanya seperti ini.
Suasana kantin terasa sepi, hampa, seperti hatiku. Aku menatap Akmal dihadapanku dan beralih pada Erga yang sedari tadi mengutik ponselnya.
"Mal," panggilku. Akmal menoleh menatapku. "Ya?"
"Kayaknya kita udahan aja." Akmal mengerutkan dahinya, tapi tak merespons perkataanku, membuatku semakin yakin, itu maunya.
"Maafin gue, sebenarnya Deva suka sama lo. Deva yang selama ini kasih lo botol mineral itu dan-"
"Gue cabut ya, urusan priadi kayaknya." potong Erga, yang beranjak dari kursinya.
"Dan gue sangat menyesal, gue rasa lo suka sama dia?" Mulutnya terkatup, pandangannya tak beralih dari mataku.
"Maaf, Ra" Satu kata yang ia ucapkan sukses membuat hatiku lega, tapi sedikit kecewa. Apapun yang kurasakan, aku harus berminta maaf pada Deva walau hasilnya nihil.
*FlashbackOFF*
***
"Clara!" teriak Diana, membuat telingaku memekik. Dia baru saja membuyarkan pikiranku.
"Apa?" tanyaku. Diana berdecak, sedangkan Akmal hanya terkekeh geli.
"Lo mau pulang atau kita kemana dulu?" tanya Diana.
Baru aku ingin menjawab, ponselku berdering, menampilkan nomor tanpa pemiliknya. Tanpa ragu, aku menekan tombol hijau.
Halo?
Clara, Deva dirumah sakit.
Hah? Dia kenapa? Dan lo siapa?
Ditabrak
Sama siapa? Jangan bohong lo!
Lo cepet kerumah sakit!
Lo siapa dulu?
Gue Kavian
Aku langsung memutuskan sambungan.
Yang Deva tak tahu, sebenarnya aku mengenal seorang Kavian. - Clara
***
Makasii buat semuanya. Makasii buat yang vote, comment apapun-siapapun yg meninggalkan jejak.
Ya meskipun alurnya bener-bener cepet banget, mudah-mudahan aja suka sama jalan ceritanya dan gak jadi silent readers ehe:D
Thanks to nurshiffaha & natasyamrcly yang udah kasih pendapat tentang cerita ini, yg udah ngelurusin jalan cerita ini ehee :*
ALWAYS LOVE YOUR STARS IN NEXT STORY

KAMU SEDANG MEMBACA
The Heartache
ContoBegitu banyak sakit hati, begitu banyak rasa sakit. namun, pada akhirnya semua selalu berbanding terbalik dari yang diharapkan. Dan kali ini- lebih menyakitkan. copyright 2015 ...