Part 12: Same Old Love

25 5 0
                                    

'Apa yang terjadi denganmu dan jace?' tanya Margo yang tidur di sebelahku.

'Hmm, dia tidur dengan teman kecilnya. Rosie.' ucap ku

'Kenapa bisa begitu?'

'Entah, aku tidak tahu' ucapku singkat sambil menyelimuti tubuhku.

'Hmm que.terkadang aku berpikir kau itu seperti pensil yang sudah patah tapi masih utuh di tempatnya. Kelihatannya saja masih bagus. Tapi sebenarnya sudah benar benar patah. Sekali saja di pakai menulis, tidak akan bisa dipakai lagi. Tapi kau tahu, itu masih bisa di serut.' ucap margo mengelus rambutku.

Akupun hanya diam dan tersenyum mendengar kata kata Margo.

'Sebenarnya aku adalah orang yang selalu berbuat semauku. Jika sekali aku disakiti, aku akan melakukan hal yang diluar batas. Tadi pagi aku mencium adik sepupu Jace di dihadapan wajahnya.' ucapku terkekeh

'Dasar, kau itu memang berbahaya dan sangat nakal yaa' ucap Margo tersenyum miring.

'Ya begitulah, tapi aku dan Robot hanya sebatas adik kakak.tidak lebih' ucap ku lagi.

Margo hanya terkekeh.

'Aku sebenarnya ingin menghilangkan kebiasaan burukku ini.'
Aku mengambil ponselku dan memainkannya.

'Ya,jika kau ingin menghilangkannya..kau harus menghilangkannya' ucap margo

'Hah? What do you mean?' tanyaku

'Ooouohh' lanjutnya dengan menyanyi-.-

'Bodoh' tukasku memberantaki rambutnya.

'Ya mulailah dari dirimu sendiri. Jika kau berniat untuk menghentikan itu, kau harus menghentikannya tanpa alasan apapun.'

'Ya kau memang benar. Seharusnya aku tidak melakukan ini. Tapi untuk sementara, aku tidak ingin berpacaran.'

'Hmm by the way, Adakah yang bisa kumakan? Aku sangat lapar margo' ucapku lagi sambil mengusap perut.

'Tiap detik memang kau selalu lapar' ucapnya sambil mengelus rambutku.

'Ohh jangan salah! Setidaknya badanku masih bagus untuk dilihat haha'

'Terserah kau saja gendut' ucap margo

'Aku lapar lapar laparrr' ucapku

'Iya iya tunggu, aku punya kentang di kulkasku. Kau tunggu disini dan aku akan memanaskannya' ucap Margo turun dari ranjangnya dan keluar kamar.

'Baiklahh. Jangan lama lama ya' ucapku

Akhirnya dia pun keluar dari kamar.
Aku pun akhirnya memutuskan untuk mengutak atik ponselku.
Aku pun memainkan game di ponselku. Aku memainkan game 'Piano Tiles' .

Saat sedang asyiknya aku bermain, tiba-tiba seseorang menelfonku.

Dan kulihat nomer tak di kenal disana.

Aku memutuskan untuk mengangkat telfon itu.

'Halo?'

'Hmm, quentin?'

'Siapa?'

'Aku Jace.'

'Ada apa?'

'Kau dimana?'

'Dirumah margo'

'Hmm'

'Kenapa?'

'Tidak ada'

Dan telfonnya pun terputus.
Akupun hanya bingung dan berusaha membuang pikiran aneh ku jauh jauh.

Tiba-tiba Margo datang membawa Chips dan Segelas juice alpukat ke arahku.

'Terimakasih Margo' ucapku

'Kau harus mencobanya. Karena ini sangat sangat enak' ucap margo menyuapiku 1 buah chips.

Akupun mengunyahnya perlahan. Dan itu cukup membangkitkan mood ku kembali.

-skip-

Duduk di tepi taman sekolah adalah pilihanku kali ini.
Sekarang hujan. Hmm,setelah sekian lama akhirnya hujan deras yang kutunggu tunggu pun datang.

Aku memasang headphoneku dan mendengarkan musik kesukaanku.
Kulihat butiran butiran bening itu terjun bebas di hadapanku.

Aku melihat teman-temanku menerobos hujan yang deras itu sambil terkekeh.

Aku pun tersenyum sendiri melihat kelakuan mereka.
Dari sana aku belajar. Mungkin aku harus selalu tersenyum. Untuk menutupi semua perasaan sedihku.

Tiba-tiba ada seorang gadis duduk disebelah tempatku.
Dia mungkin saja seniorku. Karena dia tidak memakai seragam SMA.

Aku memperhatikannya yang sedang membaca buku sembari membuka kotak makannya.
Dia perlahan memakan sandwich yang ia bawa.
Sembari terus membuka setiap halaman di buku itu.

Laki laki yang sangat familiar itu pun tiba-tiba datang memeluknya dari belakang.

'Baby' ucapnya sambil mencium pipi gadis itu.
Akupun langsung beranjak dari tempat dudukku dan pergi menerobos air hujan.

'Jangan' batinku

'Jangan.kau bisa melakukan ini.' ucapku dalam hati.

Akupun menangis di tengah derasnya hujan yang turun.

'Fuck' desisku

Akupun mencari tempat untuk berteduh. Tidak ada yang kupikirkan selain kejadian tadi. Itu sangat menyakitkan.

Terkadang aku merasa egois pada diriku sendiri.
Aku bisa melakukan sesuatu semauku. Tapi aku tidak bisa melihat orang yang kusayang melakukan sesuatu dengan orang lain.

Yang kulihat tadi adalah Jace. Entah dia berpura pura atau asli. Aku sangat sangat sakit melihat itu.

Aku mencoba untuk tenang dan tidak memikirkan apa yang dilakukannya.

Aku mencari tempat duduk didekat kelas Margo dan menunggunya.

Air mata masih membasahi pipiku. Aku terisak isak sembari menyeka butiran bening yang berjatuhan itu.

Margo pun keluar dari kelasnya yang juga kelasku.
'Quen?' ucapnya duduk disebelahku.
Aku masih terisak isak.

'Kau kenapa? Jangan menangis.' ucap Margo.
Dia menyeka air mataku. Akupun memeluknya dan menangis di pelukannya.

'Ak-aku melihat jace tadi' aku terisak
'Shh shh shh' dia mengelus rambutku.

'Dia sudah mempunyai pacar baru. kurasa.' aku pun melepaskan pelukan margo dan mencoba untuk mengukir senyum di bibirku.

'Kau tidak boleh menangisi orang yang meninggalkanmu. Aku disini mati-matian untuk membuatmu tertawa. Dan dengan gampangnya dia membuatmu menangis'

Sesuatu yang menyadariku kali ini adalah aku tidak harus mencintai orang dengan segala yang kupunya.

Coklat. Bisa saja habis jika dimakan. Sama seperti hubungan yang manis yang berakhir dengan perpisahan.

Bunga. Bisa saja Layu jika tidak di rawat. Sama seperti Cinta yang indah yang berakhir dengan ketidak pedulian.

SKIP

Maap baru dilanjut yak readers:'v sumpah mager banget mau ngelanjut.

Bantu vomments yaa:3 jangan jadi silent readers :p laff yuu all :*

RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang