Part 4: That Feels

83 11 2
                                    

Hari-hari yang kujalani selama ini tidak terlalu sepi semenjak ada Margo yang menemaniku.

Terkadang, ditengah kesendirianku aku selalu memikirkan Jace.
Dia lagi? Kenapa?
Ya,dialah yang paling susah pergi dari hidupku.

Aku bagaikan terkena Virus HIV/Aids yang tidak ada obat untuk menghilangkannya.

Dia Pergi.
Tapi seolah olah datang kembali menghampiri kesendirianku.
Dia Menghilang.
Tapi seolah olah dia kembali ada di sisiku,menemaniku.

'Hai que' Margo merangkulku dari samping.
'Hai Go' ucapku tersenyum kecut

Dia hanya terdiam dan melepas rangkulannya.

'Aku tahu. Kau sedang memikirkan Jace. Dan aku tahu, kau masih sangat menyayanginya. Tapi kau harus tau,dia bukan yang terbaik untukmu' ucap Margo menarik tanganku.

Aku pun mengikuti gerakan kakinya.
Aku sepertinya tahu akan dibawa kemana bersamanya.

Taman sekolah?
Tempatku dan Jace dulu?

Dia menarikku.

'Kau bisa lihat' ucap Margo

Ugh. Aku merasakan 3345 PISAU dapur menusuki Jantung dan otakku.
Entah kenapa, ini pertama kalinya aku sangat sangat sakit Hati.

Bagaimana tidak?
Didepan mataku, Jace mencium Meghan.
Memang benar.

Bukan tentang "melakukan hal yang sia-sia" tapi tentang "mengharapkan sesuatu yang tidak akan terjadi"
Aku berpikir, suatu saat nanti Jace kembali bersamaku.
Mungkin itu semua NIHIL tidak ada hasil.
Bagaimana tidak?

Dia sudah mencium gadis Baru.
Bagus. Setelah aku dan dia bagaikan mencari Jarum ditumpukan jerami.

Mempunyai hubungan 2 tahun yang sia-sia, sekarang malah aku yang bagaikan mencari Jerami ditumpukan Jarum. Aku mencari sesuatu yang kutahu membuatku makin bertambah sakit.

Air mataku sudah tidak dapat terbendung lagi.
Amarahku sudah tidak tertahankan lagi. Aku berlari ke arah margo dan memeluknya erat untuk kedua kalinya.

'Margo aku-'

'Ssstt' pembicaraanku terpotong oleh margo yang membalas pelukanku erat.

Aku percaya kepada kata 'selamanya' tetapi, itu terlalu indah untuk di kehidupan nyata.

Aku sudah melewati berbagai macam situasi. Aku selalu menggunakan otak dan hatiku untuk bisa melewatinya.
Tapi kali ini,hanya menangis yang bisa menghilangkan itu semua.

Akhirnya Margo mengajakku pergi dari sana dan aku pun menerimanya.
'Kau harus lupakan itu semua.little Que ku.' ucap margo
'Kau ku traktir ke Starbucks!' ucap Margo lagi

'Aku mau pesan 5 gelas starbucks jika kau mentraktirku.' gurauku.
'Ehm,lebih baik kau bayar sendiri saja' ucap Margo memasang muka konyolnya

-skip
Song For this Part
One Direction- Infinity

Aku dan Margo berjanjian untuk memakai baju yang sama.
Kita pun kompak memakai baju Jeans.

Margo pun mengantarku dengan mobil jazz putihnya.
Selama di perjalanan kami hanya diam.
Entah,mungkin saja kami sedang memikirkan sesuatu.

RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang