Part 4

5.9K 712 8
                                    

"Aku pulang ..." ucapku pelan seraya melihat seisi rumah saat sampai di Indonesia. Begitu sepi dan sunyi. Hanya ada beberapa barang yang masih ada. Sisanya? Entahlah...

"KAKAK!!!" teriak adikku yang bernama Citra sambil memelukku. Tak lama, datanglah ibu dan ayah. Lalu aku memeluk mereka.

"Ibu, apa yang terjadi?"

Usaha ayah bangkrut karena rekan kerjanya, Om Dito menghianati ayah. Om Dito adalah teman ayah, teman dekat, bahkan sangat dekat.

"Bagaimana bisa Om Dito seperti itu?" tanyaku kaget. Sedangkan ibu hanya menggeleng pelan.

"Maafkan ayah Mira. Karenanya, kau harus berhenti sekolah di Korea." Aku menggeleng pelan mendengar ucapan ayah.

"Tidak apa-apa. Bibi di sana juga menyampaikan salam. Dan dia akan sesegera mungkin untuk datang ke sini," sahutku lirih.

"Maafkan ibu juga. Karena kelalaian ayah dan ibu, mimpimu untuk menjadi penulis tidak tercapai karena sekolahmu berhenti." Aku kembali menggeleng sambil tersenyum.

"Sudahlah ibu, aku ka-"

"Padahal, sisa tabungan ibu sudah dikirim untuk kelanjutan sekolahmu. Ternyata masih kurang ya ..?" tanya ibu mulai terisak.

Aku menatap ibu kaget. Aku ingat, minggu kemarin ibu memang mengirimi aku uang. Dan ... uang itu sudah kuhabiskan hanya untuk koleksi EXO-ku.

Dengan cepat aku memeluk ibu dan menangis dengan keras sambil berkata, "Ibu ... maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf ..."

Dan malam itu aku merasa bahwa aku memang sudah menyakiti keluargaku sendiri dengan hobby-ku yang bodoh.















***

3 tahun berlalu. Aku tak lagi kuliah dan fokus bekerja keras demi ayah, ibu, dan Citra yang masih harus sekolah. Aku bekerja banting tulang, berjuang dengan ayah dan ibuku untuk merebut apa yang sudah orang lain rampas.

"Kak ..." panggil Citra memasuki kamarku.

"Ada apa?" tanyaku menyuruhnya duduk dengan bahasa tubuh.

"Apa kakak ... tak rindu Korea?" tanyanya tiba-tiba.

"Hm? Kenapa kau bertanya itu, tiba-tiba?" tanyaku heran.

"Kulihat, teman kakak yang namanya Yoori selalu mengirim e-mail ke laptop kita. Tapi, tak satu pun kakak balas e-mail darinya ..." ujar Citra. Aku berdiri dari kasur dan membereskan baju yang baru saja kucuci. "Aku tak bisa membacanya karena itu bahasa Korea, tapi ... sepertinya dia mengkhawatirkan kakak."

"Kau harus cepat tidur Citra." Aku mengatakan itu tanpa berbalik. Tak lama, Citra bangun dari duduknya dan keluar dari kamarku. Aku menatap punggungnya, lalu membanting diri ke kasur dan menarik napas panjang.

Tiba-tiba pandanganku tertuju pada buku aqua yang sempat kubeli itu. Satu-satunya kenangan tentang Korea yang kubawa pulang.

















***

"Mi Ra!!!!!!!! Kenapa kau tidak menjawab telfonku??" teriak Yoori pagi-pagi sekali datang ke rumahku.

"Arghh berisik! Kau bisa mengganggu seisi rumah!" sahutku mencoleknya dengan selai yang aku oleskan pada roti untuk menu sarapan pagi ini.

"Hehehe, bibi juga sudah biasa dengan kedatanganku," ucapnya enteng sambil membersihkan selai di pipinya. "Kau hari ini bekerja?" tanyanya.

Aku mengangguk.

"Ada buku yang harus aku translate," ucapku lalu memakan roti yang kubuat.

"Mimpimu kan jadi penulis, bukan penerjemah," cibirnya.

"Diam! Ini adalah langkah awal, mengerti?" tanyaku sambil memalingkan wajah.

"Padahal tadinya aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ucapnya dengan lesu.

Hmm ... Pasti EXO.

"Sudahlah, aku berangkat dulu. Kau tak bekerja?" tanyaku dan dia hanya nyengir kuda sambil membuntutuiku keluar.


















***

Hari ini, pukul 16.30 aku pulang. Tapi, aku sempatkan diri untuk ke perpustakaan. Aku ingin meminjam buku yang akan kujadikan inspirasi bahan tulisanku.

"Hah ... Aku ingin membuat cerita cinta. Tapi inti ceritanya apa, yaa?" tanyaku sambil memilih buku di rak. Setelah mengambil kurang lebih delapan buku, aku mendudukkan diri di kursi dimana biasanya aku duduk. Baru saja aku membuka buku dan menempelkan earphone hijauku, seseorang menariknya.

"Kau tahu berapa lama aku menunggu di sini?" tanyanya tiba-tiba duduk di sebelahku.

"Uwaaa!!!!" teriakku spontan dan dia dengan segera menutup mulutku.

"Ssstt, bisakah kau diam?! Ini perpustakaan!" ucapnya berbisik. "Apa kau belum pernah bertemu artis, oh?"

"Lagipula, apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku heran sambil melepaskan tangannya dengan kasar.

Arghhh, si Chanyeol lagi!

"Aku datang untuk memberikanmu ini!" ucapnya sambil menyerahkan buku milikku tepat di depan wajah, dan membuatku tersungkur ke belakang.

"Uwah, akhirnya kau mengembalikannya. Aku sempat heran, kenapa kau sebegitu sukanya dengan buku ini sampai tak mengembalikannya padaku. Ternyata aku salah paham!" ocehku sambil membuka buku aqua yang sempat dia bawa waktu itu.

"Percaya diri sekali kau! Sudah aku tunggu, kau bahkan tidak mengucapkan terimakasih. Hah, padahal kusimpan saja di sini tadi. Kau pasti akan mengambilnya," omelnya sambil membenarkan letak kacamata yang dia pakai.

"Jangan! Aish kau ini benar-benar menyebalkan!" gerutuku.

"Menyebalkan? Bahkan ini sebutan yang kau ucapkan? Aku heran. Aku salah apa padamu? kau selalu saja terlihat tak menyukaiku," ujarnya sewot.

"Ya! Aku memang sangat sangat sangat sangattttt membencimu!" ucapku memajukan wajahku sambil melotot. Dia lebih mendekatkan wajahnya, membuat aku kaget bukan main.

"Kau membenciku? Benarkah?" tanyanya.

DEG!







Apa? Kenapa aku ...?

Green EarphoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang